Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • Kategori
    • Parenting
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Resep Anti Gagal
    • Mpasi
    • Travel
    • Review
  • About
  • Sitemap
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log
PEREMPUAN MENJELANG MALAM
Selalu hari menjelang malam setiap kudapati perempuan itu
Yang berdiri tengadah dengan kedua bola mata menatap bintang-bintang
Dan telunjuknya menghitung ribuan cahaya-cahaya di atas langit itu
Dan merogohi kantung celananya yang gombrang menggelembung
Dan melompat seperti melontari sesuatu hingga keringat membuahi wajahnya
Lalu terduduk dalam lelah, namun terbingkai senyum
Dan baru menjelang pagi ketika bintang-bintang itu redup sinarnya
Dan menghilang…
Tertatih-tatih ia pergi…

Saat kutanya pada menjelang malam berikutnya…
Mengalun cerita dari bibir perempuan itu
Yang bentuknya merekah persis buah delima
Dengan bola mata berkaca-kaca
Yang bulat seperti buah almond
Dengan wajah sendu yang keningnya meruyak bulu-bulu lembut
Ia cantik dan kehilangan kekasihnya
Pria yang dicintai sepenuh jiwa…
Entah kemana…

Maka pada bintang-bintang yang menguasai jagad ketika malam
Ia titipi berjuta-juta surat pada kekasihnya
Tak kunjung balasan
Tak kunjung lelah
Hingga aku menangis menjelang malam melihat ulahnya…
Dan berdoa akan hujan yang menenggelamkan bintang-bintang…

Bangka, 26 April 2002
May 17, 2011 3 komentar



TARIAN JIWA VI

Ini sajak cinta
Pergulatan hati anak manusia dengan manusia
Bentrok jiwa
Tinju batin

Ini puisi Ketuhanan
Hubungan Sang Pencipta dengan tercipta
Ikatan
Jeratan
Jalinan
Yang mengunci

Ini syair kehidupan
Ada Tuhan
Ada manusia
Ada malaikat
Ada binatang
Ada bumi
Ada langit

Aku sedih
Aku senang
Aku menangis
Aku tertawa
Aku merasakan semuanya.


Puisi-puisi berikut ini saya peruntukan untuk seseorang. Terima kasih untuk waktu yang terhitung, terlalui, terlerai hingga ceritanya
Kenangannya
Dapat menjadi oleh-oleh, meski kita telah dipetai laut yang demikian luas...

(Serpong, Desember 1999 s/d 2001)
May 15, 2011 3 komentar
DAUN-DAUN PETE
Daun-daun pete itu sudah sempurna memayungi hampir seluruh halaman
Daun-daunnya kecil-kecil menyerupai serpih-serpih...
Yang bila angin datang...
Luruhnya menyelimuti permukaaan tanah, kuning-kuning persis permadani persia
Bunga-bunganya yang bulat-bulat seperti kembang gula pun telah bermekaran

Sudah berapa lamakah kita berai?
Jika waktu melepasmu di stasiun kereta itu
Pohon pete meranggas kehitaman nyaris menyerupai pohon mati...
Wajarkah dengan segumpal kerinduan yang menggelayut rongga hati?
Yang memberati hingga kakiku tertatih dan terhempas...

Sudah seribu surat kutulis buatmu
Kuposkan pada bintang-bintang, ke langit-langit
Karena hanya mereka yang dapat mencapaimu
Yang mengelilingi depa- depa tanah tanpa aksara
Sialkah rasa yang kumiliki?
Beribu-ribu malam pada akhirnya kubiarkan surat-surat berikutnya
Terlantar dalam sepi
Sebab balasanmu tak kunjung-kunjung...

Dan daun-daun pete itu telah kembali menghitam menyerupai pohon mati...
Dan aku tak mampu lagi untuk berhitung berapa lama kita berai?

(Stasiun Lenteng Agung, 8 Desember 2001)
May 15, 2011 1 komentar



TARIAN JIWA


Gelap sempurna mengafani Ibu Bumi
Bintang-bintang centil mendekorasi
Sepotong bulan menyembul di bukit
Awan
Berarak
Mengundang jengkerik,
Ribuan binatang malam
Dan anjing penjaga

Dalam pondok diriung keping-keping daun mangga
Jutaan abjad tersusun
Dari onak pikiran
Buah khayalan
Oleh-oleh perjalanan
Yang sebagian mengendap
Jadi kenangan

Dicumbui tangan
Dionani jemari
Disetubuhi tust-tust
Melahirkan syair-syair
Cerita-cerita
Yang ketika terbaca menyerupai musik
Untuk tarian jiwa.



(Saya persembahkan untuk anak-anak Laela, 7 Agustus 2003)
May 15, 2011 No komentar
Pada malam yang telah lampau
Aku pernah terjaga
Bulan demikian pucat
Menyamai cahaya yang memelukku
Dari sepotong bohlam di ujung langit-langit teras
Suara tembang yang cuma diucap sekata-sekata
Tanpa terbungkus musik
Gending
Begitu mengonyak jiwa
Mengangkat kepala
Membuka mata
Menatih-tatihkan kaki
Aku diam
Tapi jiwa kumenari
Dari sebuah puisi
Sajak
Syair
Yang membongkar malam dari sepi
January 25, 2010 No komentar
Older Posts

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose