Sunday

Cara Memilih Sekolah Menengah Tingkat Atas yang Tepat

Setiap anak memasuki jenjang sekolah, entah TK, SD, SMP dan seterusnya, buat saya dan suami masing-masing tahap ini benar-benar menguras energi. Bukan lebay, tapi memang mencari sekolah itu banyak banget aspek yang harus ditimbangkan. Dari mulai mencari sekolah yang bagus, biaya yang sesuai budget, jarak sekolah, dan sebagainya
Seperti tahun kemarin saat tiga anak saya memasuki jenjang SD, SMP, dan sekolah menengah tingkat atas. Ampun, rasanya saya dan suami seperti jungkir balik. Mulai dari hunting sekolah, jarak sekolah, kualitas sekolah, dan juga minat anak. Dan, jujur kemarin itu sangat berkendala ketika mencarikan sekolah buat anak sulung saya yang akan masuk ke sekolah menengah tingkat atas.

Dibandingkan dengan mencari sekolah SD, SMP, menurut saya mencari sekolah menengah tingkat atas cukup sulit. Karena menurut saya di sini sudah harus fokus ke bakat dan minat anak, bukan lagi sekedar sekolah dengan teori dan tanpa arah. Sebelum akhirnya anak akan menemukan tingkat lanjutannya yakni kuliah.

Di mana untuk itu dibutuhkan sekolah yang juga siap membentuk karakternya, kemampuan dan kemandiriannya, dan juga menumbuhkan jiwa leader dalam dirinya. Agar ketika anak-anak memasuki bangku kuliah sudah memiliki kepribadian dan kemampuan akademik yang dapat diandalkan.

Webinar SMA Pintar Lazuardi : ‘Kiat Memilih SMA yang Tepat’

SMA Pintar Lazuardi Menerapkan Pentingnya Pendidikan Karakter

Nah, untuk adiknya yang dua tahun lagi memasuki jenjang sekolah menengah tingkat atas, jadi PR besar saya dan suami agar bisa lebih baik lagi mencarikan sekolah. Maka begitu ada undangan weinar bersama SMA Pintar Lazuardi tanggal 23 Oktober 2021 kemarin, dengan mengusung tema ‘Kiat Memilih SMA yang Tepat’, saya langsung bersedia ikut tanpa pikir panjang lagi.


Pembicara pertama dalam webinar ini adalah Bapak Haidar Bagir yang cukup sepemahaman dengan saya dalam hal prestasi anak di sekolah, yakni tidak berpatokan pada rangking sekolah. Tapi utamakan kemampuan anak dalam leadership, membantu hobby anak agar mengembangkan kemampuannya, dan memberikan kurikulum yang tidak membenani anak-anak. Setuju, Ibu dan Bapak?


Setuju dong ya, kita bisa membayangkan jika sekolah hanya memberikan tugas rumah marathon lalu memberi nilai, cukup. Yang nilainya bagus pintar dengan rangking 10 besar, yang nilai buruk distempel tidak pintar. Padahal pintar atau tidak itu luas sekali penjabarannya, tidak hanya sekedar teori hapalan, hitungan.

Dan di SMA Lazuardi mendukung hal-hal yang seperti dijabarkan oleh Bapak Haidar, termasuk juga memberikan kelas daring dan luring mengingat kondisi masih pandemic. Apalagi di masa depan kegiatan online ini akan memegang kendali sesuai dengan jamannya era digital, sehingga kelak tidak akan kaget dengan perubahan teknologi.

Memang pendidikan karakter itu penting, dan diolah melalui disiplin yang positif, seperti yang dipaparkan Irfan Amalee selaku Cofounder Peace Generation tentang 7 prinsip disiplin positif yaitu:

1.      Menumbuhkan kesadaran internal

2.      Bukan karena hukuman, tapi konsekuensi logis

3.      Dukungan bukan hadiah

4.      Koneksi sebelum koreksi

5.      Memahami bukan menghakimi

6.      Mengendalikan diri bukan mengendalikan anak

7.      Lembut sekaligus tegas

Mendengarkan point-point dari Irfan Amalee tentang 7 prinsip disiplin positif, membuat perasaan saya tertancap dalam, sebab betapa selama ini saya banyak melakukan kesalahan dalam menerapkan disiplin ke anak-anak. Diantaranya saya suka mengoreksi apa yang dilakukan anak-anak tanpa melakukan pendekatan lebih dahulu, kenapa mereka melakukan itu. Saya juga tegas tapi tidak lembut, huhuhu.


