Artikel Organik VS Artikel Sponsor

by - February 28, 2018


Mau nulis artikel sponsor apa organik?

Semoga artikel saya ini tidak masuk golongan  ranah nyinyir atau menyakiti perasaan pembaca, namun kalau ternyata masih terasa 'nyelekit', maafkanlah hehehe. Tujuannya hanya sharing, mungkin saja bisa menjadi pencerahan atau sekedar masukan yang membuat perasaan senang. Meski konon kita tidak mungkin menyenangkan semua orang, mengapa?

Hidup ini subyektifitas karena Allah SWT memberi isi kepala orang tidak sama rata, seperti wajah yang kita miliki ada perbedaan meski sedikit ada juga yang sama. Karena itu menyenangkan buat saya atau A, bukan berarti menyenangkan juga buat yang lain atau B. Namun selama masih ada rasa bijaksana, semua itu bukan soal yang pelik atau penting. Duh, kok jadi ceramah begini ya, hahaha.

Baiklah, beberapa kali saya mendengar, membaca, diskusi, beberapa hal  di bawah ini :

Pucing deh

"Ternyata blognya X banyak banget tulisan sponsor ketimbang tulisan organik."
"Dia mah blognya gak bagus, tulisan sponsor doang kebanyakan."
"Jangan hanya menulis tulisan sponsor karena akan membuat DA anjlok, imbangin dengan menulis organik."
"Saya bersyukur blog saya lebih banyak organik ketimbang sponsor."
Oya, baca sponsor bukan melulu iklan model artikel placement ya, tetapi even atau liputan reportase itu juga sering disebut sebagai tulisan sponsor. Benarkah senista itu sebuah blog yang isinya hanya sponsor, even? Duh bahasanya 'nista' berasa berada dalam lembah ketiadaan (lebay).


Nistakah blog dengan artikel sponsor?



Sebenarnya pertanyaannya adalah :  Apakah kalian yang memiliki blog, mencintai menulis, dalam arti menulis  karena senang, hobby, lepas dari menghasilkan materi maupun tidak? Atau kalian menulis karena tuntutat pekerjaan dalam arti hanya menulis jika memang sedang dalam proses mendapat job, baik  job artikel placement maupun job even, dan sejenisnya? Jawab pertanyaan ini dengan jujur, karena keduanya tidak ada yang salah menurut saya.

Kalian mau jawab menulis karena cinta itu bagus banget karena tulisan kalian pasti ada nilai-nilai atau karakter tersendiri sesuai dengan bagaimana kehidupan membesarkan kalian. Tulisan maksimal, karena rasa cinta biasanya jarang yang setengah-setengah, ada rasa sayang jika blog hanya berisi di bawah 500 kata, jika blog hanya berisi konten ala kadarnya, jika blog memuat artikel yang anyep, bagai sayur tanpa garam, hahaha. Blog sebagai rumah aksara menjadi seperti anak sendiri.

Tulisan karena cinta akan lahir sewaktu-waktu, pada moment-moment biasa pun kadang tulisan itu lahir dengan apiknya, pembaca akan menangkap apa yang ada keluarkan dengan rasa kenyang dan puas. Lalu jika menulis hanya karena job?

Apa salahnya? Toh, memang ada bagian manusia diciptakan untuk ahli dalam merangkai kata, ada manusia yang dilahiran ahli dalam menyanyi, dan banyak lagi keahlian di dunia ini. Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah tulisan kalian hanya karena materi semata?

Tulisan sponsor atau even dan sejenisnya adalah sebuah pekerjaan, pekerja yang apik adalah pekerja yang profesional. Maka meski tidak mencintai menulis, BERLAKULAH PROFESIONAL. Maksudnya?

