Hidayah Sulistyowati: Pengalaman Pertama Melahirkan

by - December 02, 2016


Mba Wati&Keluarga
Kali ini saya berkesempatan mengulik blogger dan Ibu dua orang jagoan yang berusia 21 tahun dan 16 tahun ini, Hidayah Sulistyowati atau biasa akrab saya panggil, Mba Wati. Karena sudah banyak yang ngulas dari sisi dunia blogger, saya mau ulas sisi lain yang mungkin akan memberi banyak info positif bagi yang baca.

Apa sih yang ingin saya ulas dari Mba Wati? Tentang pengalaman melahirkan pertama, wow! Yes, ini penting banget loh. Banyak wanita mengalami pengalaman melahirkan pertama dengan was-was atau mengalami masalah karena ketidaktahuan. Contohnya, saya, dulu mengalami masa sulit melahirkan anak pertama karena terlalu nervous, tidak didampingi dengan ahli medis dan orang-orang yang kompeten. Meski saya sudah baca banyak banget buku kehamilan dan kelahiran, pada prakteknya saya justru butuh cerita pengalaman yang sesungguhnya.


Menurut saya cerita pengalaman seseorang itu tidak sekedar teori, tetapi ada sesuatu yang bisa diambil dengan real. Makanya saya tertarik mau mengulas pengalaman pertama Mba Wati melahirkan. Yuk, disimak sama-sama obrolan saya via sosmed dengan Mba berwajah keibuan ini:


Hidayah Sulistyowati
“ Kalo nyidam parah, enggak ada pengalaman . Aku.tuh lempeng banget selama kehamilan. Nyantaiii serasa di pantai. Sampai kakak dan.adik ipar pada penasaran waktu aku hamil muda. Beneran gak.sih aku hamil? “ Begitu awal obrolan saya dengan Mba Wati, saat saya lempar pertanyaan: "Mba, cerita dong, gimana tahap nyidamnya?"

“Suamiku tuh sampai bela-belain minta mangga di dekat tempat kerja. Terus nyampe rumah nyuruh makan mangga itu. Sampai dua hari berikutnya, dia yg makan mangga mentah itu.” Wah, ini  mah mirip-mirip cerita saya. Karena saya tidak merasa seperti yang orang-orang cerita kalau hamil itu pasti nyidam, sampai bingung sendiri; Gimana sih, rasanya nyidam? Terus nyuruh suami deh cari rujak Aceh wkwkwkwkw. Padahal gak merasa pengen atau apalah semacam itu.

“Yang paling berkesan saat melahirkan si sulung,” ujar Mb Wati ketika saya mulai membuka pertanyaan mengenai pengalaman melahirkan. Pasti ya, kebanyakan memang momen pertama melahirkan ini sesuatu yang dasyat. Perubahan hidup seorang perempuan dari wanita individu menjadi seorang ibu.

Masa-masa kontraksi Mba Wati ditemani secara bergilir oleh bapak, mertua, dan suaminya. Sementara ibu kandung Mba Wati seperti ibu saya, takut menemani anaknya melahirkan. “Ibu mertuaku mengelus perut, rambutku. Aku dikasih air zam-zam yang sudah dibacain doa. Rasanya tuh nyes banget kayak diobati rasa sakitnya...”  cerita Mba Wati.

“Anakku yang sulung itu butuh 25 jam buat lahir ke dunia. Perjuanganku melahirkan justru tahu berdasarkan cerita suami. Karena aku hanya fokus menikmati proses persalinan dengan baca sholawat, dzikir terus dalam.hati. Ngikuti saran bidan yang nyuruh atur nafas, kayak waktu senam hamil.” Nah, ini perlu dicatat dan saya sudah mengalaminya sendiri. Fokus dan berserah hanya kepada Allah SWT membuat kita bertahan dari rasa sakit yang luarbiasa. Bahkan owner Hijup pernah cerita: Dia memfokuskan sakit saat kontraksi dengan menyebut ayat-ayat Allah SWT dan berkeyakinan, ini bukan penyakit tapi sakit yang akan berhenti pada rasa bahagia, yakni kehadiran seorang bayi.

