Bagaimana Agar Siap Menghadapi Kehamilan

by - September 13, 2018



Sumber foto: Unsplash

Judul artikel ini saya yakin sekali banyak dipertanyakan para wanita yang tetiba menyadari dirinya hamil, loh? Kan sudah menikah, punya suami, kok gak siap hamil? Hamil ada suaminya ini, kenapa gak siap?

Mungkin bagi yang belum  mengalami akan berpikir demikian, tetapi bagi banyak wanita yang menikah hal ini banyak terjadi, mengapa? Mengapa sudah tahu belum siap, kok hamil? Mengapa memutuskan hamil disaat tidak siap? Mengapa dan mengapa?

Baiklah, dalam artikel sederhana ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman yang banyak dialami wanita menikah, dan pernah saya alami nyaris 7 tahun lalu.  

Nah, bagaimana agar menjalani kehamilan itu dengan bahagia pada akhirnya.

Tahun 2012 : Hamil disaat tidak tepat


Sumber foto: Unsplash

Selama pernikahan saya memang tidak memakai kontrasepsi alat atau yang menggunakan hormonal, karena saya tidak mau ada hormon asing yang masuk ke dalam tubuh saya. Bukan takut gemuk, tetapi memang saya tidak pro. Sementara untuk mengenakan alat seperti IUD masih maju-mundur cantik, Alhamdullilah saya dan suami bisa mengatur jarak kehamilan. Dalam arti kami tidak pernah kesundulan.

Namun datangnya rejeki memiliki anak sudah pasti tidak bisa kami tentukan kapannya, pokoknya jarak yang kami buat minimal 3 tahun. Dimana si kecil sudah siap disapih, lulus toilet training, sudah bisa komunikasi timbal balik, mulai mandiri dan siap menjadi seorang kakak kecil bagi adik bayi.

Lahir Lintang, kemudian Pijar adalah saat yang tepat karena jarak keduanya, sikon psikologis saya, dan lain sebagianya. Tetapi ketika lahir anak ke tiga (alm), meski jaraknya tepat. Namun kondisi keuangan, kesehatan dan psikologi saya tidak tepat. Saat tahu hamil, terus terang saya panik dan sedih, kenapa harus hamil di saat seperti ini?

Suami pun tidak bisa memberi support yang membuat saya tenang. Memang tahun 2012 usaha saya dan suami dalam kondisi parah, penerbitan yang kami buat bangkrut. Keuangan bisa dikatakan kritis. Hati kecil saya menolak kehamilan, saya menangis dan marah, saya menjalani dengan tidak bahagia dan efeknya DASYAT.

Karena selain masalah psikologis, saya juga jadi tidak memperhatikan asupan vitamin dan asupan makanan. Saya yang biasanya paling disiplin jadi kacau untuk semua itu, di trisemester pertama khususnya. Masa-masa terburuk yang pernah saya jalani sebagai ibu hamil adalah pada kehamilan ke tiga ini.

Saya baru bisa menerima kehamilan setelah trisemester kedua, padahal trisemester pertama itu masa kritis, masa penting bagi janin. Masa-masa yang seharusnya berjalan dengan sangat baik sekali, karena ini terlewat dan mungkin kodratullah, bayi saya lahir lebih cepat dari HPL dan terlahir istimewa. Hingga hanya 5 bulan berada dalam pelukan saya, lalu Allah SWT mengambilnya dengan  sangat manis....saya terhempas.

Merasa bersalah yang masih menghantam hingga kini. Andai saya bisa lebih dewasa, bisa lebih ikhlas, bisa lebih pintar, bisa dan bisa lainnya...


Belajar dari kehilangan anak : Bahagia melahirkan anak ke empat


Pendar anak ke empat

Pasca kehilangan anak ke tiga, dua tahun kemudian saya hamil. Masyaallah, bahagianya luarbiasa. Rasanya melebihi saat saya memiliki anak pertama kali. Kebahagiaan yang berhasil membuat saya meninggalkan dunia saya sesaat, yakni menulis. Saya hanya fokus pada kandungan dan kelahiran Pendar.

Hasilnya?


Baby Pendar

Alhamdullilah, Pendar lahir sehat, sempurna, lancar, dan tampan. Saat itu saya melahirkan dalam usia 37 tahun, tepatnya habis ulang tahun ke 37 tahun. Pendar lahir dengan berat nyaris 3.6 kilogram, prosesnya sangat cepat dan menyenangkan sekali. Semua karena saya bahagia dan ikhlas saat hamil.