Menulis dengan profesional sebagai blogger


Apakah tulisan kalian hanya karena materi semata?
Pertanyaan di atas mungkin akan kalian cibir: Bah! Siapa dalam hidup yang tidak butuh uang,  sebab haus saja harus mengeluarkan uang. Belum lagi bagi yang menderita penyakit tertentu, untuk buang gas (kentut) saja butuh uang sekian juta mungkin atau lebih. Namun meski segalanya banyak terbeli dan terwujud dari barter dengan uang, jangan mendewakan uang dalam arti yang negatif, itu penting. Tapi di sini saya tidak akan membahas tentang uang, apalagi dewa, hahaha.

Jadi begini, tahukah meski tidak tertulis, tidak harus dengan surat lamaran resmi, tidak perlu ijazah, tidak mempertanyakan nilai-nilai sekolah formal, bahkan terkadang batas usia, kalian  mau lulusan tahun jebot atau fresh graduate, kesempetan mendapat job di dunia blog itu besar sekali. Seharusnya pemerintah mencatat ini, bahwa blog memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang tanpa harus pusing berbaris antri lamaran kerja, bersaing dengan lulusan universitas ngehits.

Blog membuat banyak wanita menjadi spesial, sangat spesial bagi saya, di mana saya lebih melihat kualitas blog seseorang ketimbang fisik si penulis. Bagaimana dia menulis, bagaimana dia merangkai sebuah peristiwa atau benda menjadi sesuatu yang bermakna dan memberi pengetahuan kepada pembaca. Maka karena itu ketika sudah memutuskan menjadi BLOGGER&MENERIMA JOB...
Profesional lah. Karena ini adalah pekerjaan, amanah dari klien atau pihak yang memperkerjakan kalian untuk mempromokan prodaknya atau jasanya, dan lain sebagianya.  Jadi mau mencintai atau tidak mencintai menulis, tulislah sebaik-baiknya.

"Ah, saya sudah maksimal! Sudah berusaha, memang standart saya segitu. Beda dong Mba, sama penulis."
Iyesss, tidak semua orang dianugerahi bakat menulis dari lahir, yang bisa merangkai kata dengan apik begitu saja tanpa memeras keringat berjam-jam, meski bakat juga harus tetap berpikir. Tapi kita bisa belajar, bagaimana belajar menulis agar lebih baik? Banyak membaca dan rajin menulis, itu saja. Selebihnya akan berproses selama mau berproses.

Menulis dengan diksi yang kaya sehingga pembaca tidak akan menemukan kata-kata yang diulang berkali-kali, menulis dengan alur yang runut atau kalau bisa alur ontang-anting tapi tetap memiliki runutan yang apik. Sehingga meski TAHU TULISAN KITA SPONSOR TETAP APIK DIBACA sampai tuntas, seolah tengan membaca cerita yang mengasyikan, atau membaca informasi yang begitu enak diresapin.

Menulislah dengan CINTA DAN PROFESIONAL




So, kalian sudah menemukan jawabannya jika saya bertanya nistakan menulis artikel sponsor?
Subyektifitas saya justru menilai lebih nista jika menulis asal, apa pun itu tulisan yang ditulis. Artikel sponsor, artikel organik, jika hanya ditulis yang ketika dibaca tanpa meninggalkan jejak di kepala, hasilnya adalah sama saja. Jika ditulis dengan konten tidak maksimal, yang penting ada bukti nyata aktif, ada tulisan di blog, sekedar gugur kewajiban, dibaca 'ampang', bahkan ada yang ngalor ngidul tidak jelas.

Namun artikel yang seperti saya ulas di atas, penuh cinta atu profesional, mau organik atau sponsor, akan tuntas dibaca pembaca, akan memberikan muatan bagi pembaca, akan menjadi inspirasi yang baca, akan menjadi referensi bagi banyak orang untuk mencari blog kalian. Blog kalian tidak ubah seperti buku fungsinya, sebagai bagian dari jendela dunia.

