Gojek Dalam Cerita

by - December 16, 2015


Driver Gojek
Gojek- Pic diambil Jawa Pos

Gini hari siapa sih yang belum kenal Gojek, atau belum pernah memakai jasa Gojek???

Entah, untuk transportasi atau kurir. Hadirnya Gojek ini, cukup menyenangkan banyak pihak. Seperti saya, IRT yang repot balita dan tidak bisa naik motor, sering pesan Gojek untuk mengambil belanjaan, ataupun memakai jasa Gojek untuk transportasi ke suatu tempat. Sementara suami yang bergerak di bidang usaha buku online, sangat sering memakai jasa Gojek sebagai kurir untuk mengambil buku ke gudang, ke penerbit dan sebagainya.

Meski kemudian jasa Gojek naik (buat yang kurir), dari ke penerbit yang dulu cuma Rp.10.000- jadi Rp.32.000 (harga sekarang menurut jarak tempuh), tetap kami memakainya dengan setia. Meski kemudian lahir jenis-jenis Gojek, seperti: Grab Bike, yang kayak kloningan Gojek hehehe. Habis ijo-ijo gitu, tapi tetep...saya dan suami pakai Gojek. Bahkan kami kalau pergi-pergi, karena belum punya mobil, jumlah keluarga 5 orang. Sering tuh, kalau pergi sekeluarga pakai Gojek buat angkut anak-anak. Padahal jarang loh, saya percaya oranglain naik motor bawa anak-anak saya. Ngeri aja kalau ngebut, tapi karena anak-anak happy dengan Gojek ketimbang taksi dan angkot, ya...Gojek jadi pilihan.


Soal biaya Gojek murah dibawa 25km cuma Rp.15.000.-, saya atau suami sangat manusiawi sekali. Gak mungkin kami kasih Rp15.000.- kalau jarak tempuhnya jauh. Biasa kami lebihkan tergantung kondisi, jarak. Kalau memang deket.. ya, sesuai tarip yang tertera Rp.15.000.-

Nah, Gojek ini macam-macam loh. Ada yang nerima kelebihan bayar dengan ucapan terima kasih, ada yang diam saja, ada yang menolak dengan tegas (dudududu..jadi enak kita hehehe). Trus, naik Gojek juga jadi trend tersendiri, gak berasa naik ojek yang supirnya abang-abang berpenampilan asal. Malah, sering dapat yang wangi-rapi-sopan dan mantan karyawan kantor yang berhenti karena Gojek lebih menjanjikan. Fantastic, pendapat mereka ada yang sebulan 20 juta!!!

Tapiiiiiii...pada akhirnya selalu tidak ada gading yang tidak retak-tak. Suami, sempat kecewa ketika pesan Gojek untuk mengambil buku-buku ke gudang. Karena sudah percaya dengan jasa Gojek, suami setelah order tidak mengececk lagi. Sampai ketika hari menjelang sore, pukul 16.30 wib, baru sadar buku yang kami pesan dari gudang dengan jasa kurir Gojek belum datang. Pas diceck.... Gojek cancel, tapi tanpa telepon. Sementara hari sudah sore, tidak mungkin kami pesan Gojek lagi untuk mengambil buku-buku tersebut, gudang sudah tutup. Sementara buku-buku itu harus dikirim pagi....

Padahal dulu Gojek setiap cancel akan menghubungi kami, sehingga kami bisa mencari Gojek lain yang bisa. Lalu  pengalaman kedua, ini membuat saya sangat marah:

Berapa hari lalu, tepatnya tanggal 15 Desember 2015, saya pesan Gojek dari Epicentrum River Walk-Rasuna Said Jaksel menuju rumah saya, Depok. Sambil menunggu anak saya beli roti, saya wara wiri di lobby depan, mengamati beberapa Gojek yang parkir di luar. Tab terus ditangan, siapa tahu ada telepon dari abang Gojek, saya lihat juga rute sudah sampai mana. tertera keterangan kurang berapa menit. Akhirnya saya sms ciri-ciri saya, dan akhirnya...menemukan Gojek pesanan saya. Apa yang terjadi selama dalama perjalanan???


