Tips Memelihara Kucing Liar

by - March 14, 2017


Salah satu kucing liar di rumah yang kami beri nama Goldie
Sebenarnya saya buka pecinta kucing, tapi dari kecil sudah berada di antara kucing-kucing. Maklum Kakak saya penyuka kucing, bahkan pernah kucing kesayangannya, Coki hilang. Waktu itu saya dan kakak masih SMP, meski kakak laki-laki dia sampai nangis. Intinya Coki harus dicari ke mana pun, jadilah tiga adiknya, termasuk saya disuruh nyari ke seluruh komplek. Namun Coki tidak juga ketemu, kucing belang putih hitam dengan cemong hitam di hidung itu menghilang entah ke mana.

Ini sebenarnya tidak biasa karena Coki sudah lama dipelihara, dari seekor kucing kecil yang ditemukan di selokan jalan hingga menjelma menjadi kucing jantan dewasa. Coki sudah hapal semua jalan di kompleks kami, karena kalau kakak ke warung atau bermain Coki sering ikut. Kakak akhirnya memiliki dugaan Coki diculik penyuka kucing lainnya.

Hingga seminggu kemudian bangkai Coki di temukan di jalan samping kebun kami, terkapar dengan luka macam ditabrak mobil. Kakak saya menangis sejadi-jadinyanya, saya ingat betul Coki diambil, dibungkus kain putih bersih, dikuburkan di kebun samping rumah, ditaburi bunga mawar dan dibacakan doa.

Waktu itu sampai saya yang tidak begitu suka kucing jadi ikutan sedih, ikutan menabur bunga, karena memang Coki sudah begitu familiar di keluarga kami. Ternyata kesedihan kakak saya ini teramat dalam, dia melukis Coki di atas kaca, lukisan yang menggambarkan Coki terbaring dalam keadaan tidak bernyawa. Lukisan itu sampai kini ada di rumah orangtua saya.

Lalu mengapa saya tidak suka kucing?

Karena pernah dicakar? Bukan awalnya ada tragedi salah satu kucing kakak melahirkan di almari baju saya. Jejak darah yang bau sekali merusak baju, saya marah dan merasa jijik sekali. Tragedi ke dua, saat saya tertidur di lantai dengan alas karpet. Entah kenapa, tahu-tahu diatas karpet tersebut ada kotoran kucing. Dua tragedi itu benar-benar bikin saya fobia kucing dalam arti bukan takut, tapi jijik.

Karena jijiknya sampai saat memiliki anak, Pijar, saya memutuskan untuk melarang ada kucing di rumah karena Pijar suka banget kucing. Waktu rumah kami masih di Jagakarsa, setiap hari Pijar main ke rumah tetangga yang memiliki beberapa ekor kucing. Kadang dia ijin buat bawa seekor anak kucing sebentar ke rumah. Karena terus memohon, akhirnya saya perbolehkan dengan syarat selesai bermain, cuci tangan bersih karena bulu-bulu kucing takut menempel di kulitnya. Juga mengawasi kalau-kalau kucing itu mau buang kotoran, harus segera dikeluarkan.

Ternyata saat anak ke empat lahir, Pendar, suka banget kucing sampai mania sama boneka kucing. Apalagi ketika kami pindah ke Depok, sekomplek itu penghuninya kayaknya seperempatnya kucing, sangking banyaknya. Awalnya saya kaget juga, karena halaman rumah kami sering bau kotoran kucing sampai kami menebar kopi bubuk banyak-banyak agar baunya hilang. Kucing-kucing itu tidak semuanya memiliki tuan, sebagian ada yang liar sehingga kotorannya di mana-mana.


Pijar dan Pendar tentu saja sangat suka banyak kucing, bahkan tanpa sepengetahuan saya keduanya sering memberi makan kucing-kucing itu. Tidak hanya memberi makan, ada kucing yang manja banget sampai bisa diunyel-unyel Pendar. Waaaw! Kaget dong, itu kan kucing liar. Gimana kalau kotor dan sebagainya.


Tetapi membatasi anak-anak ke kucing-kucing, melarang kucing ke halaman rumah, sangat tidak mungkin karena setiap hari banyak kucing di sini. Akhirnya saya mulai mengatur hati, kucing-kucing itu saya perhatikan. Jika ada gerak-gerik mencurigakan akan membuang kotoran, saya cipratkan air, halaman rajin disapu, setiap jadwal makan Pendar pagi dan sore kucing-kucing saya panggil untuk dikasih makan juga. Begitu terus dan apa yang terjadi?




Di antara banyak kuncing ada dua kucing yang kemudian jadi penghuni tetap halaman rumah kami, jika saya teriak: Pus! Pus! Langsung ..wussssss! Keduanya datang, kalau melihat saya atau Pendar bawa makanan, mereka muncul, mengeong seolah bilang... "Mana bagianku?" Kedekatan ini terjadi begitu saja tanpa kami saling bersentuhan. Hanya komunikasi lewat kata-kata dan makanan.


