Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • Kategori
    • Parenting
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Resep Anti Gagal
    • Mpasi
    • Travel
    • Review
  • About
  • Sitemap
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

Judul Buku : Anger Management
Penulis: Dandi Birdy & Diah Mahmudah
Penerbit: Zenawa Media Giditama
Hal: 213


Kita semua tahu bahwa bumi berputar dalam kecepatan yang konstan. Tidak pernah berputar lebih cepat agar dapat lebih produktif atau berputar lebih lambat untuk beristirahat sejenak seperti halnya kita para manusia.

Sayangnya dalam kehidupan kita, perjalanan yang  harus dilalui tidak pernah konstan seperti bumi. Bahkan kita berputar seperti sedang bermain di dunia fantasi dengan banyak wahana yang perlu nyali. Pastinya kehidupan ini bukan fantasi tetapi semuanya harus dihadapi di segala situasi. (Anger management, Hal: 21).

Membaca awal dari buku yang sudah berhari-hari di tangan saya, dan baru sempet saya baca selembar demi selembar ini membuat saya ingin terus membacanya. Karena memang ketika berniat untuk mereview buku ini (tentu dari sisi subyektifitas pribadi saya sebagai pembaca),  berawal dari judulnya : Anger Mangement. Meski saya tidak seemosional dulu, tapi rasanya ada bagian-bagian sisi emosi dalam diri yang perlu ditata, dan diketahui oleh diri saya sendiri.
December 05, 2019 1 komentar

Kali ini saya mau mengulas sedikit film terbarunya Acha  nih. Sebenarnya begitu tahu ada Acha Septriasa, saya langsung menebak pasti akan ada adegan romantisnya, hehehe.  Tapi membaca judulnya agak membuat saya berpikir, 99 Nama Cinta yang manakah? Karena hanya Allah semata yang memiliki 99 Nama Cinta Maha Dasyat. Apakah ini film Islami, tapi kok penampakan Acha tidak menggambarkan ke arah sana, misal seperti berhijab.



Pokoknya bikin saya penasaran banget deh ingin menonton tuntas dan menemukan jawaban atas pertanyaan di kepala ini. Karena beberapa kali saya menonton film yang diperan dengan apik oleh Acha seperti Heart, Love is Cinta, 99 Cahaya Langit di Eropa, akting Acha lumayan saya suka. Apalagi kalau memerankan fim romantis, bikin baper meski saya sudah emak-emak, hahaha.

Review Film 99 Nama Cinta



23 Oktober 2019 kemarin, saya diundang MNC Film Indonesia untuk datang ke acara Gala Premier dan press conference film 99 Nama Cinta di XXI Senayan City.  Film karya Garin Nugroho yang disutradarai Daniel Rifki ini sebenarnya menurut saya sih, cukup memberi muatan Islami. Namun dikemas dengan kehidupan modern yang tidak semuanya bernafaskan Islami. Jadi cocok deh, ditonton semua kalangan.

Sosok Talia dan Kiblat : Presenter VS Ustad




Bercerita tentang seorang presenter sekaligus produser acara Gosip, Talia yang diperankan dengan apik oleh Acha Septriasa. Berpenampilan layaknya selebrtis, pergaulan dengan  artis, pemiliki pemikiran yang moderat, dan juga berjiwa ambisius. Sehingga segala hal yang terpenting buat Talia adalah karir dan karir.

Sampai kemudian muncul sosok Kiblat (Deva Mahenra), Ustad muda dari sebuah pesantren di daerah Kediri, yang merupakan putra dari sahabat alm Ayah Talia. Karena sebuah perjanjian dan hutang budi, maka Kiblat membawa amanah dari ayahnya untuk mengajarkan Talia mengaji. Membuat Kiblat dari Kediri datang ke Jakarta demi untuk amanah itu.

Tapi tentu saja tidak semudah itu menjalankan amanah sang Ayah dan alm Ayah Talia. Terlebih Talia bukan gadis desa sederhana, sehingga berbagai kendala terjadi dan menjadi bunga dalam film 99 Nama Cinta, yakni bagaimana Talia terlongo melihat kehadiran Kiblat yang mengenakan pakaian ala Ustad datang ke kantornya. Bagaimana Talia melihat kehidupan sebuah pesantren di desa. Bagaimana Talia seorang selebritis harus berbaur dengan anak-anak pesantren, pesantren di daerah pula.