Jadi bukan mitos bahwa ibu hamil wajib bahagia, bahwa tekanan psikologis pada ibu hamil akan menyebabkan banyak hal negatif, sebab tekanan yang memicu rasa stres akan menjadi toxic hormonal yang memberikan efek tidak sehat ke janin:

Bisa baca di artikel berikut ini: Benarkah Toxic Berbahaya Bagi Ibu Hamil

Selain tekanan psikologis, tidak  mengasup vitamin dan asupan sehat juga sangat berpengaruh kepada janin, pengalam pahit ini yang membuat saya aware pada langkah ke depan, untuk info pentingnya dan bahayanya soal asupan ibu hamil bisa baca:

Resiko Kekurangan 4 Zat Penting Dalam Kehamilan

Hamil anak ke lima : Saya lebih dewasa




Sebenarnya untuk memiliki anak lagi saya dan suami maju-mundur, antara mau dan meragu mengingat usia dan pertimbangan lainnya. Sementara keluarga besar mendukung karena hanya saya dan suami yang memiliki anak banyak. Akhirnya saya dan suami menjalani saja dengan tanpa rencana, dan awal 2018 ini saya diberi hadiah HAMIL ANAK KE LIMA.

Awalnya kaget, meski sebelumnya tetiba saya merangkai nama seorang anak perempuan. Saya hamil anak ke lima saat Pendar berusia 3.2 tahun, berarti ketika memiliki adik usia Pendar 4 tahun kurang sebulan. Alhamdulliah, Pendar sudah mandiri sehingga saya melewati masa morning sickness dengan nyaman, tidak terlalu capek. Bahkan kemudian masih bisa aktif ngeblog dan even-even blogger.

Bismillah, saya  menjalani kehamilan ke lima ini di usia 40 tahun jelang 41 tahun. Masyallah...kekuatiran tentu ada dalam hari kecil saya. Tapi support suami, orangtua, anak-anak saya, dokter dan teman-teman, menjadi  bagian penting dalam menjalani kehamilan ini. Terutama support dalam diri bahwa saya bisa menjadi ibu  hamil yang bahagia meski banyak tanggungjawab diberi amanah anak kembali.

Rasa bahagia ini yang membuat saya mudah menjalani kehamilan, sehingga banyak teman-teman yang bilang saya terlihat lebih cantik dan sehat, Alhamdullilah. Power dalam diri saya juga kuat, sampai bisa tetap aktif mengikuti berbagai even dan kewajiban tugas blogger, conten writer. Mungkin juga semua ini karena usia 40 tahun saya sudah cukup matang dan dewasa dalam menghadapi hal-hal tak terduga.


Hamil tetap aktif

Saat hamil saya kuat turun naik tangga stasiun Depok Baru, stasiun Cawang Atas yang tangganya lumayan bikin kaki pegal, hehehe. Juga wara-wiri acara blogger yang kadang butuh aktifitas fisik banyak bergerak, banyak menempuh jalan kaki. Wasir saya juga baik-baik saja, duh rasanya hamil ini percaya diri sekali saya bisa.

Ketika faktor usia bicara : Trisemester ketiga mulai galau

Namun memasuki usia kandungan 8 bulan, wasir saya kambuh. Saat itu paska makan daging kambing, wasir bengkak dan menjadi hari-hari kelabu selama hampir sepuluh hari, saya juga mudah masuk angin, perut bagian bawah sering nyeri dan mulai KOPAL, ihiks. Kisah lengkapnya bisa baca:


Banyak even saya tolak, dan akhirnya memilih untuk cuti kegiatan even blogger ketika dokter meminta saya untuk istirahat. Ini cukup berat, disaat butuh banyak tambahan materi dan membutuhkan support menghadapi jelang HPL, saya harus banyak di rumah.

Sejujurnya ini sempet membuat saya down dan tidak percaya diri karena kehamilan Pendar kemarin saya tidak mengalami tahap rentan seperti ini. Ini banyak dirumah sering masuk angin, sering kopal, kadang diare, apakah ini karena faktor usia? Bagaimana nanti, apakah bisa lahiran normal dan baik-baik saja? Saya sempat menangis sedih memikirkan ini.

Alhamdullilah, support suami, dokter dan teman-teman membuat saya bisa tenang dan perlahan membaik, yakni tidak mudah masuk angin lagi, wasir juga stabil kembali. Kopal tidak lagi sesering kemarin-kemarin, tetapi tetap saya memilih untuk cuti di rumah saja karena perut sudah sering nyeri bagian bawah jika untuk jalan. Oya, saya HPL Insaallah 20 Oktober 2018.

