Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 

Ada yang samaan dengan saya tidak, selama pandemi ini menyibukkan diri di rumah dengan berbagai hal yang bikin tidak bosan, salah satunya berkebun, hehehe. Tapi nih, karena tinggal di kota dan tanah mahal maka jangan bayangkan kebun luas seperti di desa atau pinggiran kota ya.

Sebenarnya sih pengen punya kebun yang cukup luas, dan bisa dikelola bareng suami  buat mengisi waktu dengan menanam tanaman yang bisa dikonsumsi, bahasa kerennya ketahanan pangan. Tapi apa daya, kami hanya punya halaman kecil yang lebih layak disebut teras. Sehingga kami mulai menjadi bagian dari urban farming alias petani kota.

Tapi apa bisa menghasilkan tanaman yang bermanfaat untuk ketahanan pangan dengan tanah di teras yang hanya secuil sekuran 3x2 m?

Insaaallah  bisa, meski awalnya saya juga tidak berharap banyak, yang penting bisa mengisi waktu dan rumah terlihat hijau royo-royo. Tentu saja proses tanam menanam ini dibantu suami yang punya tangan lebih telaten dari saya, hehehe. Jadi apa saja kalau suami yang tanam akan tumbuh dengan baik, sementara kalau saya butuh proses yang agak keras baru tumbuh dengan subur.

Manfaatkan Lahan Sempit  Rumah


Urban Farming


Sejak awal memang di teras rumah sudah tumbuh pohon jambu air, sehingga lahan yang hanya 3x2  itu jadi terasa makin sempit. Pohon jambu air daunnya meriung, melebar dan menguasai lahan. Tapi sisa tanah di bawahnya cukup lumayan, makanya kami putuskan untuk coba menanam.

Pertama mikir, tanaman apa yang bisa ditanam di lahan sempit, tapi menghasilkan tidak sekedar tumbuh hanya untuk membuat pekarangan tampak adem. Untuk tanaman hias, kami sudah punya sih, lumayan juga ada yang kami jual waktu tanaman hias sedang hits. Nah sekarang pengen yang bisa dikonsumsi gitu.

Tanaman Untuk Lahan Sempit

Kebetulan seorang teman memberi saya pohon cincau yang jenisnya kecil-kecil daunnya, dan merambat tidak memakan lahan luas. Awalnya hanya bibit cincau kecil di kaleng cat, makin lama jadi daunnya subur sehingga sampai beberapa kali kami mengolah daunnya jadi cincau yang lezat. Dan, karena daunnya makin lebat, yang  semula tumbuh di kaleng cat dan merembet di dinding teras,  kami perluas dengan dirambatkan ke pohon jambu. Sehingga makin subur, tapi tetap tidak memakan tempat. Jadi cocok banget, tanaman cincau ini untuk lahan sempit.

Cincau Kecil


Tanaman berikutnya yang kami tanam, ada pohon katuk. Pohon ini tumbuhnya lurus dan ramping, tapi daunnya cukup lebat sekali. Kalau tidak salah saya sudah mengolahnya jadi sayur bening katuk sebanyak 3-4 kali. Senengnya, daunnya lembut, lebar, dan hijau banget, serta tidak langu. Mungkin karena sejak awal sering saya petik ya.


Pohon Katuk


Di samping pohon katuk, saya tanam pohon gingsen, pohon pepaya jepang. Nah, untuk pepaya Jepang ini mudah banget nanamnya, begitu ditancapkan sudah pasti tumbuh. Selain gampang, mudah tinggi dan subur, jadi kalau tidak rajin dipetik, bisa gondrong kebun kita, hahaha. Karena suburnya sampai saya tawarkan ke tetangga, karena daun pepaya jepang ini selain bisa dipecel, buat lalapan, ditumis juga enak loh.


Daun Pepaya Jepang


Kalau daun ginseng biasa saya olah untuk campuran mie rebus atau pecelan, rasanya kenyil dan klenyit. Tapi khasiatnya banyak loh, salah satunya mencegah kanker, mencegah penuaan dini, mencegah penyakit hati, dan banyak lagi. Tanaman ini juga tidak butuh lahan luas, karena bisa ditanam dibawah pohon yang lebih tinggi.