Kehidupan di Pesantren
Menariknya dalam 99 Atas Nama Cinta mengulik juga kehidupan pesantren di desa, meski tidak detil. Tapi membuat kita tahu bahwa di balik pesantren yang kesannya desa, mengalirkan ilmu agama dan pengetahuan yang luarbiasa. Di balik kesederhanaan kehidupan desa, banyak melahirkan para pemuda dan pemudi yang berilmu seperti Kiblat, Husna.

Husna ( Chiki Fawwzi) sendiri merupakan gadis cantik anak seorang Kyai di Kendiri sama seperti Kiblat, namun Husna sudah ke luar negeri dan kemudian memutuskan untuk mengabdikan ilmunya di pesantren tempat Ayahnya Kiblat. Meski seorang gadis yang sederhana, taat beragama, Husna memiliki ketrampilan merancang design fashion muslim, dan pandangan pemikiran seorang gadis modern.

Penonton juga disuguhkan sedikit pertunjukan main bola api ala pesantren di Jawa Timur yang dilakukan oleh para santrinya. Hal ini menjadi bagian yang cukup menarik buat saya, setidaknya 99 Nama Cinta menyuguhkan kehidupan pesantren di desa dengan cukup memberi info ke penonton, seperti ini loh pesantrennya.

Kisah Romansa dan Komikal yang Membuat 99 Nama Cinta Komplit
Meski tidak ada adegan vulgar, tapi pembicaraan dan gesture yang ditunjukkan Talia dan Kiblat bikin penonton baper deh, setidaknya itu yang diirasakan saya dan teman-teman yang menonton. Jangan dibayangkan pacaran ala santri yang serba menjauhkan pandangan atau larangan bersintuhan, tidak. Film 99 Nama Cinta tidak ada adegan demikian. Semua alami saja, tapi tidak menunjukkan sintuhan, apalagi vulgar.

Pokoknya kalau nonton bareng pasangan, akan terasa dan pengen segera dilamar, hahaha. Serius. Film ini mengajarkan kepada penonton bahwa romantis tidak melulu dengan sintuhan atau adegan vulgar. Meski tetap ada saling pandang dan ngobrol biasa, bukan berarti jadi menghilangkan nuansa religinya, seperti yang dikatakan Danial Rifky:

"Kami melihat agama ketika ditampilkan dalam film tidak harus mengandung ritual keagamaan atau jargon-jargon teknis ke bahasa Arab."

Selain romantis yang tidak vulgar, film 99 Nama Cinta juga memberikan tontotan yang menghibur dari dagelan  yang dibawakan Dzawin dengan sangat natural. Dzawin yang memeran seorang Ustad desa, teman akrab Kiblat di pesantren berhasil membuat film ini memiliki sisi komedi. Celotehnya bikin saya terpingkal-pingkal, termasuk karakter Menuk yang diperankan Adinda Thomas, tidak kalah lucu.

"Agama yang dibicarakan dalam film ini bisa soal cinta, atau kehidupan sosial. Cara kami bertutur dengan film dram romantik komedi," tambah Danial.

99 Nama Cinta Tayang Kapan?



Film yang menampilkan sederet nama artis lainnya seperti Susan Sameh, Adinda Thomas, Robby Purba,  hingga pemain lawas yang hits Donny Damara (Ayah Kiblat), Ira Wibowo ((Ibunya Talia), layak untuk tonton.

Lalu kisah apa yang membuat 99 Nama Cinta bisa dikatakan sebagai film romantis juga? Adegan apa yang bisa bikin baper penonton? Muatan Islami seperti apa yang akan didapat penonton, dan apakah ending dari 99 Nama Cinta? Juga rahasia mengapa judulnya 99 Nama Cinta?

Dam, satu lagi ternyata orangtua Husna berniat menjodohkan Husna dengan Kiblat, hubungan keduanya juga terlihat akrab. Kiblat lebih bisa berlemah lembuh dengan Husna yang memang lembut, ketimbang dengan Talia. Siapakah yang akan menjadi pasangan pada ending film 99 Nama Cinta?

Sebaiknya tonton sendiri nanti tanggal 14 November 2019, karena akan mulai tayang di bioskop-bioskop kesayangan Anda. Pesan saya, wajib nonton bareng pasangan karena yang sudah nikah akan bikin teringat masa-masa dilamar, dan yang masih belum nikah... bakal pengen cepet-cepet dihalalil. Serrius? Ya, Serius dong.