Saya bukan ahli dalam tehnologi dunia media sosial, apalagi paham cara Mbah Google menilai sebuah blog, tapi ketika artikel yang kalian tulis seperti yang saya jabarkan di atas, pembaca yang datang senang, ibarat jendela melalui blog kalian ada banyak hal yang bisa diambil dan dilihat, apakah mungkin Mbah Google dengan kejam memberi nilai buruk?

Saya tidak ahli memberikan jawabannya, namun ketimbang saling sinis, saling tunjuk, saling merasa bangga dan benar, saling nyinyir, mulailah menulis di blog dengan cinta dan profesional. Jika job datang tulis dengan cinta, jika job tidak datang tulis artikel organik penuh cinta. Namun jika kalian tidak mencintai menulis?

Menulislah dengan profesional ketika mendapat job, sebab job-job kalian itu yang diberi label 'Sponsor' banyak yang memberikan info dan dibutuhkan pembaca, contoh: Saya mau membeli susu, otomatis saya akan  browsing untuk tahu detailnya, tapi kalau ketemu tulisan yang abal-abal, ngasal, berbuih-buih atau malah penuh kritikan, saya akan tinggalkan tanpa sempat membaca tuntas. Makanya baunce rate blog tersebut otomatis akan buruk kalau banyak yang seperti saya, buka...tinggalkan!

Sementara jika saya menemukan blog yang memuat artikel yang saya  butuhkan dengan penyampaian yang enak, saya akan baca tuntas. Bahkan kemungkinan saya akan membuka halaman lainnya tanpa saya sadari karena terlena dengan tulisannya. Sementara artikel organik?

Sama saja, kalau menarik, memberi muatan, seperti informasi yang bermanfaat, inspiratif, misalnya pengalaman naik gunung dan resikonya. Wah , jaman saya single blog beginian yang rajin saya pantengin, hehehe. Apalagi kalau ditulis runut rutenya, kondisi alamnya, bisa satu jam saya membaca dan memahami, terus ke halaman lainnya yang memberi informasi sejenis. Atau artikel resep masakan, pengalaman mengasuh anak, pengalaman menghadapi peristiwa yang butuh rasa ikhlas, dan sebagainya.

Tetapi jika artikel organik curhatan tidak jelas dengan isi konten sedikit atau hal-hal nyinyir bermuatan negatif, atau artikel yang seharusnya memberi info bagus tapi ditulis asal dan sedikit. Begitu tidak sengaja menemukannya maka akan saya tinggalkan secepatnya.

Selamat berkarya!



You May Also Like

33 komentar

  1. Eh nenek saya mau bisa kentut pun harus bayar ke RS mak hehe..
    Aku setuju deh sama kamu. Apapun itu artikel kita, cintailah dengan hati, pembaca pun dgn sendirinya akan datang dengan cinta.. Hadehh lebay juga nih 😁😄

    ReplyDelete
  2. Terima kasih mb Eni sdh mengingatkan bahwa yg terpenting kita mencintai apa yg kita kerjakan dan menjalankan dg sebaik mungkin terlepas dr apakah tulisan itu organik/sponsor. Tak ada salahnya berbagi kepada siapapun melalui tulisan.

    ReplyDelete
  3. Hahahay.... Kok sepikiran ya. Kemarin terbetik pikiran utk nulis tentang ini tapi sok sibuk gitulah. Jadi baca ini aku nyengir2. Begitulah adanya. ��

    Nggak akan ada akhirnya kalo ngikutin kenyinyiran orang, Mbak. Yg penting tulisan kita positif. Syukur2 mencerahkan. ��

    ReplyDelete
  4. Dua duanya mpo lakukan, curcol kata mba sinta, google suka. Hepeng juga gak nolak. Kabuurrr

    ReplyDelete
  5. Merasa terjedug saya baca ini hehe secara blog udah kaya etalase wkwkw.

    ReplyDelete
  6. Sangat setuju dengan yang satu ini. Saya pun selalu berusaha membuat artikel yang bisa bermanfaat buat pembaca!