Saya juga sedang menanam cabe, daun bawang, lumayan kan kalau cabe sedang mahal, atau kalau mau dadar telur dan butuh daun bawang, tingga petik. Rasanya jauh lebih nikmat kalau tanaman menanam sendiri, mungkin karena proses menanamnya tanpa bahan kimia. Tapi saya menggunakan pupuk alami, seperti dari cangkang telur, sisa makanan yang dibuat kompos dulu. Biasa saya gali tanah di sekeliling tanaman, lalu sisa nasi, sayur, atau sampah sayur dan kulit buah saya masukkan ke dalam lubang galian tersebut, dan tutup deh.

Cara buat pupuk dari Cangkang Telur

Oya, selain tanaman di atas saya juga menanam pohon pepaya loh, ini hanya untuk diambil daunnya sih karena saya dan suami suka banget lalap daun pepaya, atau tumis daun pepaya. Kalau untuk diambil daunnya saja, tidak perlu tanamannya jadi tinggi dan besar. Jadi semacam kami buat jadi pendek agar  tetap cantik tumbuh di teras, tidak saingan dengan pohon jambu gitu.



Ada juga tanaman daun pandan, yang ini banyak
 diminta sama tetangga, terutama saat bulan puasa karena banyak yang bikin kolak kali  ya, hahaha. Tadinya pohon pandan ini nyaris memenuhi lahan loh, mudah banget berkembang biaknya. Makanya sekarang saya tanam di pot saja biar tetap bisa diambil daunnya, tapi tidak makan tempat. 

Terus ada lagi tanaman obat, namanya daun handalem atau daun merah. Dulu bibitnya saya dapat dari sahabat saya, waktu anak saya masih satu. Manfaatnya buat obat ambiyen, konon biar parah bisa disembuhkan. Pohonnya mudah dibibitkan, dan tidak memakan lahan lebar juga loh.

Nah, lumayan banyak kan tanaman di lahan teras yang hanya seupil itu. Sebenarnya saya ingin menanam banyak lagi, seperti daun jeruk purut, karena saya ibu-ibu yang masak doyan pakai daun jeruk, aromanya spesial menurut saya. Juga mau menanam pohon tomat, bayam, dan banyak lagi yang bisa ditanam di lahan sempit. Mungkin nanti perlahan akan diwujudkan ya.

Nah, bagaimana apakah kalian tertarik juga untuk jadi bagian dari urban farming?

May 20, 2021 No komentar

 

Ternyata meski jaman sudah maju, pengetahuan manusia semakin berkembang pesat, masih banyak orangtua yang kontra dengan vaksin. Sehingga mereka tidak memberikan vaksin kepada anaknya dengan beragam alasan tertentu, padahal vaksin anak itu sangat penting sekali.

Bahkan karena pentingnya anak untuk mendapat hak vaksin, jika ada orangtua yang tidak melakukan vaksin dapat terjerat undang-undang Perlindungan Anak Tahun 2002 Tentang hak dan kewajiban anak pasal 8 yang berbunyi: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Dan, vaksin termasuk hak anak dalam memperoleh pelayan kesehatan.

Memang mengapa anak harus divaksin?

Kenapa Harus Vaksin?


Pertanyaan ini mungkin masih dimiliki oleh banyak orangtua yang belum memahami betapa pentingnya vaksin untuk anak. Untuk itu saya akan mengulas hasil webinar kemarin, tanggal 30 April 2021 yang diselenggaran oleh Kenapa Harus Vaksin dan The Asian Parent dengan tema 101 Vaksinasi: KUPAS TUNTAS VAKSINASI ANAK dengan narasumber dr Atilla Dewanti Sp.A(K) – dokter Spesialis Anak.

Webinar yang diadakan dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia yang dirayakan setiap tahunnya di minggu terakhir bulan April. Perayaan Pekan Imunisasi Dunia 2021 kali ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi di era COVID-19 dengan cara #LindungikuLindungimu.