Biar semakin tidak sabar menunggu tanggal 14 November 2019, tonton dulu yuk trailernya:

October 29, 2019 No komentar

Sebenarnya pergi nonton ke bioskop itu waktunya agak susah buat saya. Pertama karena anak-anak saya yang beranjak ABG  kalau tahu ibunya mau ke bioskop, pasti maunya diajak dan milih film yang akan mereka tonton. Biasanya sebelum nonton kita bareng-bareng baca sinopsis atau review dari orang-orang yang sudah menonton film tersebut. Biar gak salah tonton, misal film adegan dewasa, kan ngeri banget tuh.

Makanya bisa nonton berdua temen tanpa bawa anak itu jadi me time yang menyenangkan, hehehe. Tanggal 8 Agustus kemarin, saya janjian nonton bareng sama Mba Ade, teman sama-sama ngeblog dan kenal di sebuah even blogger. Kami jadi akrab karena ternyata lokasi  tinggal tidak berjauhan, dan sering ketemu juga kalau ada acara di Depok.

Film yang dipilih tentu saja yang baru banget tayang pada hari itu, Mahasiswi Baru.  Awalnya saya agak kurang yakin buat nonton film itu, kurang yakin bagus dan memiliki  pesan yang tidak terlupakan. Karena saya paling suka menonton film yang ketika keluar bioskop masih menyisakan kenangan buat diceritakan, saya juga tertarik dengan film yang pemainnya kuat karakternya.



Dalam film Mahasiswi Baru yang memiliki karakter kuat ya dua pemain film lawas yakni Widyawati dan Slamet Raharjo. Tapi menampilkan dua pemain lawas rasanya untuk ditonton anak-anak muda agak kurang menarik ya, hehehe. Ini sih dalam pikiran saya, meski didukung para pemain muda seperti Umay, Mikha Tambayong, Morgan Oey, dan Sonia. Sebab saya belum melihat mereka bermain kuat memeran karakter tokoh dalam film layagr lebar, atau saya yang kudet?


Maaf ya, fotonya gelap-gelapan
Pokoknya saat menerima satu tiket dari Mba Ade yang datang lebih dahulu ke Depok Town Square, saya masih ragu-ragu, apa menariknya film Mahasiswi Baru?

Mahasiswi Baru Mengocok Perut dengan Frontal



Kami memilih  jam tayang pertama pukul 11.00 pagi, karena logikanya biar bisa pulang siang. Biasa ibu-ibu kelamaan main bisa dicariin anaknya, hahaha. Suasana bioskop termasuk sepi,  mungkin karena jarang yang nonton jam  tayang pagi dan di hari kerja. Malah asyik sih, karena jadi bebas milih kursinya,  tapi ternyata ketika sudah di dalam bioskop yang nonton cukup banyak juga.  Tidak hanya ibu-ibu seperti saya dan Mba Ade, tapi juga beberapa ada pasangan anak muda.

Saat film dimulai adegan pertama di kuburan yang terletak di atas bukit, bikin saya mengerutkan dahi. Tapi tidak lama saya langsung spontan ngakak, mungkin seisi bioskop mendengar suara tawa saya yang frontal, ups! Bagaimana tidak, Widyawati yang berperan sebagai Lastri Sang Mahasiswi Baru di kampus Universitas Cyber mengenakan seragam putih abu-abu macam gaya anak diospek. Gini hari gitu, ada ospek.

Belum lagi ketika di dalam kelas Lastri yang sudah Oma-Oma tidak mau dipanggil Oma, tapi cukup 'Lastri saja', membuat teman-temannya yang masih muda belia awalnya tidak enak hati. Namun karena dipaksa, akhirnya semua memanggil Lastri. Termasuk  Sarah (Mikha Tambayong), Erfan (Umay),  Danny (Morgan Oey), dan Reva (Sonia).

Hari pertama Lastri  tanpa sengaja menjadi korban  prank Danny , kursi yang didudukinya menempel erat pada bokongnya. Padahal Danny sudah melarang Lastri untuk duduk di situ, tapi karena tidak mengira ada prank,  jadilah Lastri korbannya. Hal ini memancing keributan yang membuat berang Pak Chaerul (Slamet Raharjo), Dekan Universitas Cyber marah besar kepada Lastri.

