Yuk, Atur Keuanganmu Sejak Dini

by - September 22, 2017



Sepotong Cerita...

Belum lama ini seorang teman berbagi cerita dengan saya, bagaimana dia mengalami depresi karena tekanan ekonomi yang luarbiasa. Dia dan suaminya sama-sama mengalami pemutusan pekerjaan, seketika pemasukan setiap bulan yang rutin berhenti. Untuk kebutuhan sehari-hari terpaksa mengambil tabungan, kebutuhan mendadak  mengambil tabungan, namun karena tabungan tidak seberapa dalam kurun waktu tidak lama habis.

Berawal dari kebutuhan yang tidak terpenuhi, tekanan untuk memenuhi kebutuhan ini-itu, salah satunya makan sehari-hari, sekolah anak, uang membayar rumah, dan sebagainya. Sementara pekerjaan belum kunjung datang, depresi pun melanda. Puncaknya tidak sekedar stres biasa, namun hingga menyakiti anak-anak yang dianggap sebuah beban dalam masalahnya.

Itu cerita pertama, cerita ke dua adalah seorang wanita cerdas, cantik, namun berdiri di hadapan saya dengan wajah kuyu, seakan dalam dirinya kosong. Hampir sama dengan kisah pertama, tekanan ekonomi. Cerita ke dua ini karena suami sejak awal menikah tidak memiliki rumah, tidak memiliki pekerjaan tetap.

Namun dalam perjalanan pernikahan mereka, sempat sukses sebagai UKM, mereka menikmati gaya hidup yang disebut menengah.  dan mengalami kebangkrutan usaha sehingga susah berdiri lagi. Jika cerita pertama menyakiti anak-anak, cerita ke dua sudah melupakan anak-anaknya. Dia hanya merakan kekosongan sendiri, putus asa dengan setumpuk permasalahannya.


Smart Mom, Your Family's SMiLe




Tanggal 29 September 2017 atas undangan dari KEB, saya berkesempatan hadir di acara Sinar Mas MSIG Life dengan tema 'Smart Mom, Your Family's SMiLe' , temanya asyik banget ya. Menjadi seorang ibu yang cerdas sehingga membuat kelurga bahagia, intinya itu yang saya tangkap. Ibu cerdas seperti apakah? Sebab, menurut saya kecerdasan itu banyak hal, cerdas tidak hanya pandai berhitung, menguasai banyak bahasa, dan lain sebagainya. Kira-kira dalam acara ini ibu cerdas yang seperti apakah?

Acara yang diadakan di JSC Hive Coworking Jakarta Selatan ini diisi oleh narasumber Aakar Abyasa Fidzuno, CEO/Founder of Jouska Financial, yang memberi ilmu tentang bagaimana mengatur uang kita, bagaimana mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemampuan kita, bukan sesuai dengan tingkat keinginan kita.

Aakar Abyasa Fidzuno, CEO/Founder of Jouska Financial
Di sini saya belajar memahami tingkat kehidupan manusia yang dipaparkan Aakar dengan sangat gamblang dan to the point yang membuat tusukan-tusukan tajam di dada. Aseli, ini paparan yang bisa membuat kita berdiri di depan cermin dan bertanya: Tingkat keingananmu apakah seimbang dengan tingkat kemampuanmu?

Baiklah, lanjut...
Abraham Maslow seorang teoretikus dan psikologi asal Amerika yang terkenal dengan teori hirarki kebutuhan manusia, maka dari sisi financial atau keuangan kehidupan manusia berdasarkan teori Abraham Maslow dibagi menjadi tiga, yakni:

1. Zero Level Finacial
Dalam level zero atau NOL di mana kita tidak memiliki apa-apa, atau jika bekerja baru masuk menjadi pekerja, dan jika pengusaha baru merintis usaha. Dalam teori Abraham Maslow dalam posisi ini manusia berada di posisi mencari sandang, pangan, papan, dan rasa aman dalam keuangannya.