Menarik sekali karena saat ini kita memang sedang menghadapi pandemi COVID 19, di mana kebutuhan akan vaksin menjadi sangat penting sekali tanpa kompromi, atau alasan menolak untuk tidak divaksin. Karena taruhannya nyawa loh, masa kita memilih untuk mempertaruhkan keselamatan jiwa kita atau keluarga hanya karena menolak vaksin dengan alasan yang tidak tepat.

May 03, 2021 3 komentar

 

Walau waktu berbeda harapku kan tetap bersama

Kau telah pergi dariku dan tak kembali

Semua hanya mimpi

Ingin kubersama kasihnya

Aurelia Rahman- Waktu Berbeda

 

Siapa yang pernah mendengar lirik lagu di atas?

Itu tembang teranyar Aurelia Rahman loh, gadis cantik ini baru meluncurkan single terbarunya dengan  lirik di atas. Ikutan bangga dong sebagai masyarakat Indonesia, mengingat saat ini sedang dilanda virus Covid 19 yang mendunia. Segala aktivitas terbatasi efek dari menjalankan protokol kesehatan agar mata rantai Covid 19 tidak semakin menyebar luas.



Tapi bagaimana pun hidup berjalan ke depan, tidak boleh menyerah karena kondisi yang serba terbatas saat ini. Apalagi bagi anak-anak muda generasi penerus bangsa, apa jadinya jika semua aktivitas terbatasi sejak pandemi? Bisa jadi kita semua mengalami kemunduran atau sulit untuk maju atau berkembang, karena itu dibutuhkan kreativitas agar bisa menghasilkan sesuatu meski
  lebih banyak di rumah saja.

May 01, 2021 1 komentar

 


Untuk kedua kalinya kita melewati Ramadhan dalam kondisi pandemi Covid 19. Jika menulis tentang perasaan menghadapi masa-masa pandemi ini mungkin tidak akan selesai, karena hampir dua tahun melewatinya. Melewati hari-hari banyak di rumah, melewati masa-masa perekonomian yang terkena imbas sehingga dari rasa jenuh, down, menjadi bertahan, dan memberdayakan segala hal agar bisa melewati hari dengan lebih baik.

Kondisi seperti ini menuntut untuk bisa berkreativitas agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat  bagi diri kita, lebih bagus lagi untuk untuk orang lain. Setidaknya untuk mengisi hari-hari di  rumah selama pandemi ini. Saya sendiri sejak pandemi selalu berusaha mencari kegiatan yang positif bersama keluarga sehingga meski di rumah saja tetap bisa memberdayakan diri.

Apalagi sekarang bulan Ramadhan, di mana banyak kegiatan yang semula bisa kita lakukan karena pandemi  jadi agak terbatas, seperti salat teraweh di masjid, buka bersama teman-teman, buka di luar bersama keluarga, ngabuburit. Bisa bikin sedih dan jenuh, kan? Karena itu dibutuhkan kegiatan positif yang bermanfaat di bulan Ramadhan.

Challenge Berintani #PupukPahala Cangkang Telur

Salah satunya yang sedang saya kerjakan saat ini adalah mengikuti challenge berintani #PupukPahala. Jadi tuh dalam rangka mengisi hari di rumah agar bisa memberdayakan diri, dan menghasilkan sesuatu yang positif saya banyak browsing, dan mencari info agar menemukan idenya. Ketemu deh kegiatan challenge berintani di instagram @berintani.id, ada challenge #TanamKebaikan dan #PupukPahala. Saya pilih #PupukPahala karena di rumah sudah banyak tanaman, tapi selama ini pupuknya beli.

Kayaknya ide baik kalau membuat pupuk organik sendiri, selain lebih hemat, lebih aman karena menggunakan bahan dasar di sekitar kita yang tidak mengandung bahan kimia, juga bisa menjadi kegiatan yang menyenang sekali dong. Terlebih bahan yang saya gunakan kali ini limbah pangan yang pasti ada setiap hari, dan biasanya terbuang begitu saja. Ayo, tebak apa?

