Kuliner Bogor: Nasi Bakar 13 ribu di Resto Gumati

by - January 27, 2017



Sebenarnya ini perjalanan agak telat ditulis ya, tapi masih tetap up to date lah. Apalagi bahas kuliner, sepertinya selawas apa pun tetap terasa baru karena kenangannya ada di lidah dan ingatan. Pernah dengar nasehat ini ga? Dahulu ada orangtua yang berpesan agar anak gadisnya pandai-pandai memasak, karena makanan bisa mengikat pria hingga ke hati... hahaha. Lepas ini nasehat benar atau tidak, tetapi memang kuliner itu sesuatu yang diakui sangat istimewa. 

Bahkan dalam film animasi berjudul Ratatouille, tokohnya yang bernama Anton Ega, seorang kritikus restoran terkenal terkesima dengan Ratatouille karena terkenang masakan ibunya di masa ia kecil. Dasyatkan? Buat para wanita bersiap-siaplah belajar masak yang sedap dan ikatlah suamimu dari lidahnya, hahaha.

Baiklah, kali ini saya menulis perjalanan hunting kuliner di Kota Bogor bersama Emak-Emak Kece: Leyla Hana, Nunu Halimi, Santy Martaliamusa, Maria Soraya A, dan tentu saja saya. Kebetulan mereka ini blogger, kami disatukan dari perjalanan ke beberapa even blogger. Sering bertemu secara langsung saat acara, ngobrol di sosmed, jalan bareng. Kesamaan kami, berani gokil. Ngobrol ngebahas sesuatu yang kedengarannya komikal, serius, campur aduk lah yang bisa mengocok perut. Ringan namun sesungguhnya itu sesuatu yang mahal, yakni tertawa dengan merdeka.

Kalau mau tahu lebih jelas Emak-Emak Kece sih, bisa berkunjung ke blog  mereka masing-masing.

Kota Bogor

Perjalanan kuliner sebelumnya, Emak-Emak Kece sudah menyerbu Warung Serba Sambal (SS), tapi belum saya ulas karena saya pernah mengulas warung tersebut saat berkunjung bersama keluarga. Tempatnya strategis karena di pinggir jalan utama Kota Depok, tapi yang penting sih kulinernya itu muraaaah sekali. Kami makan berempat plus plus karena bawa anak, tidak lebih dari Rp200.000. Itu dijamin perut sampai bunder deh, cocok banget buat penggemar sambal. Kalau penasaran bisa baca artikel di bawah ini:


Perjalanan hunting kuliner ke Kota Bogor kali ini atas taktiran Leyla Hana, kalau di Warung SS ditaktir Nunu Halimi. Kenapa memilih Kota Bogor? Ya, karena kebetulan kami dipertemukan dalam even blogger di Bogor, belajar ngedoodle (ternyata ngedoodle itu mudah loh, saya saja baru tahu. Baca deh artikelnya, kamu juga pasti bisa ngedoodle).


Ngedoodle Di Kota Bogor
Awalnya agak bingung mau makan di mana, sebab kami diwarning untuk mencari rumah makan yang murah. Saya sih tertarik mau ke Warung Daun, ngebayangin ngeliwet sambil nyocol sambel bareng-bareng dalam suasana warung yang nyaman. Tapi, kawatir budget'nya tidak mencukupi. Sempat juga mau makan di sekitar Taman Topi, namun suasana gak nyaman kalau buat makan sambil hahahhihihi ala emak-emak gitu. Trus juga gak instagramable.

Gegara banyak maunya alias mau murah, makanan enak, suasana nyaman plus instagramable, sempat juga kami gaje wara-wiri. Ke luar stasiun Bogor mau naik angkot (entah naik angkot ke mana), balik lagi mau ke arah stasiun, cari di sekitar situ karena udara panas banget, macet pula. Untung aja pada gak bawa batita. Kelemahan Kota Bogor ini memang ricuh di angkot yang bertumpuk.

Gumati Resto Bogor


Akhirnya Nunu browsing dan dapat info Gumati, restoran yang tidak jauh dari lokasi kami berdiri kepanasan. Gumati Resto berada di Jalan Palendang yang tidak jauh dari stasiun Bogor, kalau naik ojek motor online hanya Rp5000, sementara naik ojek mobil online Rp10.000, deket banget dong.

Meski kami berada pas di pinggir jalan raya, tapi nunggu ojek mobil online lumayan lama, mungkin karena kondisi jalan yang awut-awutan gitu kali ya, jadi gak lancar deh. Alhamdullilah, si abang sopirnya baik hati. Kami, 5 Emak-Emak kece plus 3 anak semi ABG diangkut satu mobil meski harus berdempetan. Saya sih korbannya, terpaksa rela duduk cuma ujung bokongnya yang nempel di jok kursi. Bayangkan, jok kursi bagian tengah memuat: Leyla, Nunu, Santy, dan saya. Untung Maria sudah diantisipasi duduk di sebelah pak sopir, karena jok kursi belakang sudah penuh diisi 3 ABG.

Sampai di Gumati Resto, Leyla langsung berbisik: Mahal gak nih?, saya cuma bisa bilang: Kayaknya standart. 

