Wanita Perlu Baca Ini: TIME OUT

by - January 09, 2016


Time Out

Ini adalah buku ke tiga yang saya baca di tahun 2016, rekor ya? Dalam seminggu membaca 3 buku, progres cukup besar dibanding tahun 2015..tsaaah. Sebenarnya ini hanya kebetulan saja, saya memprioritaskan membaca karya para ibu hebat, di saat menyusui dan menjelang tidur. Moga ke depan bisa terus membaca.

Judul Buku  : TIME OUT
Penulis         : Nuzulia Rahma
Penerbit       : GP Press
Genre           : Nonfiksi (Psikologi)

Pernahkah anda merasa cemas, terutama para wanita (Maklum buku ini memang diperuntukan kepada wanita)? Tentu saja, saya yakin semua pernah merasakan cemas. Bahkan pada hal-hal sepele seperti: Kira-kira enak gak ya, masakan saya. Buat acara arisan nih, kalau gak enak apa kata ibu-ibu lain? Dsb


Nah, ternyata Kecendurangan Kecemasan Tidak Sama Dengan Gangguan Kecemasan (dikutip dalam Time Out, Bab 1-Hal: 1). Dikatakan gangguan bila kecemasan tersebut telah mempengaruhi psikologi dan merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Seperti apakah kecemasan yang sudah merupakan gangguan? Ketika seseorang sudah melarikan kecemasannya kepada:
  •  Minum obat-obatan berlebihan, minum alkohol, memukul dan melukai.
  • Muncul pikiran dan prilaku kompulsif, seperti makan terlalu banyak (Nah, hati-hati ya, buat seseorang yang tertekan pikiran atau memiliki masalah lantas mengambil pelarian makan banyak), belanja berlebihan (Waduh, kalau kita uring-uringan, bete, terus melarikan diri ke mall dan belanja-belinji lalu hilang perasaan uring-uringan dan bete itu, berarti... Ya wajar sih kalau belanjanya masih batas yang gak nguras seluruh isi ATM plus belanja buanyak pada hal-hal gak penting).
  • Merasa dalam kondisi terancam, merasa dirinya dalam keadaan gawat darurat, bahasa kerennya ketakutan/ kecemasan yang irrasional dan tidak realistik.

Kondisi-kondisi tersebut sangat membutuhkan bantuan ahlinya.

Dan, tahukan bahwa kecemasan timbul karena  sebagian masalalu yang belum tuntas. Masalalu yang diluar alam bawah sadar kita masih mengendap dengan rapi  di diri kita, yang akan muncul sewaktu-waktu bila ada pemicunya. Seperti contoh : Mengalami bullying saat masih sekolah. Korban tidak diberikan kesembuhan trauma dengan baik, tapi hanya dilewati dengan proses: Sudah Lupakan Saja.

Pemicu trauma tersebut tidak berarti berupa ingatan: Dulu, aku dibully di sekolah. Tapi bisa berupa kondisi sederhana, seperti gerakan tertentu dari oranglain. Misalkan ada orang membentak meski bukan untuk dirinya (hanya mendengar bentakan saja) atau meski dibentak dalam kondisi tidak parah. Korban akan berdebar, lemas, gelisah atau cemas. Dan, bisa mengalami kondisi lupa bahwa apa yang dirasakan itu sudah lewat, sudah selesai, dirinya dalam keadaan aman sekarang.

Bisa dibayangkan bukan, jika tanpa sadar kita mengkondisikan anak-anak kita dalam kondisi yang bisa memicu kecemasannya kelak, di saat dewasa. Entah, karena tanpa sadar kita marah-marah, membebani anak dengan harus berprestasi, jika gagal akan kita pojokan, kita haruskan lebih giat lagi agar sesuai keinginan kita.  Atau anak mendengar orangtua yang setiap hari bertengkar, ribut, mengeluarkan kata-kata tidak baik. Semua akan terekam dengan baik dalam otak mereka, tertidur di alam bawah sadar yang kelak akan terbangun sewaktu-waktu.

Itu hanya pemikiran saya, begitu selesai m embaca TIME OUT. Mendadak saya takut bersikap atau melakukan sesuatu yang kelak akan mengisi memori anak-anak saya. Sementara TIME OUT mengulas tentang berbagai macam contoh lain yang bisa menimbulkan kecemasan dalam diri wanita. Karena konon, wanita paling rentan dilanda cemas, terlebih wanita yang multitasking karena memiliki banyak  tanggungjawab dan tugas yang harus diselesaikannya.

Ehmmm, saya jadi ingat ketika saya masih bekerja di kantor dan menjadi ibu rumah tangga. Dimana beban kerja yang harus dipertanggungjawabkan bertubrukan dengan pertanggungjawaban saya sebagai ibu. Dua mata panah yang sewaktu-waktu menghujam emosi saya. Maka ketika saya memutuskan untuk keluar dari tanggungjawab pekerjaan dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja, dengan satu anak panah menghujam... ini menurut saya, beban psikisnya lebih ringan.

So, sepertinya saya tidak bisa banyak bercerita dalam TIME OUT, selayaknya kalian, para wanita membacanya sendiri. Meski jika bicara tentang tidak ada yang sempurna...bahwa buku ini kurang mengulas lebih dalam dan detil lagi, tapi cukup membuat para wanita tahu kecemasan apa yang dirasakannya. Kecemasan biasa atau kah gangguan kecemasan yang perlu ditangani ahlinya. Bagaimana penangannya?

Okay, selamat menikmati TIME OUT, hei para wanita ^_^ 

Time Out


You May Also Like

0 komentar