Peran Rumah Zakat Dalam Tanggulangi Bencana Kemarau

by - September 01, 2019


Kapan terakhir hujan bertandang ke berandamu?

Bicara tentang hujan mengingatkan saya akan hujan yang lama tidak kunjung datang, entah sudah  berapa bulan. Matahari selalu bersinar penuh, debu menebal dimana-mana, termasuk di jalan-jalan, terutama jalan beraspal yang rusak. Sampai kalau  naik motor saya harus memakai masker dan menutup helm rapat-rapat.

Pepohonan di depan rumah daunnya dilapisi debu tebal, kalau siang melintas motor atau angin tengah bertiup kencang, debu terlihat seperti bedak bertaburan. Saya sampai melarang anak-anak main di depan rumah jika sedang ramai motor atau mobil melintas, karena debunya takut terhisap. Beberapa anak tetangga sampai terkena batuk pilek, sementara anak bungsu saya yang masih berusia 10 bulan kulitnya terkena biang keringat akibat cuaca panas.

Bahkan tanda-tanda kekeringan mulai tampak, air tanah yang biasanya bening jadi keruh beberapa hari ini. Mungkin karena air tanah sudah mulai berkurang akibat kemarau panjang, terpaksa sebelum dipakai untuk mandi, mencuci piring, mencuci baju, airnya saya saring dan endapkan dulu biar bening. Dan, ternyata di daerah lain banyak yang lebih parah yakni bencana kekeringan melanda, air sampai susah didapat, pertanian, perkebunan, ternak banyak yang menerima dampak kemarau.


Kemarau Panjang Melanda Indonesia


Cukup mengejutkan ketika saya hadir dalam  acara Konferensi Pers tentang Penanggulan Bencana Kekeringan yang mengangkat tema "Indonesia Siaga Bencana", menghadirkan narasumber dari BMKG yakni Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dr.Ir. Dodo Gunawan, karena ternyata 92%  wilayah Indonesia terkena dampak kemarau. Apakah ini yang menyebabkan harga cabe mahal luarbiasa, karena panen terkena dampak kemarau?

Pak Dodo menjelaskan kalau kemarau yang mencapai puncaknya di bulan Agustus hingga September ini merupakan dampak dari peristiwa El-Nino yang diprediksi akan  mengakibatkan 48.491.666 jiwa terancam kekeringan di 28 provinsi. Pantas air di rumah mulai keruh beberapa hari ini, tapi masih bersyukur masih bisa membeli air untuk minum, dan air tanah di rumah meski agak keruh  masih cukup berlimpah untuk digunakan sehari-hari.


Mengingat di beberapa wilayah sampai ada yang menggunakan air kumbangan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Jangan tanya kualitas kebersihan airnya, mereka dapat menemukan air saja sudah bersyukur. Karena musim kemarau, tidak ada hujan, sumur kering, banyak sungai yang airnya surut. Bisa dibayangkan, bagaimana jika kehidupan kehilangan air?

Aksi Rumah Zakat Hadapi Bencana Kemarau

Melihat kondisi kemarau di Indonesia ini, dan melihat dampaknya paling parah terjadi di perdesaaan, mengakibatkan pertanian, perkebunan, dan perternakan mengalami efek buruk. Maka Rumah Zakat yang merupakan lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak, sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat, melakukan aksinya dalam menanggulangi bencana kemarau.

Selama bulan Mei-Agustus 2019, Rumah Zakat  telah mendistribusikan sebanyak 451.000 liter air bersih di 17 titik kekerigan di 7 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut akan terus meningkat pada puncak kemarau  yaitu Agustus hingga September. Untuk pekan ini Rumah Zakat akan mengirim bantuan air bersih di 30 titik kekeringan di 11 provinsi.

Rumah Zakat tidak hanya memberikan bantuan air bersih saja, tapi juga mengupayakan solusinya agar lokasi yang mengalami dampak kemarau siap mengadapi bencana kemarau atau kekeringan yang selalu melanda Indonesia setiap tahunnya, seperti yang diucapkan  Murni Alit Baginda, Chief Program Officer Rumah Zakat:


"Kekeringan yang terjadi di Indonesia itu berulang setiap tahunnya. Pemberian air bersih merupakan salah satu bentuk respon jangka pendek untuk mengurangi dampak kekurangan air di masyarakat. Ada upaya-upaya lain yang kami lakukan sebagai solusi kekeringan di kemudian hari, yaitu menyediakan logistik dan peralatan, berupa penyediaan tangki air dan pipanisasi serta pembuatan sumur bor."

