Dampak Positif Daycare Gratis Bagi Ibu Bekerja

by - February 19, 2024

 

ILO

Sebelum menikah saya bekerja di sebuah kantor swasta yang bergerak di bidang solo agent alat elektrik, kemudian sempat berpindah ke perusahaan asuransi, ke penerbitan, dan berakhir mengurus anak di rumah ketika anak kedua saya lahir. Sebenarnya bisa saja karir saya tetap melesat, tapi kondisi dua anak yang butuh pengasuhan saat itu tidak bisa ditinggal bekerja dari pagi hingga sore, bahkan tidak jarang saya pulang malam untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor.

Meski bisa berbagi tugas dengan suami, tetap tidak bisa meninggalkan dua anak di rumah, sementara suami juga memiliki aktivitas lainnya. Jadilah keputusan berhenti bekerja saat itu merupakan keputusan yang baik, dan sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan berumah tangga wanita resign karena mengurus anak-anak di rumah.

Namun ketika lahir anak berikutnya kebutuhan semakin bertambah, mau tidak mau saya sebagai ibu ingin memberdayakan diri agar bisa menghasilkan materi agar kebutuhan lebih tercukupi dengan baik. Terlebih sebagai ibu saya memiliki kemampuan untuk bekerja, memiliki pendidikan yang memadai, hanya karena kondisi saja yang membuat saya resign. Saya lalu mengambil pekerjaan freelancer sebagai penulis, ini pun tidak selalu berjalan lancar ketika anak-anak masih kecil.

Dampak Psikologis dan Ekonomi Bagi Ibu Resign Kerja untuk Pengasuhan Anak

Jujur, sebenarnya berhenti bekerja buat saya itu bukan pilihan yang mudah, meski wanita yang menikah dan memiliki anak lantas memutuskan resign atau berhenti bekerja adalah hal biasa terjadi. Secara psikologi saya merasa gagal dalam meraih mimpi saya untuk bisa memberdayakan diri di dunia kerja, ada perasaan cemburu melihat teman-teman yang masih bisa berkarir meski memiliki anak.


Masalah pengasuhan di Indonesia


Karena sebenarnya semua orang, baik laki-laki maupun wanita ingin mengaktualisasikan diri, berkarya, mengekspresikan dan mengembangkan diri dan membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan dan menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan atau prestasi. Sebagai wanita saya merasa bekerja adalah hal yang sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, membangun kebanggaan diri, dan juga mendapatkan kemandirian secara finansial.

Bagaimanapun ketika kebutuhan rumah tangga semakin meningkat, meski suami memiliki penghasilan akan lebih baik jika disupport juga dengan penghasilan dua arah, yakni istri. Sayangnya, tidak semudah itu karena untuk menitipkan pengasuhan anak pada daycare pun biayanya cukup tinggi, bisa dibayangkan jika lebih dari satu anak? Bisa habis gaji saya, hehehe.

Fakta Bekerja Perawatan atau Pengasuhan di Indonesia Tidak Dihargai Sebagai Pekerjaan

Ketika saya mengikuti diskusi dengan ILO, yakni International Labour Organization / Organisasi Perburuhan Internasional yang memiliki kewenangan menyusun standar-standar Ketenagakerjaan Internasional, membuat kebijakan & program untuk mempromosikan kerja layak untuk semua perempuan & laki-laki (Decent Work for All Women and Men), banyak fakta yang tidak saya sadari dan ketahui tentang pekerjaan domestik perawatan dan pengasuhan ini. Padahal saya sebagai pelakunya, sebagai ibu yang merawat atau mengasuh anak.


Fakta bekerja perawatan


Mengasuh anak bagi seorang wanita sudah seperti kewajiban, fitrahnya seorang ibu dan bukan merupakan pekerjaan. Padahal pada tahun 2013, standar statistik ketenagakerjaan internasional yang terkenal menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah pekerjaan. Bayangkan jika pekerjaan saya dalam mengasuh anak sampai meninggalkan karir saya dinilai dengan materi, tentu sudah menghasilkan materi yang besar, hehe.

