Ibu Rumah Tangga dan Ekonomi Sirkular

by - January 31, 2020


Apakah yang terbersit dalam pikiran ketika mendengar istilah Ekonomi Sirkular? Mungkin istilah ini untuk sebagian besar masyarakat kita masih asing, karena ketika saya melayangkan pertanyaan ini di sosial media, yakni instagram. Banyak teman-teman yang belum paham ekonomi sirkular, padahal bisa jadi kita tengah menjadi pelaku ekonomi sirkular itu sendiri loh.



Bahkan saya yang awalnya juga asing dengan istilah ekonomi sirkular, setelah mengetahui baru tersadar: Loh, ternyata saya sudah menjadi bagian dari ibu rumah tangga yang menjalani ekonomi sirkular, meski baru skala super kecil. Tapi jujur,  ada perasaan bangga sih, hehehe. Juga menyesal dan sedikit malu-malu, kok bisa saya tidak paham arti dari ekonomi sirkular padahal saya melakukan kegiatan yang merujuk pada penerapan ekonomi sirkular.

Apa itu Ekonomi Sirkular?



Sebelum melagkah jauh ke cerita tentang apa yang saya lakukan sehingga menjadi bagian dari pelaku ekonomi sirkular. Biar nggak pusing buat yang belum paham, apa itu ekonomi sirkular. Saya ulas sedikit ya pengertian dari ekonomi sirkular, dan siap-siap nyengir; Oalaah, kalau itu sih barti saya juga kayak Mba Eni sudah jadi bagian dari pelaku ekonomi sirkular, hehehe.

Kalau dalam Wikipedia pengertian Ekonomi Sirkular kurang lebih adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional, dimana kita menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian meregenerasi dengan tujuan penghapusan limbah, seperti misalnya upcycling plastik sebagai bahan campuran aspal.

Sampai sini sudah paham dong, dan langsung deh terpikir di kepala: Wah, saya sudah menjadi pelaku ekonomi sirular sejak dulu.

Tapi biar lebih paham lagi, yuk ikuti ulasan saya saat mengikuti acara yang diadakan oleh SCG , tanggal 22 Januari 2020 kemarin: SCG Welcoming Circular 2020. Acara yang membuat saya melek akan ekonomi sirkular dan juga terinspirasi untuk menjadi bagian dari pelaku ekonomi sirkular dalam  mengurangi limbah sampah rumah tangga lainnya.

SCG Hidupkan Konsep Ekonomi Sirkular : SCG Welcoming Circular 2020



SCG atau Siam Cement Group  yang merupakan salah satu group konglomerat termuka di kawasan ASEAN, terdiri dari tiga bisnis utama, yaitu  Cement-Building Materials, Chemicals, dan Packaging, mengajak semua pemangku kepentingan untuk kolaborasi dan berbuat nyata guna mewujudkan kehidupan berkelanjutan melalui praktek ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari.

SCG menyadari pentingnya ekonomi sirkular sebagai solusi dan kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. SCG berusaha untuk menerapkan ekonomi sirkular ke dalam praktik di sektor bisnis, dan mendorong industri lain untk bersama-sama melakukannya, dengan memberi contoh-contoh ekonomi sirkular yang diterapkan.

Upaya ini akan diwujudkan dalam penyelenggaraan SCG Subtainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020 : Circular Economy, Collaboration for Action yang akan digelar pada 22 Februari nanti. Menjadi forum pertama pertemuan yang dilaksanakan di Indonesia dan bertujuan untuk saling berbagi pengalaman implementasi ekonomi sirkular, baik di bidang bisnis, birokrasi, maupun komunitas. Kemudian melakukan kolaborasi, diantara pemangku kepentingan terkait, untuk mewujudkan ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari.

SCG Welcoming Circular 2020 menghadirkan beberapa narasumber, yakni Pathama Sirikul selaku Presiden Direktur PT SCG Indonesia, Delicia Apriane selaku Environmental Consultan PT SCG Indonesia. Ada juga sosok ibu rumah tangga yang sangat inspiratif dalam memerangi limbah dan menjadikan sebagai nilai ekonomis yang dapat dinikmati masyarakat, yaitu Ibu Dewi Kusmianti yang memegang peran penting sebagai Pelatih Project Niracle di Desa Padasuka, Soreang, Bandung. Serta seorang anak muda sederhana bernama Afyan Cholil Asy'ari yang menerima beasiswa SCG dan  juga sebagai team dari Niracle.