    ReplyDelete
  7. Wah iya juga ya mak Eni, semuanya tergantung gaya penulisannya yaaaa.. Kalo emang sonsored tapi informatif ya pasti aku baca. Kalo postingan curhat 100% drama kayanya sih yaaaa males juga bacanya. Hihihiii. Aku juga lagi mau memperbanyak tulisan organik, tahun lalu parah skali blog aku sponsored post semua. Pengen nulis organik untuk melepas beban ajaaaah. Hihihihiiii. Makaci sharingnya ya mak Eniiiiiii <3

    ReplyDelete
  8. Bahasannya berbobot kak Eni, semoga saya bisa konsisten untuk menulis dengan cinta dan juga profesional, makasih kak sudah mengingatkan

    ReplyDelete
  9. Terima kasih sudah mengingatkan, menulis apapun harus dengan profesional dan dari hati yaaa :)

    ReplyDelete
  10. semua punay pilihan tentunya , ya biarlah orang dg pilihan masing-masing tinggal kita apa yang mau kita buat untuk blog kita sendiri

    ReplyDelete
  11. Tapi banyak jg yg demen tuliaan curhat biarpun seuprit. Aku suka baca tulisan curhat begitu ��

    ReplyDelete
  12. �� gak nyelekit kok. Kalau saya biasanya buat curhat2 sekalian tips2 gitu sih, kalau placement ya syukur2 kl dapat

    ReplyDelete
  13. Kayaknya yg pusing soal organik dan non organik ya di circle blogger aja ya mba. Kalau saya melihat dengan kacamata bukan as blogger ya nggak ngaruh, nggak sreg atau nggak ada info yang di cari tinggal di skip, klik yang lain, nggak mikirin itu organik apa non organik post. imho..

    ReplyDelete
  14. Bahasa anyep.. haha.. kayak apa bahasa anyep. Pada dasarnya menulis bukan bakat loh, mba eni menurut saya. Menulis itu skill. Skill bisa bagus karena perlu banyak latihan. Banyak kok yg awalnya ga bisa sama sekali, jadi pintar menulia karena dia terus latihan. Penulis berbakat pun kalau dia jarang menulis dan membaca, bahasany juga jadi anyep.. hahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu kan ada ulasannya: Kita bisa banyak belajar menulis dengan baik. (bacanya gak tuntas apa sekilas aja sih wkwkkw)

      Delete
  15. Semoga tulisanku lahir dengan rasa cinta dan menemukan jodohnya. Aseekkk. Thanks mak Eni atas pencerahannya. I lop u pull...

    ReplyDelete
  16. saya setuju mbak, soal walaupun nulis sponsor harus pake 'hati'.. biasanya saya kalau misalnya udah nemu tulisan yang dari awal aja udah keliatan gak niat, baik itu sponsor maupun bukan, saya suka langsung skip up to the next one juga. hihihi. :P

    ReplyDelete
  17. Waduh suhu artikelnya pedaaaas. Setiap blogger punya target sendiri-sendiri mungkin ya maak. Kalau blog isinya reportase event dan sponsor semua, asalkan informatif ya why not? Kalau saya memang usahain diantara job-job itu selalu ada organiknya. Soalnya nulis organik kan bisa sekalian untuk berbagi pengalaman yang enggak didapatkan saat event. Heheheee.

    Terima kasih wejangannya ya Mak ku...