2. Midle Level Financial
Jika semula baru masuk bekerja, baru merintis usaha, pada level ini sudah mulai masuk di posisi mapan secara finansial. Fenomena yang terjadi di masyarakat pada tahap midle level financial terjadi perubahan karakter ekonomi menjadi OKB (orang kaya baru). Biasanya karakter OKB adalah wujud dari tekanan di masa zero level finacial. Bisanya mereka menjadi seseorang yang butuh penghargaan dari orang banyak atau sekeliling, butuh pengakuan kalau dirinya sudah mapan, sudah melompat jauh dari zero level financial. Dalam masyarakat seperti sudah menjadi hukum rimba yang tidak mampu akan dipandang sebelah mata.

3. Wealthy level Finacial
Ini lah posisi yang didambakan banyak orang, termasuk saya, hehehe. Posisi wealthy level financial adalah posisi yang sangat mapan atau sejaterah. Keuangan bukan lagi masalah buat mereka yang berada di level ini. Segala hal bisa dimiliki dengan mudah tanpa harus berhutang atau kredit. Jika pada midle level financial OKB adalah orang kaya baru, maka pada wealthy level finacial OKB adalah orang kaya beneran.

Tahap Paling Riskan Dalam Level Finacial

Dalam tahap ini mana yang paling riskan? Aakar mengatakan, tahap midle level finacial lah yang paling riskan dan membuat banyak orang terlena dalam GAYA HIDUP. Kalau dalam psikologi ini efek masa-masa zero level financial. Rasa keinginan yang tertunda, rasa butuh penghargaan, pengakuan, sehingga ingin menunjukkan sesuatu kepada lingkungan. Masuklah mereka dalam midle  income trap.

Di lingkungan masyarakat seseorang yang memasuki midle income trap terlihat tarap hidupnya dari zero level finacial menjadi seolah wealthy level finacial. 'Wah' itu kesan yang ditangkap dari seseorang yang terjebak di midle trap. Segala hal bisa dilakukan untuk memenuhi keinginannya sampai menjerumuskan diri ke dalam limbah hutang-hutang sehingga ketika ditotal secara finacial sesungguhnya harta kekayaannya minus atau tidak mustahil kembali ke zero level financial.

Mengulas tentang midle income trap jadi teringat kasus disainer busana muslim yang ngehits, hidup bak ratu. Namun di luar kisah tragis disainer busana muslim ini, membuat saya mengingat sepotong cerita yang saya tulis di awal artikel, khususnya cerita ke dua. Tentang seorang teman yang mencapai kekehidupan di midle level financial kemudian meluncur terjun bebas kembali ke zero level finacial.

Jangan main-main dengan finacial, kegagalan ekonomi tidak hanya menyebabkan kemiskinan, meninggalkan hutang-hutang, tetapi juga mengancam jiwa menjadi depresi serius yang berujung menyakiti keluarga maupun diri sendiri. Betapa midle income trap harus diwaspadai karena kenyataannya fenomena ini banyak terjadi di masyarakat kita.

Cara Melepas Jeratan Midle IncomeTrap Finacial

Yuk, Atur Uangmu!

Sejak dini keuangan harus direncanakan dengan baik
Itu kunci utamanya, karena seseorang yang masuk ke dalam wealthy level finacial adalah yang mampu mengatur keuangannya dengan baik, bukan menghamburkannya untuk berbagai macam keinginan begitu merasa sudah memiliki uang banyak. Masuk ke tahap wealthy level finacial diperlukan perencanaan keuangan sejak dini dan ke depan, salah satunya adalah dengan memiliki asuransi.

Mengapa asuransi?


Dalam financial asuransi termasuk dana dadakan, dana pensiun, dana investasi, yang mana kita bayarkan di depan seperti menabung, namun tidak bisa diambil seenaknya, kecuali mendadak dalam kondisi yang sudah ditentukan di atas hitam putih, seperti penanggung meninggal. Hal ini yang dihandle secara keuangan adalah keluarga yang ditinggalkan. Sudah banyak peristiwa seorang keluarga yang ditinggalkan kepala keluarga dan memiliki asuransi jiwa, misalnya,  tertanggung tidak dibebani terlalu berat bea hidup karena adanya asuransi tersebut.