Jadi tugas perawatan atau pengasuhan anak itu memiliki nilai ekonomi loh, tapi pengakuan terhadap pekerjaan perawatan bernilai ekonomi masih kurang diakui. Mirisnya, 649 juta perempuan potensial tinggal di negara yang tidak memenuhi standar ILO, termasuk di Indonesia ya. Hal ini menyebabkan banyak wanita kehilangan hak untuk bekerja dan berprestasi, bahkan 66,2% perempuan biasa saja meninggalkan penghasilannya untuk melakukan pekerjaan perawatan.

Termasuk saya yang meski memiliki dampak psikologis dengan resign dari pekerjaan, tapi pada akhirnya saya mau tidak mau menjadi merasa biasa saja meninggalkan pekerjaan yang menghasilkan materi, yang merupakan impian saya, untuk kemudian melakukan pekerjaan perawatan atau pengasuhan anak di rumah.

Peran Penting Pengasuhan Anak dalam Masyarakat dan Ekonomi

Kesenjangan yang luas dalam penyediaan layanan pengasuhan anak menurut undang-undang, yakni hanya 21 dari 178 negara memberikan layanan penitipan anak universal dalam undang-undang mereka untuk anak 0-2 tahun. Dalam arti hanya 1 dari 10 calon orang tua yang memiliki akses ke layanan pengasuhan anak gratis atau terjangkau.


#merawatpunbekerja


Padahal jika perusahaan maupun pemerintah menyediakan atau member subsidi layanan pengasuhan anak atau daycare gratis yang berkualitas, akan memberikan keuntungan empat kali lipat dalam:

  1. Peningkatan pada Kesempatan Kerja bagi ibu-ibu dan pengurangan kemiskinan
  2. Pengembangan  Kognitif Anak
  3. Produktivitas dan Kinerja Usaha Lebih Baik
  4. Penciptaan Lapangan Kerja dan Peningkatan GDP (Gross Domestic Product, yang merupakan perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian sosial)

Salah seorang teman saya pernah bercerita, ketika dia tinggal di Jepang untuk mengikuti study suaminya selama beberapa tahun, justru di sana dia dapat lebih produktif. Meski anaknya masih kecil-kecil dan lahir di sana, dia dapat bekerja di salah satu pabrik di Jepang karena anak-anaknya bisa dititipkan di tempat pengasuhan anak gratis yang berkualitas. Sehingga ibu bisa menghasilkan materi, anak tetap aman dan nyaman. Kalau saja di Indonesia bisa seperti ini, mungkin saya dan ibu-ibu lain tidak kehilangan pekerjaannya.

Sebab teman saya tersebut ketika kembali ke Indonesia setelah pendidikan suaminya selesai, nasibnya tidak jauh berbeda dengan saya, yakni tinggal di rumah dan mengasuh anak-anak sepanjang hari. Memang ketika anak-anak bertumbuh dan menjadi mandiri, ibu bisa memiliki waktu lebih longgar untuk kembali bekerja. Namun ketika itu ibu sudah berusia lebih lanjut, dan tidak lagi memiliki banyak kesempatan dalam karirnya seperti dulu.

Tentu saja saya sangat berharap Indonesia menjadi negara yang sesuai dengan sandart ILO agar wanita yang sudah menjadi ibu memiliki kesempatan lebih luas untuk memberdayakan diri, dan memiliki haknya untuk berkarya dan berprestasi tanpa hambatan dalam pengasuhan anak. Terlebih kini banyak wanita yang memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan lebih besar ketimbang dulu. Sangat disayangkan jika semua berujung pada kehilangan kesempatan dampak dari pengasuhan dan perawatan yang dianggap bukan sebuah pekerjaan bernilai ekonomi. #merawatpunbekerja #ilocareeconomy 


You May Also Like

25 komentar

  1. daycare memang penolong banget sih, terutama buat buibu bekerja yang gak ada nanny, karena bayar nanny mahal ya mba hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah kalo misalnya ada daycare yang terjangkau pastinya menyenangkan dan sangat membantut beban ibu bekerja sih karena jaman sekarang kan semua serba mahal ya mba

      Delete
  2. Perawatan dan pengasuhan anak adalah pekerjaan paling mulia seorang wanita, ada rasa bangga banget gitu dalam hati ketika bisa mengurus rumah dan juga anak - anak.