Di sini Irfan juga memberikan gambaran atau symbol 5 binatang yang harus dikuasai oleh anak-anak dalam dirinya, yakni:

1.      Singa (melambangkan tubuh kita)

2.      Rajawali (melambangkan pikiran)

3.      Bunglon (melambangkan emosi)

4.      Sapi (melambangkan aset)

5.      Ayam jago (melambangkan waktu)

Ada satu gambaran juga tentang pekerjaan di masa depan yang disampaikan, kelak teknologi akan semakin maju dan lebih banyak menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia. Jika anak-anak tidak didik secara karakter yang menciptakan kemandirian, kemampuan berpikir, apakah anak-anak akan bertahan hanya dengan mengandalkan kepandaian teori akademik?

Peran Orangtua Terhadap Kesuksesan Anak : SOBAT 21

Namun dari semua pendidikan yang bagus tersebut, tentu saja hal utama diperlukan peran orangtua untuk kesuksesan anak. Iya, dong masa anak hanya diserahkan ke sekolah, orangtua lepas tangan. Tentu hal ini tidak akan memberikan kesuksesan yang maksimal, namun peran yang dimaksud seperti apakah?


Bapak Setiyo Iswoyo dari SMA Pintar Lazuardi menjelaskan antara anak dan orangtua harus memiliki komunikasi, selain dengan gurunya. Namun jujur, tidak mudah komunikasi dengan anak remaja karena mereka sudah mulai memiliki kehidupan pribadinya, kadang anak-anak remaja juga merasa sudah mandiri sekali, padahal peran orangtua tetap penting sekali.

Untuk menjembatani komunikasi orangtua dan anak agar terbentuk dengan baik, SMA Pintar Lazuardi meluncurkan SOBAT 21 yang merupakan Sekolah Orangtua Abad 21. Di mana orangtua akan belajar lebih baik  lagi mengenai cara berkomunikasi dengan anak-anaknya. Memang ya, perbedaan generasi ini membuat komunikasi sering salah arti, karena itu diperlukan sekali pemahaman tentang cara komunikasi yang tepat.

Menurut Psikolog Vera Adella dan Shahnaz Haque artis yang kerap menyorot dunia anak-anak, tantangan menghadapi generasi Z ini, orangtua harus paham dengan pola pikir mereka. Bukan anak yang harus memahami pemikiran orangtua, karena sudah beda pola pikir sesuai jaman atau generasinya.


Shahnaz juga memberikan rumusan mental juara: kreatif, adaptif, dan kolaboratif. Namun selama ini dalam prakteknya sekolah-sekolah mendorong anak-anak atau siswanya untuk menggunakan otak kiri.

“Padahal untuk cerdas akademis itu gampang, anak tinggal disurug ngulang-ngulang pelajaran bakal hapal. Yang sulit itu mengembangkan kreativits dan kolaboratif, karena menggunakan otak kanan,” jelas  Shahnaz.

Contoh kecil yang dialami semua orang, hampir semua anak diminta menggambar warna langit, pasti biru. Karena sejak masuk TK diberi pemahaman warna langit biru, padahal warna langit beragam tergantung kondisi, seperti langit hitam mendung, langit putih cerah, langit merah saat senja, langit orange ketika lembayung.

Tahukah, anak yang pintar belum tentu bertahan tapi anak yang kreatif pasti memilikik daya tahan yang tinggi. Seperti pegawai kantor yang cerdas akan kesulitan saat resign karena kondisi pandemi, tapi pegawai kantor yang kreatif akan mencari pekerjaan lagin, entah menjual masker, hand sanitizer, dan kebutuhan saat pandemik lainnya sehingga bisa bertahan.

Karena itu penting sekali membentuk karakter yang positif, aktifkan otak kanan, dan jadilah orangtua yang menyenangkan bagi anak-anakny dengan menjaga mulut. Bukan hal yang mudah ya, karena kebiasaan lama yang kadang sudah mengakar dalam pola asuh dan pola pendidikan kita pada anak-anak. Tapi kita wajib berjuang untuk mengubah menjadi lebih baik.

Nah, bagaimana Ibu dan Bapak, apakah sudah memiliki gambaran cara memilih Sekolah Tingkat Atas yang tepat?