Dua kucing liar itu jadi seperti peliharan tidak langsung, anehnya tidak buang kotoran di halaman rumah. Terus lucunya, kadang kalau pintu saya tutup pas jadwal makan terdengar suara kucing yang menggesekan kepalanya ke pintu, mungkin itu cara mengetuk pintu ya? Wkwkwkkwkw. Tetep sih, mereka tidak masuk ke dalam rumah, cukup di teras saja dan muncul pada saat jam-jam makannya Pendar.

Ternyata bisa juga ya, kita mencintai, memelihara kucing tanpa harus memasukkannya ke rumah dan memelihara kucing liar, teryata tidak sulit dan tetap bisa menjadi kucing yang manis.


You May Also Like

24 komentar

  1. Aku juga mba, klo kucing lewat doank mah biasa aja tapi klo udah mulai uyel-uyelan, aku ogah ��, geli2 gimana gitu. Tp klo ngasi makan, macam tulang2 itu sih sering

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama
      Kadang tergoda mau ngunyel-ngunyel tapi geli ingat pup pasti tuh kucing ga cebok

      Delete
  2. Saya memelihara kucing sejak kecil. Bukan hanya kucing yang kami pelihara tapi juga ayam, ikan, tupai, dan burung hantu. Kecuali kucing semua hidup di luar atau di kebun. Tapi si kucing, serumah dengan kami. Bahkan tidur pun sering satu kasur dan selimut. Fahmi suka banget dan sayang sama si emeng, kucing kami itu. Tentu saja saya menjaga kebersihan dan kesehatannya. Syukur setiap bab atau bak si emeng sudah pintar dan disiplin tahu tempatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaaa ampuuun, mb Okti persiiiiis keluarga besarku: bapak,ibu dan kakakku..sampai punya tonggeng, ular

      Delete
  3. Em, ih ceritanya hampir sama dgn pengalamanku.
    Kalo aku tinggal nya di kamar kost2 an, awalnya gak keberatan kalo ada kucing yang main ke kamar. Yang penting kalo mau bobo, kucingnya di bawa keluar trs karpet disapu bersih, tp hingga suatu hr seekor kucing main2 dikamar tiba2 bikin gerak gerik mau buang air seni di dkt tumpukan buku q akhrnya jd agak illfeel.Akhrnya skrg gak bolehin kucing msk kamar lg wlupun teta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sampai sekaramg masih belum bisa bawa kucing ke dalam.Aku gak kuat juga sama bau khas kucing

      Delete
  4. AKu juga dulu pelihara kucing kampung mbak, dirawat sejak lahir. Tp karena nggak pernah dibawa ke Vet, jadi saya nggak ngebolehin masuk ke rumah, hanya di halaman saja.

    Memang paling enak memelihara kucing jantan, nggak pernah buang air di rumah, paling hanya di halaman, itu pun yang tanahnya gembur dan dikubur sendiri, bener2 nggak pernah ngerepotin.

    Tidur, makan yaa di halaman rumah, sudah seperti penjaga aja. Bahkan sampai ia sakit dan meninggal pun di rumah. Begitu meninggal, rasanya sedihh :( soalnya dia manjaaa banget

    Sekarang nggak dibolehin piara kucing dulu sama suami. huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti kucing liar di rumahku nih, klo kuusir Pendar marah.Katanya: kucing endeeek

      Delete
  5. dibelakang rumah ku lebih dari setengah lusin kucing liar nunggiin aku nyuci piring n sambil nunggu di kasih tulang atau sisa makanan... tapi mereka tetap takut aku dekati..he2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di kompleks sini buanyaaaak.Sampai ada blok yang jalannya,teras rumah-rumah ada pup kucing

      Delete
  6. Salut buat yang mau dan telaten pelihara kucing liar soalnya tau sendiri kadang image kucing liar kan nggak begitu bagus. Yang penting kucingnya harus tetap sehat biar yang memelihara baik secara nggak langsung juga tetap sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi..cuma di teras dan ga boleh dipegang, mb.klo kepegang...wajib cuci tangan bersih

      Delete
  7. Fatih dan Aisyah juga suka banget mainan kucing, Mbk. Di rumah juga sering banyak kucing liar datang dan suka makan en nungguin sisa makanan di dekat kotak sampah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak-anak ya suka banget kucing karena lucu dan dipegang empuk

      Delete
  8. Mbak Eni kayak suami saya ih gak suka kucing. Iya sih dia agak jijik gitu sama kucing.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bangeeet, mb.sekarang aja masih mending, dulu geli bangeet

      Delete
  9. Kalo saya dengan kucing biasa aja sih. Ada kucing di rumah, datang entah darimana, akhirnya jadi piaraan sampai beranak pinak. Anak saya suka banget tuh ama kucing, sampai diangkat, dibawa ke dalam rumah. Tapi gak boleh masuk kamar.

    ReplyDelete
  10. Berarti beri batasan wilayah yang ga boleh dilalui si kucing ya. Pendar berani deket kucing, Sid malah teriak-teriak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan berani lagi,klo aku meleng itu kucing diunyel-unyeeel

      Delete
  11. anak saya paling suka yang namanya kucing

    ReplyDelete