Di rumah saya produktif menulis organik (kalau kehamilan dulu nulis novel), bermain bersama Pendar, berbagi atau sharing tentang kehamilan di blog saya. Alhamdullilah job-job masih ada, meski banyak job even yang tidak bisa saya hadiri. Insaallah, saya mau lebih fokus lagi mempersiapkan HPL agar berjalan dengan lancar dan mudah. Datangnya rejeki adalah dari doa dan usaha, selebihnya Allah SWT yang akan meneruskan tanganNya untuk kita.


Rajin nulis organik

Menikmati hari bersama Pendar

Intinya semua kelancaran kehamilan, kemudahan melahirkan dan memiliki bayi yang sehat adalah dari cara kita menghadapi dan menjalani kehamilan baik diinginkan dan tidak diinginkan dengan baik, ikhlas, dan bahagia. Setelahnya pasrahkan semua hanya kepada Allah SWT.

Dengan cerita ini semoga para wanita yang sedang hamil baik diinginkan atau tidak diinginkan bisa menjalani dengan baik, iklas dan bahagia. Bagaimana pun kehamilan adalah tugas wanita agar dunia ini tidak punah, terdapat segala pahala dan kebaikan dunia dan akherat, Insalllah. Yuk, pandang dan belai perutmu, bisikkan Asma Allah dan yakinkan semua akan baik-baik saja, Aamiin.



You May Also Like

79 komentar

  1. Sangat bermanfaat sekali blognya, terimakasih sudah membuat. Semoga bermanfaat juga bagi yang lainnya :)

    ReplyDelete
  2. Sangat menginspirasi sekali, sukses selalu ya mbak :)

    ReplyDelete
  3. Saya setuju dengan kalimat "Bagaimana pun kehamilan adalah tugas wanita agar dunia ini tidak punah, terdapat segala pahala dan kebaikan dunia dan akherat" seperti yang di tuliskan di atas.

    ReplyDelete
  4. kemudahan melahirkan dan memiliki bayi yang sehat adalah dari cara kita menghadapi dan menjalani kehamilan, itu memang benar. Stres tidaknya si ibu juga bisa mempengaruhi kandungan atau bayinya juga.

    ReplyDelete
  5. Terimakasih sudah mau berbagi pengalamannya, sangat menginspirasi sekali :)

    ReplyDelete
  6. Tetap sehat terus ya eni.. bener banget, kuncinya ibu hamil harus ikhlas dan bahagia disamping tetap mengkonsumsi makanan bergizi

    ReplyDelete
  7. Masya Allah, Mbak. Saya nangis baca tulisan ini. Teringat perjalanan hamil dan melahirkan kelima anak saya. Saya pernah keguguran sekalu, dan hamil di luar kandungan sekali hingga harus KET. Dan harus rela dipotong satu ovarium saya. Yup betul mbak, niat ikhlas karena Allah semata, dan akan mjd ladang pahala, akan membuat kita tenang dan yakin serta bahagia menerima semua anugrah terindah ini. Lancar2 dan Dimudahkan prosesnya, ya mbak. Ibu dan bayi sehat2. Aamiin

    ReplyDelete
  8. setuju, mbak. tidak semua ibu dalam kondisi siap untuk hamil. kayak saya dulu pengennya punya anak ke-2 pas umurnya 2 tahun. Tapi sampai sekarang anak saya jelang 2 tahun saya masih belum merasa siap untuk hamil lagi. Pengennya nunggu si kecil 4 tahun aja. Tapi kalau misalnya ternyata hamil juga semoga saja saya bisa menjalaninya dengan bahagia

    ReplyDelete
  9. :peluk Mbak Eni, terimakasih atas sharingnya ya Mbaaa.... Saya senang sekali ada sharing yang begitu jujur, begitu menyegarkan.... menyadarkan memang banyak sekali ya yang mungkin bisa terjadi dalam kehidupan yang membuat kita berubah-ubah secara pikiran.... kesadaran akan ini membuat kita sebagai ibu jadi mawas dalam mempersiapkan diri lebih baik lagi ya. Semangaaat! :)

    ReplyDelete
  10. saya pernah juga ngerasain kehilangan bayi karna keguguran, patah hati banget rasanya. semoga Allah ganti dengan rejeki yang lebih baik ya

    ReplyDelete
  11. Senengnyaaa mampir ke sini di waktu yg tepat. Makasih ya mbk eni udh dingetin bahwa bahagia itu penting bwt ibu hamil, lebih penting penting dr tugas akhir kuliah *hihi.
    Sehat selalu mbk eni sekeluarga aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aminnn terimakasih juga sudah berkunjung di duniaeni

      Delete
  12. Usia anak pertama... 3,9 bulan.. sekarang usia udah 37.. ada rasa pengen hamil lagi...tapi ada rasa takut.., semoga Aku hamil secepatnya...dan dimudahkan...jadi PD abis baca ini...