    ReplyDelete
  3. Day care gratis jadi salah satu impian buat ibu bekerja bangeettt, apalagi dibarengi sama kualitasnya juga oke, aku dukung lah mba Eni jadi caleg 5 tahun lagi

    ReplyDelete
  4. Aku pun dulu ibu bekerja kantoran, tapi dulu ada mamahku yang menemani anakku di rumah saat bunda dan ayahnya bekerja. Tapi memang ya peran daycare ini membantu sekali. Ada teman yang selalu menitipkan anaknya ke daycare setiap hari kerja. Pasti ibu bekerja happy banget kalau ada daycare gratis ya.

    ReplyDelete
  5. Kalau anak aku suka takut sama orang lain selain orang-orang yang ada di rumah. Bisa jadi solusi juga ya mba kalau aku titipkan ke daycare biar dia bisa lebih sering berinteraksi ma orang lain

    ReplyDelete
  6. Saya, 20 tahun lalu, memilih tidak bekerja karena tak mau menitipkan anak ke keluarga. Ga tega juga meminta ibu mengurus anak. Kasihan. Memang sayanya yang mungkin overthinking. Andai saat itu sudah ada daycare pasti saya akan bekerja. Karena saat itu kegalauan saya adalah buat apa bekerja lalu separuh gaji untuk bayar pengasuh anak.
    Jadi... para ibu muda, bekerjalah dengan tenang jika memang harus bekerja, setelah menemukan daycare yang tepat dengan harapan.

    ReplyDelete
  7. Aku juga sempet ngalamin Post Power Syndrom pasca resign dan memutuskan mengasuh anak. Apalagi di kota kecil tuh UMR ngga seberapa dan day carenya mehong. Gaji istri habis buat day care kan sama aja boong. Kalau pemerintah bisa memfasilitasi day care gratis (atau lebih murah) kek di Jepang mah, ibu2 bisa kembali berdaya mencari tambahan penghasilan di luar tanpa khawatir sama anak2 mereka yang dititipin.

    ReplyDelete
  8. Aku juga sempet ngalamin Post Power Syndrom pasca resign dan memutuskan mengasuh anak. Apalagi di kota kecil tuh UMR ngga seberapa dan day carenya mehong. Gaji istri habis buat day care kan sama aja boong. Kalau pemerintah bisa memfasilitasi day care gratis (atau lebih murah) kek di Jepang mah, ibu2 bisa kembali berdaya mencari tambahan penghasilan tanpa khawatir sama anak2 mereka yang dititipin.

    ReplyDelete
  9. Beberapa kantor sekarang memiliki daycare gratis tapi hanya khusus karyawannya saja. Tentu para ibu sangat terbantu sehingga tetap bisa mengembangkan potensi diri dan berkarya.
    Setuju jika daycare gratis seperti ini ada untuk umum sehingga perempuan punya kesempatan yang sama untuk berkarya meski sudah mempunyai anak

    ReplyDelete
  10. Walaupun sudah punya anak, tetap ya mbak ada keinginan tetap produktif, berkarya, dan berpenghasilan juga. Aku juga ga bisa diam saja, lebih suka punya kegiatan walaupun capek tapi happy. Jadi kalau ada daycare itu sangat membantu banget sih ya

    ReplyDelete
  11. Memang untuk memilih lanjut kerja atau berhenti, itu susah banget ya buat ibu-ibu. Karena seolah ada tanggung jawab pengasuhan anak di sana. Kalau ada daycare gratis, alhamdulillah banget lho.

    ReplyDelete
  12. Ah seandainya saja di negara kita ini ada daycare gratis, atau minimal biaya terjangkau, pasti bakal banyak ibu yang merasa tenang walau tetap bekerja di luar rumah ya.