Udara Kota Bogor masuk tanpa penghalang
Sejauh mata pemandang
Ya, melihat arsitektur bangunannya yang klasik, lalu ruang dalamnya berkonsep homie, menunya yang mayoritas lokal, menu khas Jawa Barat. Saya yakin harga-harganya tidak terlalu menggigit, apalagi kalau ada menu paketan. Namun ternyata tidak ada menu paketan, adanya satuan. Kami memilih duduk di sofa yang menghadap view pemandangan Kota Bogor, terdapat rumah-rumah, bukit, sungai. Totally..indah dan nyaman. Tentu saja instargamable

Instrumen musik tradisional Jawa Barat
Saya pribadi langsung  klik.Jadi udara bebas masuk tanpa penghalang, alunan musik dari life music instrumen khas Jawa Barat memenuhi ruangan, syadu. Sebenarnya selain lokasi duduk yang kami pilih, di bawah ada lagi. Bagian bawah terdapat view kolam renang.

Nasi Bakar Rp13.000

Nasi Bakar Rp13.000
Saat memillih menu, seruuu bangeeet. Benerkan, ada yang mihil, ada yang murce habisss untuk ukuran resto seperti Gumati. Beberapa menu yang saya pilih karena benar-benar murah: Nasi bakar Rp13.000, Bakwan jagung seporsi isi 3 potong dengan size besar Rp16.000, seporsi karedok Rp19.000, es teh manis Rp8.000. Mau menu lain yang murah dan sempat saya intip, ada nasi tutug oncom  Rp12.000, nasi timbel Rp9000.

Karedok Rp19.000
Santy karena membayar sendiri, dia memilih seporsi sop iga bakar, dan rela cuma ditaktir es campurnya saja. Habis sop iga bakar hargnya mendekati seratus ribu seporsi yang terdiri dari iga bakar, kuah sop, dan nasi putih. Es campurnya semangkuk kecil, kalau tidak salah dibandrol harga Rp26.000. 

Lalu soal citra rasa?

Es tehnya sih meski dimana-mana es teh ya rasanya standart, tetapi es teh manis Gumanti lumayan segar. Kekentalan teh dan porsi gulanya cukup buat saya, apalagi segelas harganya hanya Rp8000, ini mah harga warteg loh... hahaha. Biasa saya beli es teh manis itu di warung sederhana saja Rp10.000.

Nasi bakarnya? Saya suka banget, wangiiii, gurih, pedas, cocok banget di lidah saya. Mana tiga belas ribu itu porsinya gede, sampai Maria gak habis. Jadi deh saya dan Nunu yang habisin, sayang kalau dibuang hahaha. Gak bekas loh, karena nasi bakarnya seporsi dipotong dua bagian
.
Bakwan Jagung Rp16.000
Karedoknya? Bahkwan jagungnya? Totally, enak lah. Masakan rumahan banget dengan kadar penggurih yang tidak terasa menyengat. Sop iga bakar yang sempat saya cicipi sepotong besar, cukup enak, empuk banget dan bumbunya meresap. Kami makan sambil menikmati alunan musik dan pemandangan yang terhampar tepat di depan, pasti kalau malam suasananya romantis sekali.

Landscape Kota Bogor
Karena tempatnya instagramable, momen foto-foto pun tidak terlewatkan. Emak-Emak kece dan yang lainnya mengabadikan suasana dengan foto-foto. Dari foto selfi, foto bergaya sok anggun, manis hingga candid yang mengocok perut banget. Untung, Gumati sedang sepi pengunjung hingga kelakar kami tidak mengundang mata.

Pesanan Datang!!

Jejak dari perut keroncongan
Tidak terasa waktu berlalu, menu di piring sudah tandas semua, hari menuju sore, kami harus menuju rumah masing-masing karena anak-anak di rumah menanti. Saat kembali dari kasir, Leyla Hana menunjukkan pajak sebesar 15%, yang total dari semua pesanan kami (termasuk pesanan Santy secara pribadi), pajaknya Rp44.000. Seimbang lah, karena servis suasana, tempat, memuaskan. Saya suka sekali dengan tempat sholatnya, luas, bersih dan mudah dijangkau.

Emak-Emak Kece
Sampai di sini dulu perjalanan Emak-Emak Kece, Insaallah next kami akan jelajah-jelajah kuliner lagi.  Jangan lupa, baca juga ulasan versi Leyla Hana ya: Seseruan Di Restoran Gumati

You May Also Like

10 komentar

  1. Kalau baca tulisannya mba Leyla kayaknya dia sedih karena harus traktir mahal di Gumati. HAhhahaaa ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak sedih, Mak Alida. Kan pajak kita bayar masing-masing, terus Mak Santy bayar sendiri hahahaha

      Delete
    2. Waaaa.. aku ga sedih, cuma kaget aja 😂

      Delete
  2. Bogor memang makanannya enak-enak ya mbaaaa..

    ReplyDelete
  3. Akkk nasi bakarnya minta dingilerin banget. Apalagi harganya murce ya Mbak. Duuh andai dekat. Pengen deh main ke sana, apalagi tempatnya bagus. Seger ya kayaknya. Recharge energy banget :D

    ReplyDelete
  4. Jejak perut keroncongannya benar-benar tandas yaak.. bersih tuntas...

    ReplyDelete
  5. Udah 10 tahun tinggal di Bogor dan aku belum pernah ke Gumati huhuhuhu
    Kalah langkah sama emak2 kece

    ReplyDelete
  6. aku belom pernah ke bogor, padahal ada tante disana huhu
    pengn nyobain akredoknya, belom pernah nyobain sih :3

    ReplyDelete
  7. Murah yaaaa, jd pengen ke sana juga klo wiken mlipir ke Bogor hehe TFS

    ReplyDelete
  8. Lokasi resto Gumati memang top, buat ngerumpi sambil menikmati pemandangan alam

    ReplyDelete