    ReplyDelete
  13. Masya Allah indah sekali nasehatnya Mbk, perempuan emang harus ikhlas mempersiapkan semuanya ya.

    ReplyDelete
  14. betul mbak setiap ibu harus punya power dalam diri, entah lagi pengen hamil atau udah gak mau hamil tapi tetiba di kasih , artinya Allah masih percaya sama qt bisa untuk dititipi amanhnya, semoga sehat2 dan dilancarkan sampai persalinan anak kelimanya ya mbak

    ReplyDelete
  15. Kondisi psikis seorang calon ibu sama pentingnya dgn kondisi fisiknya ya mba.. TFS mbak..dan semoga persalinan ke-5 nanti lancar.. Aamiin..

    ReplyDelete
  16. Wah perkiraan bulan Oktober ya lahiran, udah tinggal sebulan lagi. Semoga sehat, lancar semuanya sampai lahiran. amin

    ReplyDelete
  17. Ngikutin ceritanya, saya ngebayangin perjalanan seorang wanita yang luar biasa. Semua moment itu ada banyak hal yg bs dipelajari dan diambil hikmahnya ya, mbak. Sayapun sudah lama ndak ikut event blogger, ya ambil hikmahnya saja bisa main dengan anak lebih lama dan pintar pintar menulis artikel organik supaya blog tetap eksis, hehehee. Bener Mbak, ibu hamil wajib bahagia

    ReplyDelete
  18. Nama anaknya bagus2, mbak Eni.
    Selamat menantikan kelahiran anak ke-5 ya. Semoga lancar hingga proses melahirkan nanti

    ReplyDelete
  19. Masih muda gitu kok Insya Allah kuat. Sehat-sehat ya kehamilannya sampai persalinan nanti. Satu bulan lagi lahir ya

    ReplyDelete
  20. Betul banget mbaa.. kalau hamil memang seharusnya lebih banyak fokus di kehamilan ya biar lancar2 semua.

    Tapi tetap boleh beraktivitas seperti biasa juga lah biar makin lancaar..
    Aku hamil anak ke empat kemarin awalnya gak ngeh dan kayak belum terima. Tapi pas ketiga anak mulai ada perhatian ke calon adeknya, aku mulai bisa terima.

    Memang cuma mamanya yang belum siap, tapi who knows kan kalau yang di atas memberikan hadiah 😁

    ReplyDelete
  21. Bumil emang ga bisa down sedikit yah, bisa ngaruh ke baby. Memang perlu mempersiapkan diri karena kalau engga, bisa2 gampang baperan. Jadi bener kayak tips Mbak Eni, punya kegiatan positif. Beruntung Mbak dulu kegiatannya bisa nulis novel dan yang sekarang nge-blog. Yang nggak bisa nge-blog mudah2an bisa tetap mencari kegiatan positif lainnya juga ya, jangan cuma tidur2an aja di kasur, hihihi.

    ReplyDelete
  22. Aku selalu kagum pada perempuan yang punya anak lebih dari tiga dan tetap tersenyum.

    Setuju banget, bahwa perempuan hamil harus bahagia agar tenang selama proses kehamilan dan janin pun sehat. Sehat selalu mba Eni dan calon babynya yaa

    ReplyDelete
  23. Penting banget buatku sebelum memutuskan anak kedua kalau begini.