SCG yang berpusat di Thailand sejak tahun 1913, dan ekonomi sirkular di Bangkok sudah berjalan selama 10 tahun loh. SCG sendiri berdiri di Indonesia sejak tahun 1995, dan Pathama Sirikul mengakui Indonesia sangat strategis untuk menjadi negara yang mendorong praktek ekonomi sirkular di dunia. Karena itu masyarakat Indonesia harus diedukasi menerapkan ekonomi sirkular dengan konsep make-use-return.  Dan, ini sebenarnya sudah banyak dimulai semua pihak, termasuk pemerintah Indonesia. Contoh kecil saja, adanya bank-bank sampah di berbagai wilayah yang dikoordinasi ibu-ibu rumah tangga. Hayo, di lingkungan kalian ada bank sampah tidak?

Salah Satu Wujud Ekonomi Sirkular di Masyarakat Indonesia



Dalam acara ini selain membahas tentang ekonomi sirkular, dan tujuan SCG menerapkan ekonomi sirkular. Juga diajarkan langsung wujud dari ekonomi sirkular yang sudah berjalan di Indonesia, seperti di Bandung yang diceritakan langsung oleh Ibu Dewi Kusmianti. Bagaimana para ibu-ibu rumah tangga diajarkan mengolah limbah tekstil yang terkenal merusak alam, menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis alias laku dijual.



Saya sendiri sampai terpukau loh melihat buket bunga dari kain yang ternyata itu kain-kain limbah tekstil. Dibentuk menyerupai bunga dan dirangkai menjadi buket yang artistik. Kalau dipanjang dalam vas bunga, pasti cantik sekali atau dijadikan buket bunga pengantin. Tidak kalah keren deh meski bahannya dari sisa-sisa bahan yang sudah menjadi limbah. Bayangkan jika dibuang begitu saja, berapa lama alam akan menghancurkannya? Sementara jika diolah seperti ini akan menghasilkan materi yang membantu perekonomian masyarakat Indonesia.



Ibu Dewi Kusmianti sendir mengakui, dirinya dan suaminya yang semula hanya seorang pemulunng. Berkat menjalani ekonomi sirkular yang juga ditularkan pada masyarakat, menaikan taraf hidupnya bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga harkat keluarga. Beliau merasa bangga bisa disandingkan dengan orang-orang pintar dan berpendidikan. Anak-anaknya yang ABK pun hidupnya semakin maju, dibanding sebelumnya. Terbuktikan, ekonomi sirkular dapat meningkatkan taraf hidup.

Ibu Rumah Tangga Bisa Menjadi Pelaku Ekonomi Sirkular



Setelah ditunjukkan buket bunga dari kain limbah tekstil, para peserta yang hadir diajak workshop membuat gantungan kunci dari limbah tekstil juga. Waduh, seperti apa ya kira-kira bentuknya? Apakah mudah cara membuatnya? Begitu kira-kira yang saya pikirkan saat dibagikan bahan-bahannya.





Bahan-bahannya kain sisa limbah tekstil yang sudah dibuat panjang-panjang menyerupai tali, bola-bola dari limbah kayu yang dicat warna-warni, benang wol, dan alat pengait sebagai cantolan ke tas. Tidak sampai setengah jam, gantungan kunci dari bahan limbah tekstil dan kayu itu pun jadi. Sungguh, sangat cantik ketika digantungkan di blacu tote bag. Kira-kira berapa ya harganya blacu tote bag dengan hiasan gantung kunci ini? Langsung deh, otak bisnis saya berputar, hehehe.

Bahan tote bagnya bisa menggunakan kain atau guntingan pakaian di rumah yang sudah tidak terpakai loh, begitu juga dengan bahan untuk gantungan kunci. Kita hanya modal benang wol dan pengait gantungan kunci. Menariknya semua ini bisa dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga di rumah, mengolah limbah di rumah menjadi sesuatu yang meghasilkan nilai ekonomis.


Saya sendiri baru menyadari sebagai pelaku ekonomi sirkular karena pernah bersama tante saya membuat tas dari celana jeans bekas. Dijahit dan diberi aksen pemanis, sehingga terlihat fashionable dan memiliki daya jual. Kami menjualnya satu tas seharga 99k. Coba jika jeans-jeans bekas itu dibuang, menjadi limbah yang mengotori bumi. Jadi yuk, kita dukung ekonomi sirkular berkembang di Indonesia dengan menjadi bagian dari pelakunya meski hanya skala kecil. Bukan  mustahil bisa menjadi bisnis yang menghasilkan materi cukup besar dan berkembang.Selain sudah berperan menjaga lingkungan dengan memaksimalkan penggunaan limbah agar menjadi manfaat.


You May Also Like

20 komentar

  1. Wah ini SCG klienku jaman masih kerja di media dulu, mereka memang selalu punya program yang bagus-bagus dari dulu aku mengenal SCG. Tapi memang sih limbah tekstil itu paling banyak ya mbak, jadi kalau sisah dari tekstil bisa digunakan untuk kerajinan tangan kenapa enggak ya.

    ReplyDelete
  2. Peranan ibu rumah tangga terhadap ekonomi sirkular justru lebih berarti ya :)
    Bagus banget tuh idenya membuat tas dari jeans.
    Secara bahannya juga tebal, dan bagus banget sih kalau dibuat tas.