Ternyata Lastri kembali membuat Pak Chaerul berang ketika  diduga terlibat tawuran di kampus. Sumpah, saya ngakak lagi karena sesungguhnya Lastri yang memang Oma-Oma, jiwanya ya orangtua banget. Lihat keributan yang disebabkan Erfan demo, karena ulah dosen yang sering banget bikin kuis dadakan, Lastri ikutan melerai. Sayangnya, justru kena bogem dan pingsan eh lanjut dimarahi habis-habisan oleh Pak Dekan.

Dalam kemarahannya itu, Pak Dekan mengancam akan mengeluarkan Lastri dari Universitas Cyber jika nilai IPK pada sementer pertama jelek. Maka Lastri belajar mati-matian sampai kemalaman saat belajar di kostan Sarah, akibatnya Lastri dimarahi anaknya yakni Ibu Anna yang diperankan dengan apik oleh Karina Suwandi.

Ya, ampun kebayang gak sih, seorang ibu dimarahi anaknya karena pulang kuliah kemalaman, dan jiwa Lastri memberontak, tidak terima dimarahi karena bagaimana pun dia itu ibunya Anna. Efek dari peristiwa telat pulang ini, Lastri kabur dari rumah anaknya, dan ditampung dikostan Sarah. Bukannya sedih, tapi Lastri jutru tampak gembira karena merasa diterima oleh teman-temannya yang dia sebut 'genk'.

Dalam adegan-adegan ini banyak banget yang mengocok perut, bukan hanya penampilan Lastri macam anak ospek, gayanya yang tidak mau dipanggil Oma, atau saat menjadi korban prank dan tawuran. Tapi adegan saat Lastri mengeluarkan handphone jadul sampai Erfan istigfar, saat Lastri membawa mesin tik manual ke kampus dengan suaranya yang tak-tik-tuk. Juga adegan-adegan jayusnya bersama Pak Dekan, serta kegokilan Danny yang selalu memvidiokan semua kejadian di depan matanya karena dia seorang vlogger.

Mengapa Adegan Sedih Ada di Mahasiswi Baru?

Tapi teryata selain ngakak frontal, saya juga jadi tercenung, hati sedikit gerimis ketika Lastri menceritakan latar belakang dia ingin kuliah lagi di usia senja. Saat  Pak Dekan memutuskan agar Lastri menjauh darinya, dan ketika Reva yang selalu nampak kucel dan mengantuk di kampus ternyata memiliki rahasia besar.

Ketika Erfan mengetahui rahasia besar Reva, dan masuk dalam insta story Danny, gadis itu seketika dibully teman-teman sekampus. Bahkan gara-gara ulan Danny yang maniak menjadi vlogger, Lastri terkena imbas yang membuatnya down. Belum lagi Sarah yang ternyata anak orang penting di Universitas Cyber.

Selalu ada cerita yang menjadi sebab musabab, dan selalu ada makna yang tersirat dalam setiap peristiwa. Dan, itulah yang saya dapatkan dari film Mahasiswai Baru. Tapi gak saya ceritain full dong, biar kalian penasaran deh, hehehe. Tebak deh beberapa pertanyaan saya dibawah ini:

Kuburan siapa yang diawal film terbentang nyata? Apakah yang menjadi latar belakang Lastri kuliah lagi, dan apakah Lastri akan diDO Dekan Chaerul? Adegan jayus apa antara Lastri dan Pak Dekan? Lalu apa rahasia Reva dan Sarah anak siapakah?

Para Pemain Mahasiswi Baru di Mata Saya

Untuk para pemain lawas tidak perlu lagi diragukan ya, tapi menurut saya peran Widyawati dalam Mahasiswi Baru dan menjadi tokoh utamanya yang bernama Lastri ini kejutan besar loh. Karena saya terbiasa melihatnya tampil dengan karakter keibuan, anggun, dan tegas. Tiba-tiba Widyawati tampil sebagai Lastri yang komikal dan gokil. Sayang deh, kalau kalian tidak nonton. Jangan lupa ajak Mama dan Papa atau Oma dan Opa yang siapa tahu ngidolain Widyawati.

