Rahasia Tetap Sehat Hamil di Usia 40 Tahun

by - December 13, 2020

Hamil di usia 40 tahun

Banyak wanita yang mengalami rasa kawatir ketika mengetahui dirinya hamil di usia 40 tahun. Tidak hanya wanita itu sendiri, tetapi para tenaga medis pun memiliki rasa kawatir ketika harus menangani wanita hamil di usia 40 tahun. Saya masih ingat  betul, ketika akan memeriksakan kandungan saat hamil anak ketiga, dimana ada seorang wanita berusia sekitar 40 tahun tengah memeriksakan kehamilannya juga.

Kami satu ruangan, saya di periksa oleh seorang bidan muda, dan wanita itu diperiksa oleh seorang bidan berusia paruh baya. Terlihat wajah wanita itu pucat ketika dinyatakan positif, mungkin kehamilannya diluar dugaan dan keinginannya. Terlebih bidan yang tengah memeriksanya memberikan banyak sekali ultimatum yang membuatnya pias. Sungguh, saat itu saya pun merasakan apa yang dikatakan tenaga medis tersebut sangat tidak mengenakan. Meski memang hamil di usia 40 tahun cukup riskan. Mengapa riskan?

Resiko Kehamilan di Usia Empat Puluh Tahun

Hamil ketika usia sudah kepala empat memang memiliki beragam resiko yang membahayakan ibu hamil, dan janinnya. Karena seiring bertambahnya usia maka jumlah dan kualitas sel telur (oosit) akan menurun, biasanya memasuki usia 35 tahun kesuburan wanita akan mengalami penurunan yang signifikan.

Diantaranya resiko hamil di usia 40 tahun adalah:

1. Cacat Lahir, kehamilan di usia rawan memiliki resiko tinggi melahirkan bayi yang mengalami cacat lahir, seperti kelainan kromosom yang mengakibatkan down sindrom.

2. Kelahiran Prematur, bayi lahir sebelum waktunya dan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).

3. Ibu akan lebih tinggi mengalami resiko berbahaya, diantaranya terkena darah tinggi, diabetes, plasenta previa, hingga preeklamsia.

4. Kelahiran Caecar, ibu hamil akan memiliki resiko melahirkan secara caecar lebih tinggi.

Dan,banyak lagi resiko kehamilan di usia 40 tahun yang membahayakan ibu dan bayi. Karena itu, ketika akhirnya saya mengalami hamil di usia rawan tersebut, rasanya campur-aduk menguras emosi.

Ketika Tahu Saya Hamil di Usia Empat Puluh Tahun

Meski sudah berlalu hampir tiga tahun lalu, tapi rasanya masih sangat berbekas di hati dan ingatan. Sekitar Februari 2018, saya telat haid dan begitu saya ceck menggunakan testpack. Alamak, saya hamil lagi! Langsung saya browsing ke website kesehatan, parenting, salah satunya website The Asian Parent. Rasanya lemas membaca barisan-barisan kalimat yang menjabarkan resiko kehamilan di usia 40 tahun. Ketakutan seperti mencengkram kepala.

Saya takut bayi yang saya lahirkan akan mengalami kecacatan, saya takut mengalami preeklamsia, saya juga takut melahirkan dengan proses caesar. Sungguh, saya seperti anak kecil yang ketakutan terhadap hantu. Tapi kemudian saya teringat pernah kehilangan seorang anak, yakni anak ketiga saya. Saya tidak ingin terjadi lagi hanya karena cemas dihantui ketakutan, mengakibatkan lalai menjaga kehamilan. Bagaimana pun manusia harus berusaha, selebihnya tangan Allah SWT yang akan bekerja.

Maka setelah mengalami terkejut sesaat, lalu dimulai dengan senyum, saya dan suami memutuskan untuk segera konsultasi dokter kandungan yang sudah menangani kelahiran ketiga anak kami, dokter Deddy.  Dokter kandungan yang memiliki wajah ramah itu menyambut dengan baik, dan menyakinkan kandungan saya baik-baik. Bahkan dokter Deddy mendukung saya melahirkan normal dengan catatan, tidak memiliki masalah kehamilan.