Beberapa Program Rumah Zakat untuk Menanggulangi Bencana Kemarau:
Pipanisasi: Memberikan penyaluran air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat dengan membuat pipa-pipa agar memudahkan para wanita dan lansia dalam mengambil air. Pipanisasi ini dilakukan di desa Berdaya Cisolok, Tasikmalaya.

Droppig Air Bersih: Rumah Zakat telah mendistribusikan sebanyak 451.000 liter air bersih di 17 titik di 7 provinsi diantaranya di Cikeusik, Pamekasan Madura, Giriharjo Gunung Kidul, Sumedang, dan Ponorogo.

Pembuatan Sumur Bor: Pembuatan sumur bor adalah membuat sumur dengan alat bor untuk mencapai kedalaman yang maksimal, sehingga titik air benar-benar ditemukan. Pembuatan sumur bor ini sudah dilakukan di di Desa Angsana, Pandeglang, Banten, dan akan menyusul untuk wilayah Cianjur dan Sukabumi.

Penampungan Air Hujan (PAH): Penampungan air hujan dengan tangki air dan diolah agar airnya dapat dimanfaatkan masyarakat. Penampungan Air Hujan sudah ada di Kp.Pasir Peuti, Desa Sukamulya, Kec.Sukalutu, Kab.Cianjur.

Dengan adanya progarm-program tersebut diharapakan akan menjadi solusi kekeringan akibat dampak kemarau untuk jangka panjang. Solusi-solusi tersebut secara jelasnya terpapar dibawah ini:
1. Memetakan daerah yang mengalami kekurangan air (kebutuhan dan penanganan).
2. Menyediakan sarana dan prasarana (tangki, pipa, pompa)
3. Pembuatan sumur bor
4. Kampanye menghemat penggunaan air.

Untuk point 4 yakni kampanye menghemat air dibutuhkan kerjasama yang baik dengan  masyarakat dimana pun berada, tidak hanya yang berada di daerah krisis air. Rumah Zakat sounding terus ke masyarakat perihal kampanye ini dilakukan melalui media sosialnya, dan juga menjalin kerjasama dengan Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, PDAM.


Duh, saya jadi berasa diingatkan untuk menghemat air nih. Karena sering menggunakan air seenaknya, terutama ketika mandi karena cuaca panas.

Rumah Zakat Menghadirkan Desa Tangguh Bencana

Untuk mewujudkan solusi dan menjalankan program menanggulangi bencana kemarau tentu saja Rumah Zakat tidak bisa bergerak sendiri, selain dibantu oleh pihak-pihak yang disebutkan di atas, peran masyarakat sangat dibutuhkan. Tidak hanya bencana kemarau, tapi bencana lainnya, maka dibentuk Desa Tangguh Bencana yaitu desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri segera dari dampak bencana yang merugikan, seperti yang dipaparkan oleh Murni:

"Dengan terbentuknya Desa Tangguh Bencana diharapkan warga desa terutama yang berada di daerah rawan bencana bisa lebih siap untuk melakukan pencegahan maupun siaga saat bencana terjadi sehingga meminimalisasi dampak kerugian yang terjadi."

Untuk membentuk Desa Tangguh Bencana, masyarakatnya harus diberi penyuluhan kebencanaan, simulasi siaga bencana, pembuatan jalur evakuasi di desa, membuat  medis edukasi bencana, dan merekrut pemuda tangguh bencana.

Tidak hanya melatih warga desa untuk tangguh bencana, Rumah Zakat juga menyediakan Superqurban sebagai makanan yang mudah disalurkan saat bencana. Selama Januari hingga Juni sebaanyak 10.558 paket Superqurban tersebar ke wilayah pelosok maupun bencana di Indonesia, dan Rumah Zakat terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak yang siap membantu kelancaran program Rumah Zakat dalam menanggulangi bencana di Indonesia.

Rumah Zakat
Head Office:
Jl. Batu Kencana No., Batu Nunggal
Kota Bandung
Website: www.rumahzakat.org
Instagram: @rumahzakat

You May Also Like

4 komentar

  1. Wah iya nih Mbak kamarau sekarang ini panjang ya Mbak saya juga kasihan nih Mbak

    ReplyDelete
  2. Wah bagus banget nih ya Mbak, membantu sesama. Dengan begitu bisa meringankan beban mereka

    ReplyDelete
  3. Sedih Mbak kalau tahu beritanya gini. Di beberapa wilayah ada yang gagal panen karena kekeringan

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah..semoga kemarau ini menjadi pemererat ukhwuah Islamiyah umat muslim di Indonesia ya bu...

    ReplyDelete