Sejak kecil saya
terbiasa perayaan ulang tahun dengan
nasi kuning, jadi seperti sudah tradisi yang tidak tertulis. Ulang tahun Ibu,
Bapak, kakak, adik dan saya sendiri selalu ada nasi kuning. Tentu saja Ibu lah
pelopor nasi kuning alias yang membuat nasi kuning. Tradisi ini sampai kami,
anak-anaknya sudah dewasa dan menikah. Kumpul bersama menikmati nasi kuning
saat salah satu anggota keluarga merayakan ulang tahun adalah moment
tersendiri.
Bahkan tradisi ini kemudian menurun kepada saya loh, jadi
setiap anggota keluarga: suami, anak-anak saya berulang tahu, saya selalu
membuat nasi kuning. Wisss jago dong! Hahaha... sebenarnya the power of kepepet kali ya? Awalnya gagal karena kelebihan air,
kurang santan, kebanyakan kunyit, sampai kalau buat nasi kuning gak berani
banyak-banyak. Takut kalau gak habis, sebab bagi-bagi ke tetangga sama sekali
belum berani. Apa kata mereka, kalau nasi kuning buatan saya aneh rasanya,
hehehe.
Akhirnya kesabaran pun berbuah, saya sukses membuat nasi
kuning sampai tetangga satu blok kebagian, dan paling bahagia saat mereka
bilang: Enak banget, Bu Eni. Rasanya pas, kunyitnya, kelapanya. Ehmmm, kalau
gak percaya kepoin deh resep nasi kuning saya ini. Karena enaknya suami sampai
sering request buat nasi kuning, padahal gak ada moment apa-apa.