Wow! Semangat dong. Saya yakinkan dalam diri bisa melewati masa kehamilan anak ke lima ini dengan baik. Saya bayangkan akan lahir bayi yang sempurna, dan secantik atau setampan kakak-kakaknya. Segala pikiran positif mulai saya bentuk di kepala, kehamilan kali ini saya persiapkan dengan sebaik-baiknya bersama suami. Agar bisa melewati kehamilan di usia 40 tahun dengan sehat, baik saya dan bayi yang akan dilahirkan nanti.

Dan, melalui tulisan ini akan saya ceritakan, bagaimana saya melewati masa-masa kehamilan saya di usia 40 tahun. Masa-masa yang sungguh luarbiasa, menjadi perjalanan kehamilan yang tidak akan saya lupakan, semoga bermanfaat bagi wanita yang sedang hamil di usia 40 tahuan, maupun yang akan mempersiapkan kehamilan di usia rawan.

Rahasia Tetap Sehat Hamil di Usia 40 Tahun



Saat awal periksa, kehamilan saya berusia 5 minggu. Menurut dokter Deddy, kira-kira ukuran janin dalam rahim saya sekitar sebesar biji wijen. Namun merupakan fase yang rawan karena organ-organ vitalnya sedang berkembang pesat, fase penentu perkembangan janin hingga terlahir kelak. Salah satunya fase perkembangan otak, jaringan syaraf, dan tulang belakang. Jadi bisa dibayangkan, jika dalam fase ini ibu hamil tidak menjaga kandungannya secara baik? Terlebih ibu  hamil dengan usia rawan seperti saya.

Maka begitu mengetahui kandungan saya sehat, kondisi saya secara fisik dan psikis juga baik. Saya mulai hari-hari mengandung anak kelima ini dengan semua hal yang positif, agar tetap sehat hingga melahirkan:


Support System Ibu Hamil

1. Bahagia dan bersyukur, hal ini yang pertama sekali saya lakukan begitu mengetahui hamil anak kelima. Meski sejujurnya seperti yang saya ulas di atas, awalnya saya merasa cemas karena mengingat usia rawan, kehamilan kelima pula. Namun untuk menjaga agar kehamilan saya baik-baik, saya harus sehat. Nah, sehat itu lahir dari hati yang bahagia, lalu dari mana datangnya bahagia? Tentu saja dengan mensyukuri semua yang ada pada saya, termasuk kehamilan ini. Wujud rasa syukur dengan banyak beribadah kepadaNya.

2. Rutin periksa ke dokter Kandungan atau bidan yang membuat nyaman, ini juga sangat penting untuk mengetahui kesehatan saya, dan perkembangan janin. Saya melakukan pemeriksaan kehamilan rutin atau antenatal care, mulai dari  USG, pemeriksaan darah, termasuk mendiskusikan segala keluhan dan masalah selama kehamilan. Kebetulan saya sempat mengalami mimisan, dan mudah kontraksi palsu. Pemeriksaan kehamilan di usia 40 tahun memang lebih detil ketimbang ketika saya hamil sebelumnya.

Nah, dokter kandungan atau bidan harus yang bikin nyaman mengingat saat hamil hormon naik secara dratis sehingga emosi mudah berubah. Tidak bisa saya bayangkan kalau mendapat dokter kandungan yang tidak support, atau justru memberikan statement yang negatif.

3. Suppor System, dukungan, kalimat-kalimat positif, itu penting banget buat ibu hamil. Terlebih ketika kondisi seperti saya yang hamil di usia rawan, hamil anak kelima. Kondisi ini kadang mengundang komentar negatif dari keluarga dan masyarakat. Karena itu saya memilih dekat dengan suami, keluarga besar, teman yang mendukung kehamilan saya agar memberi aura positif.

4. Minum dengan rutin suplemen yang diberikan dokter kandungan atau bidan, kalau kehamilan sebelumnya kadang saya lalai minum suplemen dari dokter. Maka untuk kehamilan ini rutin minum semua suplemen yang diberikan dokter, terlebih suplemen yang diberikan lebih khusus untuk mencegah segala kemungkinan bayi lahir tidak sempurna. Salah satunya suplemen dengan kandungan asam folat, zat besi, dan kalsium yang tinggi. Bahkan saya diberi double zat besi ketika usia kandungan 34 minggu hingga jelang HPL.