    ReplyDelete
  13. Semoga dengan diskusi seperti ini, pemerintah semakin memerhatikan kebutuhan Ibu dan keluarga Indonesia yaa.. Meskipun pasti menimbulkan perdebatan dengan norma dan lain-lain.

    ReplyDelete
  14. daycare yang bagus itu bener2 support buat ibu2 bekerja. Saya sendiri ibu rumah tangga by choice, dan saya mendukung ibu2 yang tetap bekerja formal (tentunya dengan berbagai alasan mereka). Sebab itu, sangat dibutuhkan keberadaan daycare yang bagus dengan harga terjangkau. Suka sediiih kalau baca berita anak2 justru telantar atau kurang perhatian saat dititipkan di daycare yg tidak amanah. Tambah sedih ketika baca2 komen yang malah menjudge ibu yang menitipkan si anak.. Oke, mungkin mmg ada ibu yg kurang tanggung jawab. Tapi tidak semua kasus bisa digeneralisisasi.

    ReplyDelete
  15. Kebijakan tempat bekerja sangat diperlukan dalam menyiapkan Day care untuk ibu bekerja soalnya pengalaman aku dulu anak pertama disiapkan oleh Yayasan tapi ketika aku pindah tugas yayasannya tidak menyiapkan penitipan anak untuk ibu bekerja

    ReplyDelete
  16. Nah iya, saya juga resign bekerja karena tidak bisa meninggalkan anak yang masih kecil. Mau dititipkan di daycare tapi jamnya tidak sama dengan jam kantor dan lokasinya juga jauh dari kantor dan rumah.

    ReplyDelete
  17. Coba ya di tempat kerja menyediakan daycare gratis, jadi para Ibu juga tetap bisa bekerja. Toh, peran perempuan dalam pekerjaan juga besar. Semoga kedepannya ada , nih.

    ReplyDelete
  18. Daycare ini membantu banget buat para ibu yang ngga mau punya baby sitter tapi harus tetep kerja. Akupun kepikiran nitipin anak di daycare kalo pas ada kerjaan tapi ngga bisa bawa anak.

    ReplyDelete
  19. Mungkin pendapat saya akan bertolak belakang jauh mbak. Dalam prinsip saya setidaknya sampai sekarang, berdaya tidak harus di luar rumah. Jadi sebagai madrasah pertama untuk anak, mungkin kita sama-sama paham perempuan itu lebih mulia ada di rumah. Mohon maaf ini kaya komen dakwah ya 😆

    ReplyDelete
  20. Berharap sekali perkantoran atau tempat kerja di Indonesia bisa mendukung produktivitas Ibu. Karena selain merawat rumah tangganya juga penting untuk aktualisasi diri dan terus berkarya agar Ibu bahagia.

    ReplyDelete
  21. Buat ibu yang punya karir bagus tentu day care sangat membantu. Memilih daycare juga wajib menelaah dan menyeluruh karena akan menentukan tumbuh kembang karakter anak yang punya ibu berkarir

    ReplyDelete
  22. benar banget ya Mbak, kalau saja ada daycare gratis dari Pemerintah, pasti buibuk tetap bisa bekerja dengan tenang dan tanpa memikirkan resign dari tempat kerjanya.
    semoga suatu saat Indonesia pun juga bisa mengambil dampak positif dari kebijakan yang diterapkan di Jepang ya perihal daycara dan ibu bekerja ini.

    ReplyDelete
  23. Dulu pas masih single, di kantorku ada program daycare gratis gini loh mba. Sangat membantu sekali untuk ibu bekerja, apalagi dulu daycarenya masih di gedung yang sama. Semoga banyak tempat bekerja yang mengadakan daycare gratis ya

    ReplyDelete
  24. Kalau ada daycare apalagi yang lokasinya dekat dengan tempat bekerja, tentunya bikin ibu bisa lebih tenang menitipkan bayi juga fokus bekerja dengan baik. Dulu saya memutuskan resign karena anak gak ada yang jaga, pun daycare yang tersedia lokasinya jauh-jauh banget. Akhirnya resign deh

    ReplyDelete