    Daripada dibuang, malah jadi limbah ya

    ReplyDelete
  3. Berarti saya juga bisa melestarikan ekonomi sirkulasi, dan saya juga bisa meneruskan ilmu ini kepada anak2 ..terimakasih ilmunya untuk ekonomi sirkulasi

    ReplyDelete
  4. Wah keren mba Eni, ternyata sejak lama Mba udah jadi pelaku ekonomi sirkular.
    Aku jadi mikir, apa ya kira-kira limbah yang bisa aku manfaatkan jadi bernilai rupiah?

    ReplyDelete
  5. Bangga jadinya karena udah jadi bagian ekonomo sirkular ini. Meski baru memanfaatkan barang bekas aja. Belum sampai menaikkan taraf hidup. Tapi senang karena udah bisa ikut kontribusi

    ReplyDelete
  6. Ekonomi sirkular bukan hanya meningkatkan ekonomi keluarga akan tetapi meningkatkan taraf hidup orang banyak dan peduli terhadap lingkungan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul. jd bs nambah penghasilan dr sampah. eits diolah dulu jd sesuatu yg berguna dan menarik. seperti buket bunganya manis ya

      Delete
  7. Aku baru tahu tentang ekonomi silkular..
    Dan ternyata bisa ya ibu rumah tangga jadi pelaku ekonomi sirkular

    ReplyDelete
  8. Mbak, itu tas jeansnya masih ada enggak? eh..pasti keren ya, dan enggak ada kembarannya.
    Memang gaya hidup ekonomi sirkular tanpa kita sadari sudah kita lakukan sejak dulu. Hanya meredup kalah dengan gaya hidup modern yang semua serba praktis dan instan. Ujung-ujungnya bela-beli tanpa ikir digunakan lagi atau didaur ulang.
    Acara yang bagus dari SCG ini, semoga sukse juga di acara tanggal 22 nanti

    ReplyDelete
  9. Ekonomi sirkular ini tanpa sadar sebenarnya kebanyakan sudah pernah dilakukan kaum hawa ya, hanya saja baru engeh kalau itu namanya ekonomi sirkular, hehe

    ReplyDelete
  10. Akhirnya aku paham apa itu ekonomi sirkular. Bener bener dimulau dari lini terkecil which is rumah tangga pun bisa yaa Mbak. Jadi bangga, udah turut berkontribusi yaa meskipun baru sedikiiit hehe

    ReplyDelete
  11. setelah membaca tentang sirkular ekonomi, aku jadi mengerti maksudnya apa. selain dapat ilmu baru bisa menjadi me time juga ya bun di acara ini, seru banget acaranya

    ReplyDelete
  12. paling suka sama orang orang kreatif kayak gini.. lumayan mengurangi sampah jadi barang yang indah... trus bikin lapangan pekerjaan sendiri juga... mengurangi pengangguran jadinya

    ReplyDelete
  13. Ternyata tanpa kita sadari ya...
    Kita udah menjadi pelaku Ekonomi Sirkular juga.
    Duh,,pengen juga bisa memanfaatkan bahan yang sudah tak terpakai dirumah menjadi sesuatu hal. Kayak bucket bunga nya, siapa tahu menjadi peluang bisnis nantinya

    ReplyDelete
  14. kreatif banget idenya mbaa. Limbah tekstil memang konon katanya terurai ya mba, jadi kita perlu pinter-pinter muter otak bagaiman mengolahnya agar kembali jarang barang bermanfaat sekaligus memperpanjang usia pakainya. Tas jeansnya cakep sekali *auto nyari jeans suami buat dibikin tas hihihi

    ReplyDelete
  15. Wah setuju nih mbak, kayaknya udah banyak dari masyarakat indonesia yang jadi pelaku ekonomi sirkular juga, cuman masih asing aja sama istilah 'ekonomi sirkular'nya.

    ReplyDelete
  16. Aku baru tau kalo itu disebut ekonomi sirkular. Ternyata akupun pelaku ekonomi srirkular.Keren SCG peduli akan lingkungan

    ReplyDelete
  17. Baru denger mih ekonomi sirkular, ternyata selama ini kita sering melakukannya tapi gak tau istilahnya. Banyak barang bekas yang bisa dijadikan karya nih di rumah yang daripada dibuang mending dikaryakan ya mbak.

    ReplyDelete
  18. Makasih mba eni infonya aq baru dengar dan tau pas mba eni share mengenai ekonomi sirkular ini. Ternyata banyak barang bekas yang bisa dimanfaatkan Tanpa harus dibuang

    ReplyDelete
  19. Itu kreasi sendiri ya Kak. Keren banget tuh. Bisa menjadi bisnis dan ladang usaha pendapatan kak.

    ReplyDelete