Suatu
ketika saya kehilangan seorang teman, kehilangan dalam arti lama tidak lagi
menjumpainya. Padahal biasanya kami rutin bertemu untuk sekedar ngopi sambil
sharing tentang dunia kepenulisan, buku, anak-anak, dan banyak hal lainnya.
Saya begitu rindu saat itu, dan kemudian melihatnya tidak lagi aktif bersama
teman-teman lainnya juga, memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan
keluarga. Sesungguhnya meski kehilangan, tapi saya senang dengan keputusannya.
Lain
waktu saya mendapati seorang ibu yang penuh semangat dan cerdas menjadi tidak
berdaya di kursi roda. Padahal belum lama saya selalu melihatnya tampak kokoh
menaiki kendaraan roda empat menuju tempatnya bekerja. Ibu tiga anak berparas
cantik itu memang mengelola sebuah bisnis yang cukup besar, betapa hancur tentu
ketika tahu-tahu terdiam di kursi roda tanpa suara dengan cahaya mata yang
kelam. Kenapa? Tidak lama kemudian, saya menerima kabar duka ibu tersebut
menutup mata untuk selama-lamanya dengan meninggalkan 3 orang anak masih
kecil-kecil.
Belum
lama tetangga saya, seorang ibu rumah tangga berusia 40an dengan tiga anak
kecil-kecil juga, berpulang untuk selamanya. Ketika saya melayat, terlihat
suami dan anak perempuannya menangis tertahan. Saya sempat mendengar sepotong
ceritanya, bahwa akhirnya setelah bertahun bertarung dalam kesakitan, istrinya
menghembuskan nafas. Sedih, tapi sudah terbebas dari rasa sakit yang
ditahannya.
Semua
itu karena apa, seorang teman yang menarik dirinya, seorang ibu yang kehilangan
kehidupannya, dan juga harus meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil? Karena
kanker merenggut kehidupan mereka, kanker ovarium dan kanker payudara. Seorang
artis cantik, Shahnaz Haque yang merupakan survivor kanker ovarium pernah
berkata, "Bahwa semua manusia akan mati, tujuan
hidup untuk mati. Tapi kita perlu bertahan untuk kehidupan keluarga kita..."