Buat pemeran lainnya yang  muda-muda, saya suka Sonia yang membawakan peran Reva karena terlihat natural. Begitu juga Morga Oey yang membuat film Mahasiswi Baru tambah ramai, Mikha sendiri juga tampil apik, juga Umay yang kini sudah tumbuh jadi remaja. Saya dulu sering melihatnya saat menjadi artis cilik, jadi kaget juga tahu-tahu sudah main film sebagai anak remaja, hehehe.

Film Mahasiswi Baru  yang disutradarai Minti Tiwa (Rompis) cukup segar, menghibur, dengan genre drama komedi ini, layak deh kalian tonton. Setidaknya selain tertawa frontal, kalian bakal dapatkan maknanya.


August 10, 2019 No komentar

Membaca judul artikel saya untuk resensi film Koki-Koki Cilik 2 ini, apakah sampai mengerutkan dahi karena komedi, tapi kok bikin haru?

Baiklah, sebelum mengerutkan dahi akan saya ulas sedikit tentang film keluarga yang akan tayang secara serentak tanggal 27 Juni 2019 di bioskop kesayangan. Karena kebetulan saya mendapat kesempatan untuk hadir di gala premiere-nya, jadi kalau anak saya masih penasaran seperti apa sih Koki-Koki Cilik 2, maka saya sudah tahu hingga tuntas-tas deh. Sampai anak saya yang kedua, Pijar, sirik banget, hehehe. Sabar ya, Nak, tunggu tanggal tayangnya.


Buat yang pernah menonton film Koki-Koki Cilik 1, pasti akan menyambut dengan tidak sabar akan tayangnya Koki-Koki Cilik  2 di bioskop kesayangan, kenapa? Karena mereka sudah sangat familiar dengan jalan ceritanya, sebagian tokohnya, tapi tentu saja buat yang belum pernah nonton film Koki-Koki Cilik 1 seperti saya bukan berarti film Koki-Koki Cilik 2 tidak menarik.

Memang sih, awalnya saya agak ragu untuk hadir di gala premierenya, tapi kemudian saya niatkan hadir mengingat akan tiba libur anak sekolah, dan Pijar itu sangat hobby nonton film di bioskop. Tentu saja jadi PR saya dan suami memilihkan film yang aman dan cocok untuk usia Pijar yang baru 10 tahun.

Mencarikan film anak yang aman dari adegan kekerasan, adegan dewasa, bermuatan pesan moral yang apik, itu tidak mudah. Film kartun berlabel film anak pun, tidak jarang ada adegan fisik dewasa seperti ciuman. Jadi kalau ada film anak yang aman dan cocok untuk anak-anak tentu saja saya sebagai orangtua senang sekali.
June 23, 2019 1 komentar


Bisakah kita searif malam
Mendingin sejenak
Merengang saraf
Menakar rindu bersama setaman embun

Dengan sesekali lirih napas melagukan CINTA
Sejenak mencelupkan diri dalam bejana-Nya
Menyusun kembali perasaan yang berserakan
Merangkai rindu yang berantakan

Puisi di atas ada dalam bab pertama novel 'Ketika Embun Merindukan Cahaya', sejujurnya saya belum pernah membaca satu pun novel karya Hadis Mevlana. Bisa dikatakan ini adalah pertama kali saya membacanya, dan jadi teringat pernah membeli novel pertamanya yang berjudul 'Embun di Atas Daun Maple'. Tetapi bukan untuk saya koleksi dan baca, namun jual karena kebetulan saya memiliki OS buku.

Jadi  tentu saja saya bertanya-tanya siapa itu Sofyan dan Kiara yang konon kisahnya dilanjutkan dalam novel 'Ketika Embun Merindukan Cahaya', novel yang katanya mengulas tentang agama Islam dan Kristen Ortodoks. Terus-terang saya jadi membayangkan Ayat-Ayat Cinta Kang Abik yang mengabadikan dua tokoh bernama Fahri dan Maria, dua manusia beda agama yang saling jatuh cinta. Tapi mungkin berbeda, karena saya membayangkan itu ketika baru membaca covernya saja.




