Perbedaan sebagai Wadah Ilmu dan Berkarya

by - January 25, 2016


Dalam hidup saya, selalu bersatu dengan perbedaan-perbedaan sehingga saya terbiasa untuk itu. Ayah saya yang islam kejawen dan Ibu saya yang islam taat, usia pernikahan mereka menuju 40 tahun. Melahirkan 4 anak yang berbeda-beda tapi satu jua hehehehe. Kakak saya pelukis, saya penulis, dua adik saya: satu mekanik dan satunya meracik obat di lab.

Kemudian saya menikah dengan seorang pria yang juga berbeda, jika saya ribet dengan fashion, maka suami saya pencinta segala hal kesederhanaan, yang penting baginya adalah kenyamanan dalam berpakaian. Jumlah baju saya bisa dua lemari berderet, beliau hanya satu rak. Bisa dibayangkan berapa jumlah bajunya-celananya? Apakah saya tidak pernah memperhatikan atau mengajaknya untuk membeli baju? Ho-ho-ho...suami tipe yang susah dipengaruhi.


Awalnya saya capek, memintanya untuk sedikit stylish, sedikit saja mengenakan baju yang berbeda di sebuah acara atau tempat. Tapi jangan kan, didengar. Dia bahkan mengenakan baju pesta-baju sholat-baju ngambil rapot anak kami-baju menerima tamu: SAMA, dan itu baju dari tahu gajah. Akhirnya saya nyerah.

Kami tetap bersama dengan kemerdekaan pilihan, dan hasilnya: Anak kami 4 (alm yang no tiga), sebagai istri, saya masih bisa berkarya (menulis novel-ngeblog), juga masih bisa mengoleksi baju sesuai hobby saya, dan kami berdua sering tertawa nongkrong berdua di kedai teh atau warung baso layaknya remaja yang sedang jatuh cinta. Beliau lah yang mendukung sepenuh hati hingga saya bisa melahirkan 20 novel lebih. Ternyata jika kita tidak terlalu fokus dan memaksakan segalanya harus sama, berbeda itu tetap bisa indah, kan?

Termasuk dalam berkarya, novel-novel saya semuanya untuk segala pembaca, tidak mengkotak-kotakan. Makanya saya masih menolak untuk menulis novel dengan label islami. Mengapa? Meski saya berhijab, saya ingin menulis yang bisa masuk ke pembaca. Memberi muatan bermanfaat-bermakna bagi siapa saja. Tanpa batasan keyakinan, setiap orang yang membaca akan mendapat sesuatu, itu harapan saya.

Lalu dalam berteman, saya juga membuka halaman hati saya bagi siapa saja. Saya punya sahabat dekat dari berbagai sisi yang berbeda, dan itu memperkaya saya. Saya tidak pernah melihat seorang sahabat dari apa yang dikenakan atau keyakinan apa yang dianut, bagi saya persahabatan adalah mengisi perbedaan.



Seperti persahabatan saya dengan Leyla Hana, meski kami sering berbeda, tapi kami bisa saling mengisi. Leyla lah, yang menarik saya kembali ke dunia blogger setelah lama saya tidak aktif ngeblog dan main ke KEB.

  • Ayo, Mba Eni, nulis ngeblog lagi. Bisa mengisi hari-hari kita dengan bermanfaat, banyak juga kegiatan bermanfaat yang bisa kita ikutin.
Awalnya saya ragu, apa yang mau saya tulis. Nulis novel saja saya vacum hampir dua tahun. Sibuk dengan proses kehamilan dan kelahiran, mengasuh baby.
  • Mba Eni, kan suka nulis tentang Mpasi, kegiatan Pendar, di facebook. Coba itu dimasukin ke blog
  • Iya sih, Mba Ela, tapi Pendar sudah setahun gitu. Telat gak ya, kalau baru ditulis Mpasi dan lain-lainnya. Lagipula di KEB keren-keren banget tuh emak-emaknya, apa blog aku bakal dilihat...
  • Udah tulis saja.
Berawal dari kompor itu, saya mulai menulis, kemudian menyusul mengikutin even lomba-lomba, dan menang dua kali: di GA Mak Novia Syahidah Rais jadi Pemenang Pertama, di Blog Competition Flipit menjadi Pemenang Blog Terpopuler.

Ahai, bahagianya diri ini. Apalagi di KEB ternyata begitu kekeluarga, setiap BW saya lihat aneka tulisan lahir dari emak-emak blogger KEB. Semua diterima, dihargai, karya yang lahir dari siapa tentang apa, sederhana atau mewah, semua mendapat tempatnya. Hal yang menumbuhkan kepercayaan diri bagi blogger unyu-unyu seperti saya, yang masih merambah-belajar.

Intinya, kita bebas berkarya menjadi blogger parenting, atau beauty blogger, atau blogger kesehatan mau pun blogger nano-nano alias lifestyle blogger seperti saya. Setiap hari bisa berekspresi mengshare tulisan blog di KEB.

Buat saya KEB seperti wadah ilmu dan berkarya, segala perbedaan di dalamnya itu ILMU YANG MENGINSPIRASI. 

Selamat Ulang Tahun KEB...

Wadah bagi wanita kreatif dan aktif.


You May Also Like

9 komentar

  1. Wah hadiah utama duit cash 3 juta weeeeeee

    ReplyDelete
  2. @Asep Haryono: Doakan saya jadi salah satu pemenangnya, aamiin ^_^

    ReplyDelete
  3. Kerennya, 20 novel lebih... Meski sy ini wong ndeso, sejak gabung di KEB jg tersemangati dg emak2 keren seperti Mak Eni ini...

    ReplyDelete
  4. @Ummi Nadiroh: hihihi..ndeso jangan disebut-sebut ah, mak. Ibuku bantul looooh. keren dah pokoknya mak Nadiroh

    ReplyDelete
  5. @Irma Senja: Insaallah kerasan, Mak. gabungnya mah dari dolo tapi angot2an. Insaallah sekarang lebih fokus

    ReplyDelete
  6. Ngeblog emang memberikan kepuasan tersendiri dan membuat bahagia hehehe

    ReplyDelete
  7. @Dodon: bener bangeeet. ada rasa yang tidak terbeli ya ^_^

    ReplyDelete