Rasa Yang Selalu Membuat Rindu Pada #Momenpertama Saat Melahirkan

by - April 28, 2016

#Momenpertama

Meski sudah tiga kali melahirkan, tiga kali menimang bayi, kehamilan saya yang ke empat kemarin merupakan sesuatu yang luar biasa. Kehamilan penuh penantian yang mendebarkan, seolah baru #momenpertama hamil dan melahirkan kembali. Mengapa?

Dua tahun sebelum kehamilan ke empat, saya kehilangan seorang bayi berusia 5 bulan, anak ke tiga. Bayi mungil dengan kulit bersih dan sepasang mata bening itu harus menyerah di ruang ICU yang dingin.  Gibran, begitu kami menamainya terlahir 12 Maret 2012 dan berpulang 15 Agustus di tahun yang sama, tepat di ulang bulan ke lima.

Saya masih ingat tangisnya yang memecah seisi ruang bersalin di kamis pagi , bibirnya yang bergetar mencari puting susu, mengurai segala rasa sakit. Kepergiannya sebenarnya sudah diprediksi oleh dokter anak  sejak berapa jam dia terlahir ke dunia, jadi sepanjang lima bulan mengasuhnya... nyaris tiap malam saya menangis dalam doa. Bersiap atas segala yang terjadi, namun ternyata tidak pernah ada Ibu yang siap ditinggalkan anaknya.

Maka begitu hamil anak ke empat, saya dan suami menyambut dengan sangat bahagia juga...berdebar. Kata SPOG yang sudah membantu kelahiran dua anak saya sebelumnya, “Mengingat usia dan kondisi anak sebelumnya, Ibu harus lebih hati-hati menjaga kehamilan, ya...”

Saat hamil anak ke empat ini usia saya 37 tahun. Tidak hanya memeriksakan kandungan secara rutin, USG rutin, mengasup asupan yang baik, tapi juga menghindari beberapa makanan dan minuman yang tidak baik untuk ibu hamil. Terutama saat memasuki tri semester pertama, dimana segala organ penting terbentuk. Tiap saat memanjat doa yang baik-baik, kadang menangis karena rasa cemas yang berlebihan.

Beruntung suami, kedua anak saya, keluarga besar dan teman-teman banyak menguatkan keyakinan saya, bahwa semua akan baik-baik saja.
“Pasrahkan saja semua kepada Allah sepasrah-pasrahnya, “ kata Ibu saya.

Ya, saya memasrahkan semuanya hanya kepada Allah hingga tiba menuju HPL, tidak ada mulas, lewat HPL sepuluh hari juga tidak ada mulas. Dokter pun meminta saya langsung ke UGD untuk ditindak lanjut, kemungkinan diinduksi. Ahai, mengapa bisa begini? Tiga anak sebelumnya semua lancar melalui mulas lalu lahir secara spontan.

Di rumah sakit setelah di UGD dipriksa darah dan lain sebagainya, saya dibawa menuju ruang bersalin untuk pemeriksaan detak jantung bayi menggunakan NST, alhamdullilah hasilnya baik. Melakukan pemeriksaan dalam, baru pembukaan 2. Beberapa kali suster dan bidan jaga menanyakan, apakah saya sudah megalami kontraksi? Tentu saja saya menggeleng.

Namun saat akan dipersiapkan semua peralatan bersalin, saya bertekat untuk bertemu dokter yang saat itu masih praktek melayani pasien. Saya diminta tetap menunggu hingga dokter siap membantu saya melahirkan. Sebuah kekuatan membuat saya menuju ruang praktek dokter. Maka tanpa antri seperti pasien yang lain, saya langsung melakukan USG  lengkap dan...Trantam!

Ternyata alat USG di tempat saya kontrol kehamilan dengan dokter yang sama (untuk periksa kehamilan rutin saya lakukan di klinik tempat dokter tsb praktek, bukan di rumah sakit yang untuk bersalin), tidak akurat. Di rumah sakit besar ini USG akurat menunjukkan HPL masih 10 hari lagi. Aduuh, dokter untung saya tidak langsung diinduksi.

Dan, ternyata maju satu hari dari HPL saya diserang mulas yang dasyat. Berangkat ke rumah sakit pukul sebelas siang, sampai pukul setengah dua belas siang, hujan mencurah dengan lebatnya. Saya jadi teringat saat melahirkan anak pertama 9 tahun lalu, juga dalam curah hujan yang sangat lebat. Berbagai doa terucap sambil menikmati mulas yang melanda, pertarungan antara mati dan hidupnya seorang Ibu.

Suami memegang tangannya saya, memberi kekuatan, wajahnya menahan rasa saat saya berbisik: “Yah, doakan ya, anak kita sempurna lahir dan batinya...”

“Pasti, Bu, pasti anak kita sempurna...” Katanya menyakinkan. Sebab kata-kata sempurna lahir dan batin itu menghantui sepanjang kehamilan saya, mengisi doa-doa. Antara yakin dan cemas kadang sama porsinya. Sebenarnya dokter menyarankan untuk pemeriksaa lengkap agar jika terjadi hal tidak diinginkan kami sudah mengetahuinya dan mental saya siap. Tapi saya menolak.

“Saya serahkan kepada Allah saja, dok.” Begitu kata saya berusaha yakin dan tegar.

