Setiap orang pasti memiliki impian masing-masing, impian yang
direnda sejak kecil maupun ketika sudah dewasa atau justru saat usia menua,
karena semua orang bebas menentukan impiannya, bahkan tanpa batas. Karena
impian tidak memiliki batasan saat ada di kepala, yang memiliki batasan adalah
ketika akan mewujudkannya. Mengapa?
Contoh kecil adalah impian yang ada di kepala saya, sejak
kecil saya memiliki impian ingin menjadi seorang penulis dan Alhamdullilah terwujud. Kemudian untuk
memperkuat tulisan saya agar lebih berisi dan memberi banyak manfaat, saya
memiliki impian kedua untuk menyelesaikan pendidikan saya di psikologi. Namun
apa yang terjadi?
Di tengah jalan karena banyak faktor, salah satu faktor
utamanya karena soal biaya maka impian itu kandas di tengah jalan. Saya gagal
mewujudkan impian kedua saya, mungkin tidak hanya saya. Ada banyak orang yang
gagal mewujudkan impiannya karena masalah biaya, ini tidak sekedar impian dalam
menempuh pendidikan.
Ada yang memiliki impian menikah dengan megah bersama
pasangan yang dicintainya, impian pergi ke tanah suci, entah untuk umroh atau naik haji. Impian memiliki rumah
idaman meski mungil namun rumah sendiri, chas tanpa terikat kredit. Impian
traveling keliling Indonesia atau mungkin mengunjungi Menara Miapolis yang
konon merupakan tertinggi di dunia. Impian honeymoon di hotel berbintang atau
ke pulau impian yang sedang ngehits, Pulau Cinta.
Saya sendiri setelah menikah, memiliki anak, jika saya dan
suami kelak menua memiliki impian bisa traveling berdua, menghabiskan hari tua
kami dengan menikmati bumi Allah yang indah ini. Tapi bagimana mewujudkan
impian kita hingga tidak kandas di tengah jalan atau hanya berada di dalam
kepala selamanya? Mengapa impian kadang atau sering tidak terwujud?
Semua jawabannya adalah dengan MENABUNG. Karena impian tidak terwujud, tidak jarang karena faktor biaya seperti yang saya alami di impian kedua, jadi menabunglah.
Yes, kita pasti sering mendengar nasehat
orangtua untuk rajin-rajin menabung agar segala keinginan bisa terwujud tanpa
kendala keuangan. Bahkan budaya menabung ini sering pula sudah ditanamkan
orangtua sejak dini dengan membelikan kita celengan-celengan lucu waktu kecil,
dengan memberikan recehan untuk dimasukkan ke dalam celengan. Celengan dan
recehan itu budaya menabung jaman dulu, kalau kini tentu berbeda lagi.
Kini banyak instansi-instansi yang bisa membuka tabungan
untuk anak-anak, lebih praktis dan aman. Tapi menabung yang seperti apa?
Menabung di mana? Kalau penghasilan kita pas-pasan sampai kapan menabungnya
untuk bisa mewujudkan impian kita?