14 comments:

  1. Koneksi baru koreksi, duuh jleeeb banget :(. Selama ini bawaan kalo ngajarin anak, udah bawel aja ngeliat yg salah2 :(. Belum lagi poin tegas tapi lembut. Tegasnya iya, lembutnya boro2... Nih suara auto naik kalo udh ngajarin anak.

    Memang susaaaah banget untuk mengendalikan diri sendiri mba :(. Aku salut dengan ibu yang bisa sabar banget saat mengajari anak2nya.

    ReplyDelete
  2. Aku masih galau tadinya tapi setelah baca tulisan ini agak berkurang galaunya. Hehe... Mudah-mudahan aja ada petunjuk lagi buatilih sekolah yang terbaik dan terjangkau kantong. Aamiin.

    ReplyDelete
  3. Waww anak masuk barengan gitu kerasa banget ya mba repotnya. Aku pernah denger tuh cerita dari temenku, heheh
    Ditambah lagi dengan keperluan anak-anak yang serba baru semuanya yaa. Kalau diingat2 pasti akan jadi pengalaman yang luar biasaa mba..

    ReplyDelete
  4. Sekarang emang udah makin banyak yang menyadari bahwa yang dibutuhkan seorang murid bukan hanya nilai tapi juga skill ya dan pendidikan karakter ya.
    Aku penasaran bedanya SMA Lazuardi yg hybrid gini sama yang SMA konvensionalnya kyk angkatannya, kelasnya dll, apakah disamakan atau dibedakan utk manajemen sekolahnya gtu mbk?

    ReplyDelete
  5. Ternyata bunglon merupakan binatang yg sebaiknya ada di dalam diri anak ya mbak. Dulu saya kira bunglon itu merepresentasikan hal yg negatif

    ReplyDelete
  6. Betul banget kata mbak Shahnaz, mental juara itu yang kadang jarang diasah atau hampir tidak pernah diasah di sekolah. Palingan hanya lewat aktivitas ekstrakurikuler aja. Bukan masuk dalam kegiatan belajar utama. Padahal penting banget yaaa.

    Sekolah Lazuardi ini emang berkualitas. Kebetulan teman kuliah aku kerja di situ sebagai guru dan dia dulu paling pinter di kampus. Gak heran lah kalau sekolahnya kece, kualitas gurunya pun oke.

    ReplyDelete
  7. Harus belajar nih milih SMA yang tepat karena sebentar lagi anakku masuk SMA. Setahun lagii... Keren banget materinya ini. Jadi tau cara milih SMA yang tepat.

    ReplyDelete
  8. Setuju Bubi pendidikan karakter itu penting banget jadi emang siswa ga cuma di ekali tugas dan tugas yaah tp dipersiapkan juga skill lainnya buat masa depan

    ReplyDelete
  9. Wah, pas banget nih Abang lagi cari2 SMA yang pas buat dia. Soalnya emang selama ini cari sekolah yg bukan cuma ngasah akademiknya aja, tapi kreatifitas anak. Itu ga semua punya.

    ReplyDelete
  10. Wajib bookmark ni buat persiapan anak2 ku nanti. Bener ya mak, bukan cuma modal pintar tapi karakter juga harus dibentuk dan masuk dalam kurikulum pendidikan..

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah bubi, aku juga ikutan webinaf ini dan sangat terinspirasi dengan apa yang disampaikan oleh semua pembicara terutama mbak shahnaz. Begitu gamblang dia membahas tentang edukasi yang harus dilakukan kepada generasi Z yaa.

    ReplyDelete
  12. Dulu waktu milih sekolah, aturannya sederhana.. Pilih sekolah favorit yg dekat dengan rumah.. Yang lain skip saja

    ReplyDelete
  13. Sebagai orang tua saat hendak mendaftarkan anak ke sekolah emang harus melihat beberapa faktor ya, selain mutu sekolahnya yang pasti sudah memiliki citra yang baik dalam hal prestasi.
    Kalau dulu ya faktornya karena dekat sama jarak rumah, sesimple itu.

    ReplyDelete
  14. Jadi minat dan bakat anak itu bukan yang terlihat sejak kecl ya Mbak, ketika sudah SMA baru bisa benar-benar yang perlu pehatian ya.

    ReplyDelete