Tapi, sebelumnya, saya mau kasih tau dulu kalau Berintani Challenge ini punya 7 aktivitas yang bisa kamu ikutin, mulai dari pemanfaatan barang bekas, pemanfaatan limbah sayuran untuk pupuk dan lainnya yang bisa kamu cek langsung di Instagramnya, ya. Kepoin deh :)

Membuat Pupuk Organik dari Cangkang Telur

Hampir semua rumah tangga sering mengolah telur, karena telur rasanya enak, cara mengolahnya praktis, dan dapat diolah apa saja dari mulai lauk utama hingga camilan. Terlebih saat ini Ramadhan banyak yang membuat kue untuk lebaran nanti dengan menggunakan bahan dasar diantaranya telur. Kebayangkan limbah cangkang telur yang akan dibuang?




Padahal banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah cangkang telur, diantaranya pupuk organik. Mengapa cangkang telur bagus diberdayakan sebagai pupuk organik?

Berikut ini kandungan cangkang telur sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik:

1. Cangkang telur  mengandung 94% kalsium karbonat yang merupakan bahan dalam kapur pertanian.

2. Cangkang telur mengandung 1% kalium phospat, fosfor, magnesium karbonat dan natrium.

3. Cangkang telur mengandung bahan organik, terutama protein.

Membaca kandungan cangkang telur bagus sekali ya, dan dari sebuah sumber yang saya baca jika cangkang telur dijadikan pupuk organik dapat memberikan manfaat yang banyak pada tanaman pangan mau pun tanaman hias.

Manfaat Pupuk Organik Cangkang Telur:

1. Menurunkan atau mengurangi tingkat keasaman tanah

2. Menjadi suplemen organik untuk pupuk mineral

3. Mencegah hama tanaman seperti cacing, siput, yang dapat merusak tanaman pangan mau pun tanaman hias.

4. Suplemen akar, sehingga akar tanaman menjadi lebih kuat dan subur

5. Karena cangkang telur mengandung kalsium ekstra bisa mencegak pembusukan ujung bunga pada tanaman.

6. Mencegah hewan seperti ayam, kucing membuang kotorannya di sekitar tanaman.

Begitu mengetahui manfaat pupuk organik cangkang telur ini, fix saya memang membutuhkannya. Karena tanaman hias dan pangan di rumah mengalami masalah yang cukup rumit menurut saya. Tanahnya retak, akarnya mudah berjamur, sering saya temukan cacing dan siput yang menempel di batang tanaman, dan beberapa tanaman mati karena tiba-tiba akar atau batangnya membusuk, hiks.



Selain itu menjadi masalah besar adalah kucing-kucing liar yang bisa masuk dengan mudah ke halaman depan tempat saya menanam tanaman hias, dan tanaman pangan. Menyedihkanya kucing-kucing liar ini sering membuang kotoran di sekitar tanaman, yang bisa merusak karena kotorannya mengandung parasit dan patogen.

Maka begitu mengetahui  challenge berintani #PupukPahala menggunakan cangkang telur, saya langsung niatkan selama Ramadhan ini mengumpulkan cangkang telur. Tidak butuh waktu lama karena hampir setiap hari mengolah telur, dan memasak dengan menggunakan telur. Maklum di rumah ada enam orang, sekali mengolah telur paling sedikit 4-6 telur.

Cangkang-cangkang telur ini saya cuci dengan air kran, lalu jemur di panas matahari. Setelah kering saya hancurkan, karena cangkang telur karakternya mudah retak atau pecah, jadi mudah sekali cara menghancurkannya. Bisa ditumbuk dengan tenaga ringan menggunakan ulekan, atau cukup diremas dengan tangan. Pecahan telur ini yang dapat menjadi pupuk organik tanaman hias mau pun tanaman pangan. Tinggal kita tabur saja di atas permukaan tanah yang terdapat tanaman, untuk hasil maksimal saat ini saya taburkan dua minggu sekali.