5. Mengetahui dan tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang, sebenarnya makanan yang dilarang untuk ibu hamil itu cukup banyak loh. Terutama pada kehamilan trimester  pertama, namun sering kali ibu hamil melanggar karena tidak kuat menahan godaan lidah. Tapi pada kehamilan saya yang kelima ini, saya benar-benar patuh tidak makan semua makanan yang disinyalir untuk dihindari atau tidak boleh dimakan oleh ibu hamil karena dapat membahayakan  janin.

Tidak hanya patuh, saya juga banyak bertanya kepada dokter Deddy, dan browsing makanan apa saja yang dapat membahayakan janin. Terutama makanan yang mengandung mercuri seperti seafood, sampai pernah saya mendapat undangan ke restoran Jepang dan harus menahan keinginan untuk menyantap aneka hidangan lezat serba seafood, sushi dan sashimi, huhuhu.

6. Konsumsi makanan yang sehat, selain mengkonsumsi suplemen dari dokter kandungan, selama kehamilan kali ini saya selalu mengusahakan makanan yang saya makan memiliki nutrisi yang baik untuk saya dan janin. Semua makanan yang mengandung asam folat, zat besi, vitamin D, seperti  daging merah, susu, yogurt, sayuran hijau, kacang-kacangan, saya konsumsi setiap hari. Sementara untuk yang mengandung gula saya batasi sesuai anjuran dokter, sebab bisa mengakibatkan gula darah naik dan terkena resiko diabetes gestasional.

7. Istirahat yang cukup

Setiap melewati masa kehamilan, hampir semua ibu hamil sulit tidur nyenyak atau pun cepat. Terlebih ketika memasuki trimester ketiga, rasanya untuk terpejam nyaman itu sulit sekali. Sementara mendekati kelahiran harus menjaga stamina, terutama ibu yang merencanakan kelahiran normal seperi saya. Biasa saya mandi air hangat dan minum susu menjelang tidur, lalu mendengarkan murrotal agar bisa tertidur. Alhamdullilah, cara ini cukup manjur.

Selain tidur cukup, saya juga membatasi aktivitas yang membuat kelelahan. Karena faktor usia, setiap keletihan akan memicu kontraksi palsu yang cukup menyiksa.

8. Olahraga yag sesuai untuk ibu  hamil,  

Karena saya menginginkan kelahiran normal, dan sejauh ini diperiksa dokter keadaan sehat-sehat  saja, baik ibu dan janin. Dokter hanya menyarankan saya olahraga agar stamina dan pernafasan saya baik saat melahirkan tiba, tentu olahraga yang sesuai dengan kondisi saya. Untuk itu saya memilih olahraga yoga, dan jalan pagi untuk menguatkan otot panggul dan pernafasan. Sesekali berenang, tapi ternyata berenang pun tidak boleh terlalu capek loh. Pengalaman saya berenang terlalu lama, malamnya langsung kontraksi palsu. Perut terasa tegang, dan keras. Intinya ibu hamil harus menyadari kemampuannya sendiri.

Alhamdullilah, dengan menjalani semua itu saya bisa melewati kehamilan anak kelima di usia 40 tahun dengan lancar dan sehat. Saya masih beraktivitas di luar rumah untuk  bekerja dengan menggunakan trasnportasi umum seperti commuterline. Masih bisa aktif dengan komunitas untuk melakukan beragam kegiatan, dan lain sebagainya. Bahkan mengikuti berbagai lomba menulis dan juara.

Kemudian tepat tanggal 18 Oktober 2018 dengan didampingi suami, saya melahirkan secara normal seorang bayi perempuan yang sempurna fisik dan psikisnya, juga berparas cantik sekali. Jadi, Moms, ketika mengetahui hamil atau akan hamil di usia 40 tahun tidak perlu kawatir. Harus tetap optimis bahwa kehamilan akan berjalan dengan baik. Ibunya sehat, bisa melahirkan bayi yang sehat, dan bahkan bisa melahirkan dengan proses normal.