“Waktu sudah berjalan 21 jam, terlihat rambut anakku. Tapi aku gak kuat mengejan karena 3 hari gak doyan makan. Jadi aku malas makan justru mendekati hpl. Makanya gak ada tenaga buat mengejan," tukas Mba Wati. Hal yang bisa jadi pelajaran buat ibu-ibu, karena tidak semua ibu menjelang kontraksi bisa menikmati makan. Empat kali melahirkan normal, menjelang melahirkan saya tidak bisa mengasup apa-apa meski dipaksa. Karena itu biasanya saya membekali dengan mengasup sari kurma dan susu. Alhamdullilah, kuat mengejan meski bb bayi 34-nyari 3.6 kilogram.

Kondisi tidak kuat mengenjan itu membuat dokter memberi saran untuk operasi, tetapi Mba Wati bertahan karena sudah sakit.dan robek bagian bawah, masa ditambah lagi sakit luka operasi? Kondisi ini juga membuat Ibu mertua sampai takut. Terlebih ketika suami tanda tangan surat pernyataan,  tidak akan menuntut RS jika terjadi sesuatu pada Mba Wati.

“Akhirnya anakku dibantu forcep atau vakum untuk menarik keluar. Sesudahnya, 1 hari aku belum boleh bangun dari tempat tidur. Belum boleh menyusui selama dua hari, meski kuminta. Alasannya, anakku belum boleh diangkat-angkat selama dua hari. “ Tutur Mba Wati.

“Ternyata anakku terlilit tali pusar, ari-ari posisi di perut bagian kanan. Jadi gak bisa mendorong janin keluar dari mulut rahim karena itu di forcep. Efek dari forcep ini ada bekas 2 titik, sehingga bayi tidak boleh diangkat-angkat. Hari ke tiga baru boleh digendong  dan dikasih asi.”

Alhamdullilah ya, tidak sampai dioperasi, sebab jika ari-ari letaknya di bawah bisa membahayakan nyawa si ibu, karena bisa terjadi pendarahan hebat. Kasus Mba Wati ari-ari ada di perut bagian kanan. Sementara normalnya ari-ari posisinya berada di atas perut, sehingga tidak menghalangi bayi lahir dan akan dikeluarkan setelah bayi lahir. Pentingnya USG selama kehamilan, salah satunya mengetahui sejak dini posisi ari-ari sehingga dokter atau ahli medis dapat mengambil tindakan yang tepat. 

Beruntung juga Mba Wati didampingi orang-orang tercinta, sebab masa melahirkan dan pasca melahirkan itu kondisi ibu butuh sekali pendamping yang tepat. Setelah melewati proses melahirkan pertama yang tidak mudah, apa tips Mba Wati agar tidak mengalami depresi atau babyblues pasca melahirkan?
  • Bikin hati kita senang, karena ibu pasca melahirkan butuh suasana hati yang bahagia. Dukungan keluarga besar, jika suami tidak  ada (meninggal/tidak.peduli) harus ada dukungan keluarga besar. Entah orangtua kandung, mertua, saudara kandung, atau famili.
  • Ibu juga mesti bijak menata hati, karena semua itu bisa dibentuk. Mind set kita yang bentuk, kita yang menciptakan.  Mau bikin hati bahagia, bisa. Pengen sedih berkepanjangan, bisa.
  • Ibu menyadari bahwa sejak ada baby di pelukan, dia adalah tanggung jawab kita sebagai ibunya. Ayahnya memang bertanggung jawab, tetapi orang pertama.yangg selalu dicari oleh baby adalah ibu.
  • Jika bisa mengambil jeda dari kesibukan ngurus baby dengan spa, creambath, baca buku. Pokoknya lakukan hal-hal  yangg bakal bikin hati bahagia.
(Jangan lupa baca Belajar Menjadi Orangtua Baru)

Moga tips dari Mba Wati bermanfaat ya, wanita yang ngeblog sejak tahun 2011 akhir,  dan memiliki tujuan ngeblog karena ingin berbagi apa yang sudah  dialami ini memang seorang ibu yang cukup berpengalaman. Melihat kedua putranya ada yang sudah beranjak pra dewasa, dan Mba Wati sangat bangga loh memiliki anak laki-laki semua. Menurut ceritanya anak-anaknya sangat empati kepada Ibunya.