  • Abang Gojek itu bilang tidak tahu alamat tujuan saya (tenang akan saya pandu), dia juga ngomel panjang lebar sudah telepon saya gak diangkat-nunggu lama, daerah rumah saya tidak ada di peta (Helooo, bisa dibuktikan ya...saya dan suami pelanggan Gojek), rumah saya jaraknya jangan-jangan lebih dari 25KM (aduhhhhh,  masa web Gojek OON, saya pesan dikasih tarip Rp.15.000.- dan lagi tadi saya berangkat pakai Gojek loh. Depok-Epicentrum. Tertera Rp.15.000, tapi saya kasih lebih)
Saya masih menahan diri dengan semua ocehan Bang Gojek di atas, sampai dia tanya hal yang ajaib:
  • Bu, tadi kok pesennya atas nama laki-laki, ibu pakai hp suami? Tadi sama mertuanya Bu? Ngapain ke situ, jalan-jalan ya? (Waw...Waw....ini pertanyaan membuat kepala saya mendadak menjadi sarang tawon. Sumpah, ini orang kurang banget attitude'nya. Tanya-tanya dengan intonasi suara yang menyelidik)
Saat Abang Gojek itu mau mengajukan pertanyaan lagi, saya langsung marah (Maaf, ya, kali ini serius gak bisa nahan marah. terlebih Putri saya, juga sudah minta turun. Dia merasa gak nyaman, padahal biasanya suka bener naik Gojek):

Marah
Benar-Benar MARAH- Pic dari Google


"Pak, Tolong ya, jangan ikut campur semua urusan saya. Fokus saja dengan tugas Bapak, nanti turunkan saya di Cilandak saja!"

MARAH
Kira-Kira Gini Kali Ya, Wajah Saya Marah- pic dari  Google

Saya ngomong sambil tereak keras, dan..CEP! Itu abang Gojek diam, gak berani banyak tanya lagi. Singkat cerita, total jenderal...saya jadi turun di tengah jalan. Perjalanan ke rumah masih lumayan jauh lah. Meski marah, saya tetap bayar lebih. Berpikir meski kurang ajar, Abang Gojek yang lumayan tua itu, pasti kerja cari nafkah.

"Bapak, menurunkan saya di tengah jalan, tapi ini saya bayar lebih" kata saya begitu turun. 

Putri saya langsung menarik napas lega, dan bilang: Mba jadi kapok naik Gojek, Bu...

Ahai, saya pun saat ini masih trauma. Letih di perjalanan, seakan jadi tidak seberapa dengan letih di hati. Gojek semakin meruyak, jumlahnya mirip butiran pasir karena banyaknya. Apakah karena ini pihak management Gojek mengabaikan untuk memilah driver mereka?

Semua customer berharap driver Gojek yang bersih, ramah, mengenakan atribut Gojek yang lengkap dengan logo Gojek, helm yang bersih khas Gojek. Helm yang tadi saya pakai itu, kacanya dipegang penuh debu dan tidak ada logo Gojeknya. Gojek seolah jadi tidak beda dengan ojek-ojek biasa di pinggir jalan...

Sedikit usul:
  • Sudah saatnya management Gojek juga mengetahui driver mereka secara psikolog atau mengajarkan attitude sebagai driver, sehingga ketakutan customer akan mendapat abang Gojek ajaib, tidak bertatakrama, tidak ada lagi. Contohlah, driver taksi Bluebird yang rata-rata saya suka, karena mereka sopan, rapi.
  • Memilah driver mereka dengan sangat teliti, baik dari sisi riwayat pekerjaan, dll.
  • Mengawasi kelengkapan atribute, kerapihan, kebersihan, para driver Gojek, sehingga tidak mirip ojek-ojek biasa.

Atau Gojek sebagai awal adanya jasa ojek berbrand, akan tergerus oleh jasa-jasa serupa yang kini banyak lahir???



You May Also Like

0 komentar