You May Also Like

16 komentar

  1. Saya juga sering baca artikel kalau hamil di atas umur 40 itu rawan banget. Tapi kalau memang sudah takdir, jalani dengan pikiran positif aja ya mbak. Namanya juga rezeki pemberian Allah SWT. ^_^

    ReplyDelete
  2. Makasih sharingnya Mbk Eni, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Mantap emang ibu satu ini. Meski usia tak lagi muda, masih bisa melahirkan bayi yang sehat dan secara per vaginam, asal mengikuti saran dokter kandungan atau bidan.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah lancar semua sejak dari masa kehamilan sampai melahirkan ya mbak. Iya, suka worry kalau di atas 40 tahun untuk hamil dan melahirkan. Insha Allah kalau rutin cek kandungan dan mengikuti saran dokter, insha Allah lancar semua ya. ❤️

    ReplyDelete
  5. Huhuu, memang banyak banget yang ngomongin resiko kehamilan dan melahirkan di atas usia 35 apalagi 40. TApi setuju banget dengan tipsnya, balik lagi ke cara pandang dan pemikiran diri sendiri yak Mak, alhamdulillah akhirnya si cantik lahir dengan selamat.
    Turut berbahagiaaa...

    ReplyDelete
  6. Tozz kita mbak!
    Anak kelima saya juga lahir saat usia saya menjelang 41 tahun. Jadi saya hamil saat usia 40 tahun. Dan, saya sangat setuju dengan semua tips-tips yang mbak Eni tulis. Walaupun usia tak muda lagi, tapi jika kita menjalaninya dengan bahagia dan mengikuti saran dokter dan terutama dapat support system yg baik, insya Allah akan baik-baik saja.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillaaahh, segala puji bagi ALLAH yg memudahkan proses hamil dan bersalin dikau ya Maaakk

    Duh, aku kebayang deh, struggling spirit yg bersemayam dalam jiwa kamu, mba.
    Bersalin normal di umur 40, daebaakkk
    semoga selalu sehaatt ya

    ReplyDelete
  8. Terima kasih sharingnya, mba Eni.. Pasti tidak.mudah saat itu, tapi jadi pengalaman yg sangat berkesan ya mba.. Alhamdulillah ibu & ananda sehat2 selalu ya..

    ReplyDelete
  9. Seperti mamah saya melahirkan anak bungsu juga di atas usia 40 tahun. Memang sudah termasuk usia rawan. alhamdulillah tetap sehat selama kehamilan dan melahirkan ya, Mbak

    ReplyDelete
  10. saya juga sering baca kalau kehamilan di usia 40 keatas itu rawan, apalagi anak ke sekian katanya, tapi mbak Eni berhasil mematahkan mitos itu ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan mitos mb, tapi memang riskan hamil di usia 40 tahun karena masuk usia rawan. Telur pun sudah tidak sebagus di usia muda, hanya kita sebagai manusia diberi kesempatan berusaha dengan banyak daya.

      Delete
  11. Masyaallah adem bacanya mbak. Perjuangan seorang ibu bisa melahirkan di usia 40 tahun ya mbak. Bener2 campur aduk ya, kadang takut berlebihan itu wajar...namun dengan menjalankan step demi step tulisan diatas insyaallah bisa lahiran dengan lancar, sehat ibu dan dedek bayinya.

    ReplyDelete
  12. Pasti banyak sekali kekhawatiran yang menghantui yaa, kak.
    Aku hamil dengan jarank pas 2 tahun, rasanya stres luar biasa. Ujian juga dari omongan orang.
    Alhamdulillah,
    Ada support system yang mendukung.

    Barakallahu fiik, kak Eni.

    ReplyDelete
  13. Menurutku memang bu ENi ini keliatan tetap aktif dan sehat selama hamil walau di usia 40 tahun. Kalo aku kayaknya bakalan mood naik turun melulu. Mba Eni makasih telah berbagi :)

    ReplyDelete
  14. Memang kita harus paham dengan segala resiko yang ada tapi tetap positif ya mbaa

    ReplyDelete
  15. Masyaallah mba perjuangan pastinya ya, tapi semua balik lagi ya ke kondisi masing-masing. Luar biasa kepala 4 dan diberikan kepercayan untuk mengandung pastinya anugrah. Makasih sharingnya ya mba.

    ReplyDelete