'Ketika Embun Merindukan Cahaya'

Judul              : Ketika Embun Merindukan Cahaya
Penulis            : Hadis Mevlana
Genre Novel   : Religi
Hal                  : 340 halaman
ISBN               : 978-602-0894-97-3
Penerbit          : Tinta Medina

Novel ini banyak memuat puisi-puisi yang bertebaran di beberapa halaman, untuk pembaca yang gemar atau menyukai puisi mungkin akan sangat suka dengan bonus ini. Selain juga banyak membuat kutipan-kutipan ayat-ayat Islam dan Kristen Ortodok. Bolehlah menambah pengetahuan kita akan Kristen Ortodok.

Beware of false prophets, who come to you in the  clothing oh sheep, but inwardly they ravening wolves (Mat 7:15 ), halaman 172.

Bercerita tentang seorang pemuda Teluk Kuantan bernama Sofyan yang dipanggil Fyan dan seorang gadis Kristen Ortodok bermata seindah bidadari dengan nama Kiara. Sofyan pemuda muslim yang mendapat beasiswa study ke Kanada, di sana ia memiliki banyak teman, diantaranya Olivia, Felix, Kiara, dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda, Islam dan Kristen Ortodoks. Sehingga sering terjadi diskusi agama masing-masing.

Diskusi ini yang memperkaya isi novel, membuat pembaca seperti saya jadi sedikit banyak tahu tentang Kristen Ortodoks.

"Coba kau baca ayat 44 sampai 46 Injil Markus pasal 9," pintaku.
Felix membuka ayat yang kumaksud. Ia pun membaca sesaat setelah menemukannya.
"44. [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam]. 45. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 46. [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]" Halaman 196
Dari diskusi-diskusi tentang agama ini teman Fyan, yakni Mario tertarik dengan agama Islam, bahkan Kiara sesungguhnya telah memeluk agama Islam, namun disembunyikan dari teman-teman dan keluarganya. Hanya tertentu saja yang mengetahui kalau Kiara sudah menjadi seorang muslimah, hal ini menjadi tragedi cukup menyentak ketika orangtua dan tunangan Kiara mengetahuinya. Bahkan orangtua Kiara sampai jatuh sakit.

Diantara kisah haru biru Kiara dan keluarganya, keributan dengan tunangannya, ada satu kisah yang cukup menarik rasa penasaran tentang penggemar gelar Fyan yang disebut-sebut dalam novel pertamanya. Penggemar gelap Fyan yang mengirimi mawar putih dan puisi-puisi, siapa kah dia? Gadis rahasia yang meminta Fyan untuk menjadikannya istri?
April 07, 2018 43 komentar

Remaja Jaman Now = Remaja Jaman Doeloe



Pertama mendengar judul film garapan Upi ini yang terlintas dalam pikiran saya adalah sebuah pengukuhan generasi masa kini atau jaman now, pengukuhan bahwa inilah 'Generasi Gue'. Begitu melihat poster filmnya yang menggambarkan empat anak muda, tepatnya remaja dengan atribute, style yang gaul sekali, saya langsung teringat jaman-jamannya saya remaja.

Memang ada sebagian remaja yang memiliki gaya seperti itu, terutama di perkotaan karena memiliki style demikian butuh tempat shopping yang ngehits atau modern, hehehe. Juga modal yang tentu hanya sebagian orangtua dengan kondisi menengah ke atas. Tapi yang namanya remaja baik di kota besar maupun kota-kota kecil sama, hanya beda style dan media untuk mewujudkan gejolak mereka, semua disesuaikan kondisi masing-masing.

Kebetulan saja Upi mengemasnya dari sisi yang tidak jauh dalam kehidupannya, yakni perkotaan. Namun dibalik kehidupan kota besar atau pun kota-kota kecil, apa yang dibidik dalam film ini jika melihat judul dan poster-poster filmnya, harus diakui setiap remaja melewati tahap seperti ini. Hanya bagaimana proses melewati yang pasti berbeda-beda, seperti saya misalnya.

Saya melewati masa remaja di kota besar tahun-tahun 90an, saat itu kiblat style sepatu doc mart, jeans baggy, kemeja dengan lengan digulung di atas siku, kening dihiasi bandana. Tongkrongan ngehits di diskotik kawasan Kuningan dan Blok M dengan musik yang hingar bingar. Namun semua baik-baik saja, tidak ada kenakalan yang berarti karena orangtua saya terbuka, kami bercerita timbal-balik sehingga tidak tersesat.
October 18, 2017 9 komentar
Older Posts

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Total Pageviews

Created with by ThemeXpose