Mba Wati dalam kegiatan bersama teman blogger
“Aku pengen menuliskan pengalaman dan menghapus stigma bahwa anak laki-laki juga punya empati pada orang tua,” katanya sebagai penutup obrolan kami. Oya, Mba Wati juga punya mimpi ada editor yang membaca tulisan tentang haji di blognya, dan menawari kisah haji jadi buku. Moga tahun 2017 terwujud ya, Mba... Aamiin. Buat yang ingin tahu tulisan-tulisan Mba Wati bisa langsung ke www.hidayah-art.com



You May Also Like

18 komentar

  1. Aaah, bermanfaat banget, Mbak Eni. Makasih ya, artikelnya :*
    Aku tuh paling takut soal babyblues itu. Sampe mikir: "beneran ada ya? penyebabnya apa ya?"
    Semoga dijauhkan dari syndrome begitu. Aaaamin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...Insaallah tidak mengalami ya, Mba
      Ingat selalu ada mahluk kecil yang membutuhkan kita, yang bisa kita ajak bersenda gurau

      Delete
  2. udah 21 tahun dan 16 thn ya usia anak2nya bentar lagu mantu dong ya bu hajjah

    ReplyDelete
  3. Mbak Wati emang penuh inspirasi. Salut deh :D

    ReplyDelete
  4. Kayanya setiap wanita pasti mengalami Baby Blues. Cuma jangka waktunya yang beda-beda

    ReplyDelete
  5. Betul tuh! Yang penting hati senang! :D

    ReplyDelete
  6. Meski ada baby, perawatan tubuh dan rileksasi juga penting. :)

    ReplyDelete
  7. Aku kemaren jg sempet baby blues mbak meski cuma bentar gegara begadangan trs dan asi yg blm lancar. Stres x ya tp alhamdhulilah skr udah baik :)

    ReplyDelete
  8. Semangattt trs ya mba..memang penting bgt menjaga ketenangan dan kebahagiaan pikiran..spy terhidnar dr baby blues

    ReplyDelete
  9. Udah pernah baca kisah naik haji Mbak Wati ini. Namun cerita melahirkannya justru baru tau dari Mbak Eni ini. Trims ya, salam buat kalian semua para ibu yang multitasking 😁

    ReplyDelete
  10. Tipenya kece banget, jadi ingat zaman melahirkan anak pertama, penuh perjuangan.

    ReplyDelete
  11. Ekekeke.. kl aku pengalaman hamil pertama ngida, gethuk dan sulittt bgt didapetinnnn

    ReplyDelete
  12. aku juga pengen punya pengalaman melahirkan tapi blom juga nih :)

    ReplyDelete
  13. Wah rada ngilu bacanya jadi ingat pas melahirkan dulu, tapi Mbak Wati hebat tetap bertahan dengan 25 jam kontraksi.

    ReplyDelete
  14. Perjuangan seorang ibu seperti perang jihad saja penuh pengorbanan jiwa n raga

    ReplyDelete
  15. Pengalaman melahirkan pertama kali selalu menjadi kenangan tak terlupakan. Makasih ya mba, artikelnya menarik, moga bermanfaat 😍

    ReplyDelete
  16. Duh... nggak kebayang gimana udah jadi ibu saat sudah mau melahirkan. Setuju sma mba Tanty, pengorbanan jiwa dan raga seorang ibu, demi si putra bisa hadir di dunia...
    TFS ya mbak Eni...

    ReplyDelete
  17. Anak laki-lali yg berempati kepada ibunya, saya jadi teringat kakak saya. Kalo bisa dibilang, kakak saya laki2 ini justru lebih dekat dengan ibu ketimbang saya hehe :)
    Salam kenal Mba ^^

    ReplyDelete