    ReplyDelete
  18. Yang pasti berusaha menulis untuk memberi manfaat ya mba :)

    ReplyDelete
  19. Beberapa tahun yang lalu aku menjaga banget nih tulisan dari content placement. Apalagi gak sesuai dengan niche. Biar dibayarpun aku tolak sama sekali. Tapi belakangan malah longgar gak tahu ngalir gitu aja. Tapi jujur sih aku lebih suka postingan yang organik tanpa embel² produk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin pas mb gak butuh info tentang produk tersebut, biasanya suka ga suka kalau kita butuh infonya pasti kita baca, seperti saya butuh sunscreen maka yang saya baca ya tulisan tentang produk sunscreen

      Delete
  20. Saya manggut2 baca tulisannya dan saya setuju dg komentar ade ufi bunda eni. Sebenarnya untuk menemukan karakter dan gaya menulis itu perlu latihan. Kadang kalau sponsored post bersifat tidak sesuai niche kt hrs membuat bahasa yg sesuai dg blog kita agar tetap menyenangkan pembaca, itu professional dalam pengertian saya. Hehe. Tapi memang ada loh yang bikin sponsored post sembarangan asal ngepas 500 kata aja dan pas sm point dibutuhkannya. Kalau sudah nemu begini langsung left saya. Bosan. Hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, begitulah seperti yang saya tulis di artikel ini

      Delete
  21. Intinya sebagai blogger harus flexible menyesuaikan dengan jamannya, kalo sekarang blogger pro kenapa engga? Yang penting happy, ga nyusahin orang, ga mengganggu orang lain.
    Suka sponsor post ya ambil, engga yo meneng ga usah nyinyir ya. Hidup tuh dibikin seneng ya masak, tul ga?
    Happy Blogging Mak Eniii..

    ReplyDelete
  22. saya membaca ini dengan khidmat hehe. kebetulan saya masih baru sih ngeblognya dan sejauh ini emang masih balance antara tulisan organik alias curhat sama yang bersponsor. tapi saya juga sering lho nulis review-review brand yang sebenarnya gak disponsorin tapi karena memang saya suka aja sama produknya, kalo ini masuknya tulisan organik atau sponsor ya? :P

    ReplyDelete
  23. Waah...mba Eni, makjleb!
    Emm, sebenarnya dibilang cinta, saya malah lebih senang dengan blog yang rajin BW.
    hahha...setidaknya, mungkin dia blogger baru, sehingga tulisannya masih ngasal...tapi dia ada kemauan untuk belajar dengan berkunjung dan membaca blog orang lain.

    Yang parah,
    Uda jarang BW, tapi naro link doank, minta di BWin mulu.

    Kan jadi KZL yaa...

    ReplyDelete
  24. Noted mak, artikel organik ku kurang :D

    ReplyDelete
  25. fenomena blogger jaman now ya mbak, aku jg ngerasa skrg bnyak tulisan sponsor di blog ku, tapi balik lagi yang penting saat menulis ditulis dengan sepenuh hati, jgn jadi beban. Tapi memang tulisan organik tuh banyak poin plusnya, selain pengalaman sendiri pastinya itu beneran dr hati, krna kalo gakk dari hati pasti gak mau dibagi smaa orang lain.

    ReplyDelete
  26. Blogger lagi ngehits-ngehitsnya nih,sampe aga susah bedain, mana organik mana sponsor. Apa saya doang kali ya ��

    ReplyDelete
  27. Awal-awal kali ngeblog itu semuanya tulisan organic, bahkan review brand juga bukan promosi tapi karena memang suka sama produknya. Tapi makin kesini makin banyak kerjasama, sponsor dan lain-lain akhirnya content pun semakin banyak sponsor hehehe. Sedangkan nulis kadang cuma di sela-sela aktivitas utama, akhirnya kadang terbengkalai lah ngurusinnya. Pas baca ini jadi semangat lagi buat nulis content yang memang dari hati banget, kita banget. makasih mbak....

    ReplyDelete
  28. Wah, terima kasih atas banyak saran dan artikel yang ditulis, saya jadi termotivasi lagi untuk bangkit nulis di blog, fiuh hhe :D terima kasih sudah sharing ini kak :D

    ReplyDelete
  29. Lagi googling..nyampe di sini. Masya Allah..terima kasih sharingnya mbak Eni.

    ReplyDelete