Pukul 13.15 WIB dokter datang dengan senyum yang menguatkan. Ketahuilah tempat bersalin ini adalah tempat dimana dulu saya melahirkan alm anak saya juga, berbagai kenangan membuat saya berusaha kuat melakukan yang terbaik.

Pukul 13.45 WIB dengan suara tangis yang menggema memenuhi ruang bersalin dan suara penuh kegembiraan dari dokter-bidan-suster yang membantu proses kelahiran dan tentu saja..suami saya, lahirlah anak ke empat kami. Saya memegangnya dari awal keluar hingga bayi mungil itu ditaruh di atas perut saya menuju dada.
#Momenpertama

Ya Allah... #momenpertama melihat wajahnya, matanya, memecah semua kerinduan dan kecemasan selama 9 bulan. Bayi laki-laki ini terlahir sempurna dengan bonus tampan. Selama menyusui, sementara dokter sibuk mengeluarkan ari-ari dan menjahit bekas robekan jalan lahir, saya membelai buah hati yang terus berusaha menyusu.

Merasakan detak jantungnya, gerak tangan dan kakinya yang nyata menempel di kulit saya, bibirnya yang bergetar menghisap puting dan merenge ketika ASI belum keluar.Bau khas ketuban, kulit yang licin bercampur lendir dan sedikit bercak darah, sungguh ini merindukan sekali. Rasa Yang Selalu Membuat Rindu Pada #Momenpertama melahirkan.

Saya pun menyadari, ini adalah anak ke empat saya bukan pengganti alm Gibran. Alm Gibran tetap ada di jiwa tersendiri, sosok yang tidak terg
antikan.

#Momenpertama

Kelahiran adalah menambah keluarga baru, keriuhan bertambah. Pada malam-malam pertama kelahirannya dan malam-malam selajutnya masa usus bayi mengalami tahap urus-urus atau adaptasi dengan asupan baru terutama pada bayi ASI, bayi akan  mengalami BAB yang sangat sering, sehari bisa lebih dari 5 kali. Sementara saya harus istirahat pasca melahirkan, maka suami harus bisa diajak kerjasama dalam hal menggantikan popok bekas BAB maupun pipis.

Sekarang sudah ada diapers special untuk bayi baru lahir dari Pampers Premium Care New Baby yang dibuat khusus untuk melindungi bayi baru lahir dengan perlindungan kulit bintang 5, yang dijadikan #momenpertama bayi #pakaipampers dengan nyaman dan aman. 



You May Also Like

15 komentar

  1. subhanallah mbak Eni...
    Pendarnya cakep...
    *lirik Pendar...

    ReplyDelete
  2. perjuangn banget y mbaak ngelahirinnya. untung blum di induksi.

    ReplyDelete
  3. anak adalah anugerah mbak, bersyukur adalah nikmat yang harus disgerakan.

    ReplyDelete
  4. I'm sorry to read that :( tapi kalau boleh berbagi cerita tentang alm. Anak ke-3, aku pengen baca.. Kok bisa dokternya udah lama memprediksi.. Sakit apakah alm. baby gibran? Gak bermaksud kepo ya makk.. Soalnya ini oengalaman pertama ku melahirkan, jadi butuh info banyak :) semangat.. Congrats atas anak ke4 nya makk..

    ReplyDelete
  5. @Rohma azha: Alhamdullilah, waktu habis melahirkannya gak bosan-bosan menatap wajahnya

    ReplyDelete
  6. @Muthi Haura:Alhamdullilah, nyaris saja karena keteledoran mesin USG, untung aku nekat minta kluar dr ruang bersalin (haduww kalau inget)

    ReplyDelete
  7. @indobotol:iya anugerah yang tidak semua orang ditakdirkan memiliki. Aamiin, semoga selalu bersyukur

    ReplyDelete
  8. @Beautyasti1: saat lahir usia kandunganku 8bulan, beberapa organ penting, spt paru2 tidak tumbuh dengan baik. Sakit spt pilek saja bisa memicu ke hal fatal. intinya selama hamil jaga kandungan terutama di tri semester pertama: jangan mengasup sembarangan obat, makanan, jangan terlalu capek, dll dan berdoa yang baik2, pasrah padaNya

    ReplyDelete
  9. @septia rahma:alhamdullilah, mba Septi si kecil sempurnah yaaaa. Moga resep2 MPasi Pedar bermanfaat ^_^

    ReplyDelete
  10. woaaa Pendar lahirnya begituuuu. Pendan dan Gibran itu beda, dan Gibran menanti kalian di surga

    ReplyDelete
  11. Kenapa hatiku turut berkecamuk? ahhh betapa ku merindukan bisa menemukan moment, mengandung, melahirkan, mengasuh,dan mendidik. HIksss kok sedih aku ya mbak?

    ReplyDelete
  12. Jiah Al Jafara:Aamiin, makasih Tante Jiah..

    ReplyDelete
  13. Amri Evianti: Jangan sedih dunk, Amri...kelak waktunya akan tiba sesuai usaha kita&kehendak Allah SWT

    ReplyDelete
  14. Pendar, namanya benar-benar menggambarkan pendar-pendar, binar-binar di dalam dada ya mbak Eni, semoga sehat senantiasa :)

    ReplyDelete
  15. alhamdulillah ...selamat mba...
    oh iya salam kenal yaa.
    berapa kalipun bersalin rasanya pasti tetap seperti pertama kali yaa
    beda anak beda rasa hehehe..

    ReplyDelete