Tuesday

Proses Melahirkan Anak Ke Lima



Yang sering berkunjung ke blog saya pasti sudah membaca nano-nano kehamilan saya yang ke lima ini, kan hehehe. Dari mulai kondisi kehamilan trimester pertama dan kedua yang tidak terlalu mempengaruhi kondisi saya sehingga masih bisa sibuk menghadiri even blogger, sampai trimester akhir yang membuat saya tepar terserang kontraksi palsu.

Buat saya nano-nano banget karena berbeda dari kehamilan sebelumnya. Sempat sedih dan cemas karena menjelang HPL justru tidak sekuat awal kehamilan, apakah kondisi ini bisa lahiran normal? Begitu pikiran parno saya, tetapi melihat dokter optimis dan tidak menyebut soal sectio selama saya kuat dan tidak ada kondisi dadakan yang membahayakan, seperti tensi mendadak tinggi. Asupan garam sudah saya batasi sesuai anjuran dokter.

Sepanjang menunggu HPL ini saya dan suami berdoa agar calon anak kami lahir seperti Pendar yakni siang hari agar mudah mencari mobil, tidak merepotkan oranglain. Mengingat jarak tempuh kali ini lumayan jauh dibanding saat kami masih tinggal di Jagakarsa. Depok-Pondok Labu (Prikasih) jarak yang belum bisa kami prediksi jika sampai mulas tengah malam, meski tetangga banyak yang menawarkan bantuan mengantarkan jika malam saya kontraksi.

Untuk menjaga segala kemungkinan kami tidak mau menggantungkan harapan minta bantuan oranglain, hal pertama usaha dulu. Setelah usaha tidak berhasil, baru menerima bantuan, ini rasanya lebih nyaman. Makanya kami berdoa terus agar lahiran siang, tercetus juga harapan saya dan suami anak lahir tanggal 18 Okt alias maju dua hari dari HPL, entah kenapa berapa kali yang tercetus tanggal itu, hehehe.


15 Oktober 2018

Malam saya mengunjungi dokter untuk periksa dalam mengingat HPL sekitar tanggal 20 Oktober. Malam itu entah kenapa susah sekali mencari mobil dan untuk pertama kalinya hamil trimester tiga saya dibonceng pakai motor oleh suami pulang pergi Depok-Cilandak (lokasi peiksa), nekat banget ya. Habis saya tidak mau menunda lagi mengingat HPL sudah dekat.

Hasil pemeriksaan dalam sudah tersentuh tangan, tetapi posisi janin belum turun panggul full. Jadi saya harus banyak jalan dan jongkok kata dokter, tetapi karena efek naik motor wasir saya kumat, kontraksi palsu terus. Jadilah gagal untuk gerakan banyak jalan dan jongkok, makin gelisah pikiran saya. Tumben, jelang lahiran wasir saya kumat. Gimana ini nanti?

Sempat terlintas sih bayangan sectio, tapi lalu saya ingat dari awal hamil anak pertama saya selalu sugest bahwa saya bisa lahiran normal. Kelebihannya lahiran normal ini jika penanganannya baik akan mudah sembuh tanpa meninggalkan efek sakit atau luka berkepanjangan. Bismillah...saya jalani sesuai alurnya saja, berharap segala keajaiban.

17 Oktober 2018

Akhirnya saya panggil ahli therapis langganan ke rumah supaya wasir berlalu dan lancar melahirkan. Oya, ditherapis ini memang tidak ujug-ujug atau langsung sembuh tapi berangsur dan lebihh cepat efeknya. Saya berharap tanggal 20 atau 21 wasir sudah kempes dan siap untuk lahiran, tetapi habis ditherapis saat ke toilet saya melihat garis kecokelatan di celana dalam, dan malamnya keluar flek.

Kaget! Karena ini untuk pertama kalinya hamil mengalami keluar flek, semacam darah haid yang mengental, saya hanya menduga-duga dan langsung WA dokter. Katanya tanda-tanda sebentar lagi saya akan lahiran, tunggu mulasnya.

18 Oktober 2018

Subuh saya terbangun merasakan mulas yang berbeda dari kontraksi palsu. Mau sholat tidak bisa karena semalam sudah keluar flek. Alhamdullilah, ibu saya kemarin sorenya bersedia menginap di rumah. Jadi pagi ini saya merasa nyaman jika memang harus melahirkan, karena hal terpenting ada yang menghandle Pendar. Sebab saya kawatir si kecil ini panik saat saya dan suami pamit ke rumah sakit.

"Ayah pesan taksi online ya?" kata suami saya yang sudah bersiap-siap, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi.

Waduh, mulas yang saya rasakan masih standart dalam arti saya masih bisa tertawa, wara-wiri, makan dan minum. Maka saya menolak dan memutuskan untuk jalan sekitar jam 10 pagi seperti yang sudah-sudah supaya sampai rumah sakit tidak menunggu lama lahiran. Tetapi ternyata suami diam-diam sudah pesan taksi online dan langsung dapat, duh!

"Ayah, kok sudah pesan taksi online. Ibu  bilang kita jalan nanti, ibu gak mau lama-lama di rumah sakit nunggu mulas!' Kata saya kesal.

"Ini di Depok, Bu, dan jam kerja. Selain jarak lebih jauh, macet, gimana kalau kamu lahiran di mobil?" Suami keukeuh.

Saya tahu rasa mulas yang saya rasakan, tapi mau bagaimana lagi mobil sudah muncul di depan rumah. Terpaksa saya jalan juga setelah pamit ibu dan meminta maaf, memohon doa restunya. Buat saya setiap melahirkan adalah perjalanan yang sulit ditebak, kita minta selamat, sehat, tetapi perjuangan melahirkan harus memasrahkan semua rasa hanya kepada Allah SWT.

Dan, untuk ke lima kalinya saya tembus jalan raya bersama suami dengan rasa mulas yang kadang muncul, kadang tidak. Saya masih bisa tertawa dan cerita banyak hal ke suami, sungguh perjalanan seperti ini adalah moment yang selalu menguatkan kami ketika perahu yang kami tumpangi nyaris 14 tahun ini mengalami hembusan angin maupun badai.

Sepanjang jalan tangan suami menggenggam tangan saya yang mungil, memberi sepenuh kekuatannya kepada saya. Bagaimanapun dia menyadari untuk kali ini saya melahirkan di usia rawan...

Seperti apa proses melahirkan saya yang ke lima ini,  kondisi wasir yang sebelum hari H mau melahirkan mendadak kumat. Ikutin cerita selanjutnya di SINI, semoga bermanfat

4 comments:

  1. selamat ya mbak eniiiiii...happy banget, rumah pasti rame deh. Doain aku bisa nyusul ya mbak eni

    ReplyDelete
  2. Aku baru baca yg ini..tadi baca yg kisah kduanya mba. Moment lahiran itu memang luar biasa ya mba. Aku jg klo di posisi pak suami ngeri brojol di jalan..

    ReplyDelete