    ReplyDelete
  24. Memang harus bahagia ya kalau ibu hamil itu karena akan mempengaruhi janin yang dikandungnya semoga Mbak ini juga makin sehat

    ReplyDelete
  25. Masyaallah. Insyaallah sehat selalu ya ibu dan janinnya ��

    ReplyDelete
  26. Anak keduaku lahir saat kami belum siap, ya mental, ya materi. Ternyata malah setelah dia lahir kondisi keuangan dan semua di rumah berubah jadi lebih baik. Tapi sampai sekarang aku masih merasa agak bersalah karena dulu sempat sedih pas tau hamil :(

    ReplyDelete
  27. Luar biasa semua pengalamannya mba.. pasti tidak mudah kehilangan buah hati, tapi pikiran positif dan ikhlas akan rencana-Nya justru buat kita lebih kuat ya mba

    ReplyDelete
  28. terimakasih sudah berbagi pengalaman bu. perempuan memang berat tanggung jawabnya juga karna harus hamil dan menjaga janinnya

    ReplyDelete
  29. Memang ibu hamil harus bahagia. Insya allah anak kelima ini sehat dan cerdas karena mamanya sering makan enak, hepi, dan sering kumpul2 dgn teman 🤣🤣

    ReplyDelete
  30. Masya Allah, baca cerita ini saya jadi berharap semoga nth kapan bisa punya anak ketiga. Baru sbatas ingin sih, belum tau apakah akan dijalankan promilnya. Karena 2 hamil pertama morning sickness parah. Tambah lagi tak ada ART. Skrg ibu sy juga masih pemulihan pasca stroke dan kemungkinan 2 thn lg suami pindah tugas. Jd kalaupun suatu hari nanti sy hamil lagi. Mudah2an sehat dan siap.

    ReplyDelete
  31. Aku pernaaaah mba. Dua kali hamil gak siap, macem.macem gak siapnya. Dari mulai ekonomi sampai batin apalagi karena jaraknya pendek. Etapi kalau dinikmati enak juga kok endingnya hehehe. Tfs yaaa

    ReplyDelete
  32. Boleh percaya boleh enggak deh mbak. Ibu-ibu yang anaknya banyak itu biasanya malah terlihat aqet muda lo di usia tuanya :)

    ReplyDelete
  33. MasyaAllah. Balada ibu hamilllll aku sangat pengen ngerasain.

    ReplyDelete
  34. MasyaAllah. Saya sudah mendapatkan pelajaran berharga bgt dari tulisannya mba. Karena dihamil sebelumnya saya jg pernah lalai.

    ReplyDelete
  35. Semoga dimudahkan dalam persalinan ya mba. Sehat ibu dan debaynya. Aaamiinn.

    ReplyDelete
  36. Heeehhh Pendar imyut bangeeettt :D
    Cara siap menghadapi kehamilan adalah "merecanakannya" xixixi #imho.
    Tapi kalaun emang gak tahu trus tiba2 hamil ya mau gak mau harus siap ya mbak, soalnya Tuhan aja percaya kita bisa dititipi baby, jd pastinya Dia tau kita mampu :D

    ReplyDelete
  37. maasyaaAllah.. psikologis ngaruh banget ya mb buat kehamilan.. TFS mb.. insya Allah aku pengen hamil juga akhir tahun ini.. semoga Allah kasih jalannya..

    ReplyDelete
  38. Sehat2 terus ya mbak sampai hari melahirkan nanti. Semoga ibu dan bayinya sehat sellau.

    ReplyDelete
  39. Bacaan menarik buat aku yg baru merencanakan pernikahan. Banyak yg harus dipersiapkan juga setelah menikah

    ReplyDelete
  40. Inspiring story mba. Kehamilan bukan hal mudah. Jadi kudu dipersiapkan betul supaya sehat ibu dan bayi. Anywah hamil di atas 35taun itu sungguh ow ow

    ReplyDelete
  41. Faktor psikologis wanita hamil memang perlu diperhatikan selain asupan gizi yg optimal. Peran suami amat besar pada hal ini. Saat merasa dicintai dan diperhatikan, biasanya rasa aman dan bahagia akan dialami oleh bumil.

    ReplyDelete
  42. Mba Eniiii....
    Loveeee and hug.

    Semoga lancar dan sehat selalu hingga persalinan.
    Aku suka bangeet mba...sama aura positifnya.

    Barakallahu fiikum...

    ReplyDelete
  43. sehat selalu ya bumi, inget waktu itu cerita-cerita tentang kegalauanmu kehilangan baby dan maju mundur mau ada adik lagi untuk pendar. semangat mak .. insyaALlah sehat sampai melahirkan yaa :-)

    ReplyDelete
  44. Aku juga ini antara deg-degan sama ngga mau lahiran, dan masih ga nyangka aja mau punya anak ketiga.

    ReplyDelete
  45. Mba Eni, semoga selalu sehat hingga lahiran. Ibu dan anaknya diberikan keselamatan yaa. Aku kayaknya ga siap buat hamil. hHhehed

    ReplyDelete