Kembali membahas cara melepas jeratan midle income trap yang berbahaya ini, Aakar memberkan bagaimana memperkuat keuangan:

1. Bijak dalam mengelola anggaran
Ketika pertama menerima gaji bayarkan semua kewajiban, seperti hutang, berbagai macam iuran, kebutuhan sehari-hari untuk satu bulan, sedekah, tabungan, dan lain-lain yang sifatnya kebutuhan, sisanya baru dianggarkan untuk keinginan atau gaya hidup. Karena merupakan sisanya makan gaya hidup otomatis akan sesuai dengan kemampuan.

2. Saling Terbuka Dengan Penghasilan
Aakar menolak sistem uangmu uangku dan uangku ya uangku yang banyak dipakai oleh wanita di Indonesia. Mengapa fokus ke wanita? Karena wanita adalah pengelola anggaran rumah tangga yang sangat memiliki peran penting. Wanita harus bisa membuat suami terbuka tentang penghasilannya, begitu juga dengan dirinya harus jujur dengan suami jika ikut berperan mencari uang. Keterbukaan ini membuat kita bisa membuat dasar mengelola keuangan mau seperti apa.

3.Membawa anak diskusi tentang keuangan
Banyak di Indonesia orangtua merasa tabu menerapkan hal ini, anak tugasnya harus belajar bukan mencari atau mempikirkan keuangan keluarga, belum waktunya. Menurut Aakar itu salah! Diskusi keuangan dengan anak sama juga mempersiapkan sedini mungkin tentang bagaimana mengelola dan menghasilkan uang yang akan jadi bekal nantinya.

Mengingatkan akan sepotong cerita di awal artikel ini pada kisah pertama, bagaimana sepasang suami istri menjadi linglung karena dua-duanya berhenti bekerja dengan kondisi simpanan yang seadanya. Hal ini tentu karena kurang pengetahuan bagaimana mengelola keuangan, sehingga tidak berpikir ke depan jika memiliki kondisi tertentu.

Di akhir ulasan artikel ini akhirnya saya diskusi dengan pasangan saya, pertama saya tidak ingin terjadi kondisi seperti sepotong cerita di atas, saya ingin mempersiapkan keuangan untuk masa depan, meski kami sudah tidak muda lagi. Setidaknya mengajarkan kepada anak-anak kami sedini mungkin tentang bagaimana mengelola keuangan dan menghasilkan uang agar mereka kelak tidak terjebak ke dalam midle income trap.

Saya juga mulai serius merencanakan asuransi, apalagi saat ini asuransi banyak yang tidak mahal, terjangkau kalangan menengah ke bawah, salah satunya  Sinar Mas MSIG Life. Penting banget loh mengasuransikan kepala keluarga karena seperti yang sudah saya tulis di atas, asuransi bisa menghandle kebutuhan tertanggung jika terjadi hal yang tidak diinginkan atau bisa menjadi tabungan.



Memang ya, benar sekali seorang ibu harus cerdas, karena itu saya sangat beruntung bisa hadir di acara Sinar Mas MSIG Life bertema 'Smart Mom, Your Family's SMiLe' ini. Memang ya, seorang ibu harus cerdas dalam segala hal, termasuk keuangan. Dalam acara ini selain membahas keuangan, dibahas juga tentang bullying. Sebagai orangtua kita wajib mengambil langkah bijak untuk kasus bullying, lebih jelasnya tentang bullying bisa dibaca di Bijak Menghadapi Bullying.


Tulisan ini diikutkan dalam Blog Writing Competitiom Sinarmas MSIG Life



You May Also Like

7 komentar

  1. Alhamdulillah, nambah lagi 1 ilmu. :D

    ReplyDelete
  2. Keuangan kalau nggaj diatur emang jatuhnya ke mana2 dan gak jelas. :'D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pusing kok uang habis, tapi kalau dirunut bener,nyesek

      Delete
  3. thanks for sharing mba, saya kerja dari single tapi pas sudah nikah kerasa banget kudu pinter-pinter ngatur keuangan biar bisa nabung juga :D

    ReplyDelete
  4. Paparan sederhana. Nyangkut dan sampai di hati. Sukak!
    Awalnya aku termasuk yang alergi asuransi karena belum kenal.
    Kini aku sudah memasuk tahun ke delapan.
    Punya asuransi seperti menemukan uang di kantong celana. Tak terduga tapi bikin bahagia.

    ReplyDelete