Jadi semangat bercocok tanam kalau tanaman yang kita tanam subur tanpa gangguan, apalagi untuk tanaman pangan. Saat panen tiba, meski hanya menanam dengan memanfaatkan lahan kecil di depan rumah hati terasa puas. Saya pernah panen daun cincau, sebagian saya olah untuk camilan anak-anak, dan bisa membaginya ke tetangga. Duh, hati rasanya senang  betul.

Selain menanam tanaman hias, saya juga menanam daun bawang, daun katuk, cabe, daun pandan, dan daun-daunan yang bisa dilalap seperti daun gingseng, daun pepaya jepang. Sering tetangga yang butuh, saya persilakan untuk memetik sendiri.

Yuk, Menjadi Bagian dari Urban Farming!




Nah, bagaimana tertarik kah untuk menjadi bagian dari urban farming? Ikutan challenge berintani yuk! Selain bermanfaat untuk mengisi Ramadhan dengan kebaikan, mengurangi limbah, memanfaatkan lahan di sekitar rumah, juga bisa menghasilkan pangan sendiri. Sekarang tidak hanya saya yang menggunakan pupuk organik dari cangkang telur, tapi juga mengenalkan tetangga sekitar. Benar-benar jadi #PupukPahala di bulan Ramadhan ya, hehehe.

Untuk informasi lebih jelas mengenai Ikutan challenge berintani bisa melalui akun instagram @beritani.id, atau langsung ke portalnya di beritani.id. Selain info challenge berintani, kalian juga bisa mencari info seputar bercocok tanam, pupuk, agrikultur, dan info lainnya yang sangat bermanfaat.


April 27, 2021 22 komentar

 

Tidak terasa sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan. Tidak hanya saya, tapi anak-anak sangat atusias sekali setiap menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka akan sibuk merecanakan banyak hal, seperti sholat Tarawih bersama, buka bersama keluarga besar, ngabuburit membeli aneka takjil untuk berbuka.



Tapi karena kondisi pandemi saat ini tentu saja banyak yang berbeda, yang semula bisa dilakukan di luar bersama-sama keluarga besar atau teman-teman, seperti buka bersama, sholat Tarawih di masjid, ngabuburit atau mencari takjil buat berbuka, tidak bisa kami lakukan. Setidaknya banyak yang dibatasi, tidak lagi bisa selonggar saat sebelum pandemi.

Mencoba  Kelas Trial Sekolah.mu Junior

Sehingga saya sebagai Ibu harus tetap bisa menghadirkan yang spesial di rumah agar Ramadhan tetap terasa indah di hati, dan anak-anak tidak merasa jenuh. Selain membuat berbagai kegiatan seperti membuat takjil bersama anak-anak, sholat Tarawih berjamaah di rumah, saya mencarikan kegiatan online spesial Ramadhan untuk anak-anak. Maka ketika ada Kelas Trial Sekolah.mu Junior untuk pengenalan Belajar Seru di Bulan Ramadhan Bersama Sekolah.mu Junior, saya langsung mendaftarkan Pendar [ 6.5 tahun).

Wah, ternyata Pendar sangat suka sekali mengikuti  Kelas Trial Sekolah.mu Junior, karena kelas yang diadakan secara online dengan zoom ini banyak diikuti anak-anak seusia Pendar. Ada Kak Elis sebagai pendamping anak-anak yang mengajarkan membaca doa dan surah pendek dalam Al Quran. Mengenalkan anak-anak tentang puasa dengan media mendongeng yang sangat menarik sekali.




Anak-anak juga bisa berinterkasi dengan bebas bertanya, menjawab pertanyaan-pertanyaan pendek dari Kak Elis, atau bahkan sekedar berkomentar tentang dongeng yang dibawakan dengan media boneka. Pendar sampai tertawa, dan berani mengajukan pertanyaan.



Buat saya keberanian Pendar ini sangat membanggakan karena mengingat dia selama pandemi ini yang seharusnya masuk TK jadi di rumah saja, tidak bersosialisasi. Tentu saja saya khawatir Pendar akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri. Ahamdullilah, ternyata tidak, sehingga saya tertarik untuk mendaftakah Pendar ke Belajar Seru di Bulan Ramadhan Bersama Sekolah.mu Junior.

April 08, 2021 2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose