Marischka Prudence : Tulis Perjalananmu Tanpa Membatasi Diri

by - April 01, 2017

Puncak Papandayan
Papandayan
Perjalanan

Jalan-jalan atau traveling maupun ngebolang bisa dikatakan kesukaan saya sejak masa jaya (baca: muda belia). Menyisir perjalanan untuk menemukan sesuatu yang tidak mudah didapatkan ketika diam di tempat adalah tujuan dari setiap perjalanan saya. Betapa segala kebahagiaan itu berawal ketika akan menuju suatu tempat.

Betapa gembira ketika dapat berada di antara petani tembakau di dataran Papandayan, menyapa wajah petani berpipi kemerahan. Melihat tubuh-tubuh kekar berbalut baju hangat, menyusur tebing-tebing dengan karung-karung besar berisi kentang, atau bahkan potongan belerang keemasan. Garut seperti Tibet kecil dalam khayalan saya.

Atau berada di antar gelak tawa anak Kampung Naga yang mencoba mengenal banyak warna, sarapan sayur timun kuah kuning seharga seribu rupiah dan mencoba membuang hajat dalam kotak-kotak kakus dari bambu yang terbuka sehingga wajah kita bisa dilihat siapa saja. Semua itu bagian dari perjalanan yang tidak biasa.

Juga berada di alam yang jauh dari keramaian, tehnologi, bersama para warga Baduy dalam yang menggesekkan alat musik semacam biola dari bambu. Alat musik yang menghasilkan suara-suara magic, suara menyembah alam agar manusia patuh dan tunduk pada keEsaan Tuhan. Sungguh, perjalanan itu tidak hanya melihat, tetapi mendapatkan sesuatu yang baru dan mengisi jiwa.

Impian Perjalanan Yang Terputus

Papandayan

Meski sekedar ngopi dalam angkringan kaki lima yang mengepulkan aroma harum khas, ngobrol panjang dan lebar tentang apa saja. Hidup ini begitu berarti dengan perjalanan, tetapi kemudian impian itu seakan terputus. Ketika saya menikah dan lahirlah empat anak (1 alm) yang menguras waktu dan segala kondisi yang akhirnya membuat saya menahan impian tentang Baduy Dalam berikutnya, tentang Tibet-Sherpa yang belum juga tersentuh.

Tentang suku Sherpa yang menggembala yak, wanita-wanita Sherpa yang dihiasi pernak-pernik dan warna. Mereka yang kemudian menjadi pendamping para pendaki ke puncak Everest. Puncak impian para petualang gunung sejati, bahkan karena mimpinya saya sampai membeli buku: Menapak Tiang Langit yang harganya saat itu lumayan menguras dompet, hehehe.

Pupusnya banyak impian perjalanan, juga membuat saya gigit jari setiap membaca blog teman-teman yang bertemakan traveling atau perjalanan. Kadang, ngeluh ke suami: Duh, kapan nih, Yah, bisa bener-bener berpetualangan bersama anak-anak? Ibu kan, pengen ke sana- ke situ- ke sini dan banyak lagi sebelum tua."

Stasiun Bogor

Selama menikah jalan-jalan hanya seputar Jabodetabek, itu pun tidak pernah menginap. Hanya perjalanan one day. Mau ke Bandung saja sama anak-anak gak juga terealisasi, duh melas banget ya wkwkwkkw. Tapi memang susah kalau punya pasangan yang gak memiliki jiwa petualangan besar. Padahal dulu saya berkhayal akan memiliki keluarga kecil yang suka traveling, berpetualang.

Apalagi sekarang saya aktif ngeblog, makin gregetan ngeliat blog temen-temen yang berisi perjalanan mereka. Kapan bisa kayak gitu? Apalagi (apalagi nih) saya sempat punya buku traveling, rasanya gemes banget gak bisa mewujudkan impian. Pengen banget balik ke Baduy yang gak jauh-jauh amat aja masih belum bisa, karena Pendar masih ASI. Saya ini ibu yang berhati rinto banget, gak bisa membayangkan anak saya malam-malam nangis cari ASI ibunya wkwkwkkw.

Arisan Ilmu KEB: Kreatif Menulis Kisah Perjalanan


Tanggal 18 Maret kemarin (agak telat nih saya nulisnya, karena sakit nyaris seminggu), saya ikutan Arisan Ilmu KEb di FX Sudirman dengan narasumber Marischka Prudence. Temanya kebetulan saya suka banget, jadi deh meski hujan deras banget tetap datang dari Depok menuju Sudirman.

Prue (begitu saya memanggil gadis cantik mantan jurnalis salah satu stasiun televisi swasta itu) memberi keyakinan, kalau blogger dengan niche apapun bisa menulis tentang traveling. Langsung deh, terbersit di hati saya: Lah, kalau bloggernya jarang ngebolang kayak saya gimana dong?


Prue dengan santai menerangkan, apapun tentang perjalanan sebenarnya bisa ditulis. Tidak harus ke tempat-tempat yang unik atau indah seperti luar negeri atau luar daerah yang jauh jangkauannya. Perjalanan bisa ditulis dari hal-hal kecil, seperti ke tempat wisata yang dekat-dekat. Lokasi yang murah meriah, seperti kebun binatang, taman bermain, dan lain-lain.

"Jadi gak perlu membatasi diri, ah gue jarang traveling, ah gue engga bisa ngomong soal travel, Nggak juga sebenarnya karena sekarang banyak orang bisa nulis tentang travel, terkait macam-macam aspeknya, " kata Prue.

Wow! Benar juga ya? Saya kok jadi melupakan apa yang sudah saya tulis selama ini di blog. Kebetulan di blog saya ada niche 'Perjalanan' yang isinya hasil dari jalan-jalan bersama keluarga kecil saya, ke tempat-tempat wisata atau pun kuliner yang memang seputaran Jabodetabek saja. Kenapa saya melupakan itu ya?

Salah satu tulisan traveling saya: D'Kandang Farm Amazing 

Bagaimana Menulis Traveling


Tetapi sesungguhnya menulis perjalanan atau traveling itu perlu memperhatikan apa yang akan ditulis, tidak sekedar bercerita. Namun ada muatan sebagai berikut:

Memiliki Informasi
Dalam setiap tulisan travel jangan pernah lupa memberi info peta atau cara menuju lokasi tersebut, kondisi lokasi hingga ke perlengkapan yang dibutuhkan di lokasi tersebut dan sebagainya

Berbagi Opini
Segala hal seperti perjalanannya, kekurangan dan kelebihannya lokasi tersebut

Memberi 'Rasa' Dalam Cerita
Supaya cerita perjalanan atau traveling kita menarik, tulislah sesuatu yang menguatkan cerita. Misalnya: Perasaan yang terasa saat berada di lokasi tersebut, sambutan masyarakatnya, dan lain-lain.

Proses Dalam Menulis Kisah Perjalanan

Jika kita hendak menulis kisah perjalanan, terdapat proses yang tidak boleh kita lupakan, menurut Prue proses tersebut adalah:
  • Planning: Rencanakan mau pergi ke mana, dengan siapa saja dan kapan akan dilakukan perjalanan tersebut, dan lain-lain.
  • Hunting: Sebaiknya sebelum melakukan perjalanan, terutama yang lokasinya m asih asing, perlu hunting. Hunting bisa dilakukan dengan membaca, browsing, bertanya kepada seseorang yang pernah ke sana, dan sebagainya.
  • Writing: Tulis kisah perjalanannya, bisa dengan membuat draft-draft singkat ketika dalam perjalanan sehingga mudah dikembangkan ketika sudah siap ditulis. Sebaiknya menulis perjalanan jangan terlalu lama dipending, tetapi langsung ditulis begitu selesai perjalanan. Atau lebih bagus: Menulis sambil melakukan perjalanan dengan cara bersambung-sambung.
  • Editing: Jangan lupa, untuk diedit ketika tulisan akan dishare agar asyik dibaca.
Sementara untuk isi atau konten tulisan jangan lupakan unsur 5W + 1H. Wah, apa itu 5W + 1H? Baiklah, kita simak penjelasan Prue berikut ini:

  • WHAT:  Terkadang atau bahkan sering kita bingung akan menulis apa dalam sebuah perjalanan kita? Sebenarnya tinggal tentukan mau menulis wisata atau kulinernya? Kalau topiknya terlalu banyak dan bisa diangkat secara menarik semuanya, buatlah berseri. Namun jika tidak terlalu banyak, buatlah dua judul atau artikel dari sisi obyek wisata dan dari sisi kulinernya
  • WHO: Siapa obyek yang digambarkan? Tentu saja akan lebih baik jika diri kita sendiri yang digambarkan atau ditulis.
  • WHEN: Beri penjelasan kapan sebaiknya kita menuju lokasi yang sedang kita kunjungi, misalnya bulan September Jepang musim dingin, apa saja yang menarik di saaat musim dingin, dan sebagainya.
  • WHERE: Informasi lokasi yang selengkap-lengkapnya
  • WHY: Informasi mengapa lokasi yang kita kunjungi menarik
  • HOW: Memberitahu bagaimana transportasi untuk menuju lokasi tersebut dengan detil sampai ke info harganya sehingga pembaca mendapat gambarann budget yang dibutuhkan.

Travel Blogger Menghasilkan Uang?


Nah, ini siapa yang tidak mau? Khayalan saya pun ingin dari perjalanan bisa menghasilkan uang, sebenarnya bukan khayalan. Dulu, saat belum menikah saya menjadi kontributor majalah Matabaca untuk tulisan tentang jalan-jalan. Jadi jalan-jalan saya tulis, hasilnya terima fee, asyik kan? Bisa jalan-jalan menyenangkan, dibayarin pula. Tapi sekarang saya ingin dari nulis di blog, karena memang saya sudah tidak menjadi kontributor majalah lagi.

Tapi kata Prue nih, menjadi travel blogger tidak hanya mendapatkan jalan-jalan, penginapan dan makan gratis. Tetapi kita bisa mendapatkan dengan cara memasang banner iklan di dblog, membuat afiliasi, memasang Google adsense, dan banyak lagi. Untuk itu blog kita harus tampak menjual. Bagaimana agar blog tampak menjual?

  • DesignIni penting banget nih, buatlah disain/templare blog yang sesuai karakter kita. Jangan ikut-ikutan dan blog terlihat jadi seragam.
  • NameNama blog sama juga identitas kita. Buatlah nama yang menggambarkan apa yang kita tulis. Kalau blog traveling, namakan sesuai dengan image traveling.
  • ContentTulisalah kisah-kisah perjalanan yang semenarik mungkin dan dibutuhkan orang infonya
  • PromotionShare tulisan di blog kita ke berbagai media sosial.
Dan, jangan lupakan untuk menulis sesuai karaktek kita, karena setiap orang itu unik. Sehingga berapa banyak pun traveling ditulis oleh blogger travel, akan tetap memiliki daya tarik sendiri-sendiri yang disukai pembacanya.

Satu lagi sebagai penutup reportase ini, jangan lupa ya buat ngeboots trafik pengunjung blog kita, selain promosi, beri tag di tulisn blog atau caption fotonya. Tujuannya agar blog kita mudah ditemukan saat di'search engine ketika publik buntuh info yang kebetulan info tersebut juga ada di blog kita. Blog menarik, maka klien lah yang akan datang ke pada kita.

Emak Blogger
Emak Blogger

You May Also Like

6 komentar

  1. Waah ini acaranya kerwn yak, duuh sayang ga bisa ikutan.

    ReplyDelete
  2. Travel blogger emang keren, sayangnya aku Mentok di budget makk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ih, masih single juga. Budget itu bakal mengikuti, karena nulis traveling bisa mendatangkan uang. Nulis aja yang jalan-jalan tersederhana dulu mak

      Delete
  3. Iiih...seru banget yaaa...
    Dulu juga cita cita ngebolang. Tunggu Aish sembuh dari sakit dulu kayanya baru bisa kesana kemari. Saat ini nichenya baru tour De rumah sakit hehehe. Sukses ngebolangnya ya mak :)

    ReplyDelete