Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 

Usia boleh menua, tapi kita tetap boleh usaha menjadi lebih terlihat muda kan? Ketika memasuki usia kepala empat, sejujurnya saya merasakan sedikit khawatir akan tampak menua. Bukan berarti menolak tua, tapi keinginan untuk terlihat lebih fresh, bersinar, pasti harapan semua wanita ya. Aging gracefully.




Pernah suatu ketika saya diskusi dengan teman yang seusia, mereka bilang sekarang banyak jalan menuju Roma, kecanggihan teknologi bisa mengubah apa yang seolah tidak mampu kita ubah. Tapi sejujurnya saya lumayan kolot juga kalau soal merubah fisik, saya mau yang secara alami dengan perawatan yang sesuai untuk usia saya.

Selain tentu saja pola hidup dan pola makan yang baik, juga happy mind. Nah, soal perawatan ini juga ternyata susah-susah gampang  untuk yang cocok di kulit dan budget. Betul dong, selain sesuaikan kondisi kulit kita, wajib sesuaikan pula dengan keuangan.

Maka ketika brand kecantikan internasional Y.O.U dari HEBE Beauty Group, Januari 2020 lalu meluncurkan serangkaian produk skincare Golden Age yang ditunggu-tunggu oleh para wanita. Terpercaya mampu membuat kulit awet muda, dan juga harganya terjangkau,  saya tertarik untuk mencobanya dong. Apalagi banyak temen-temen yang review Y.O.U Golden Age Refining Serum dapat memudarkan tanda-tanda penuaan.

Tidak hanya itu, saya baca ternyata Y.O.U  Golden Age Refining Serum dinobatkan sebagai produk favorit anti aging serum di Indonesia, berdasarkan hasil survey dari Home Tester Club, World Bigges Grocery Review Platform. Cukup rekomend buat langsung saya coba, dan berikut ini reviewnya.

November 29, 2021 2 komentar

 

Bicara tentang awet muda, rasanya hampir semua wanita ingin awet muda, setuju? Meski usia selalu maju ke depan atau bertambah setiap harinya. Buat saya terlihat awet muda itu bonus, tapi tentunya tampil awet muda buat  ibu rumah tangga itu tantangan sekali. Bagaimana tidak?

Mengapa Ibu Rumah Tangga Cenderung Rentan Penuaan Dini



Jika wanita kantoran, bisa tampil cantik setiap pagi karena memang bekerja di kantor dituntut untuk tampil baik. Bangun tidur mandi, mengenakan make-up, memakai pakaian yang bagus, mengenakan sepatu, tas, tidak  lupa menyemprotkan wewangian. Sementara ibu rumah tangga?

Begitu membuka mata. bangun tidur di pagi hari lebih sering langsung mengurus anak-anak, menengok dapur, bergelut dengan bumbu, cucian piring, kotoran si kecil, memilah  cucian kotor, dan masih mengenakan baju rumahan. Kadang, setelah itu bagi ibu rumah tangga yang memiliki side job seperti saya, masih harus mengerjakan tugas dari klien.

Bekerja di rumah merangkap ibu rumah tangga, membuat  kadang malas harus bersolek seperti pekerja kantoran. Jadi duduk di depan komputer dengan pakaian ala kadarnya, dan ketika menjelang malam sudah lelah, terlupa skincare. Karena sering sudah capek, dan tidur begitu saja, untuk lanjut ke rutinitas berikutnya. Dari hari ke hari seperti ini, hasilnya?

Ketika bercermin tanda-tanda usia mulai terlukis jelas, tidak sekedar kerutan, tapi juga gurat jenuh dan lelah. Ada yang mengalami seperti ini?

Saya pernah mengalaminya dong, dan waspada karena rutinitas yang membuat jenuh dan lelah, akan memicu rasa khawatir. sedih, marah, stres, depresi, dan itu semua memicu penuan dini. Karena penyebab penuaan dini tidak hanya faktor usia, dan hormon, tapi juga stres. Di mana Stres dapat memicu produksi hormon kortisol yang berlebihan.  Oh, No!

November 26, 2021 8 komentar

 

Setelah 7 tahun vacum tidak menulis novel, akhirnya tahun 2021 ini saya putuskan untuk kembali  ke dunia yang sudah saya rintis sejak remaja. Begitu cinta dengan menulis fiksi, dulu membuat saya sampai menghabiskan malam menuju pagi demi untuk menghasilkan sebuah karya yang dibukukan oleh penerbit mayor.




Ketika tulisan selesai, menjadi buku, dan terpanjang di barisan toko buku, rasanya ada kebahagiaan tersendiri. Begitu juga saat pembaca meminangnya, dan memberikan apresiasi yang apik. Memicu untuk terus menulis yang terbaik, menghasilkan cerita yang yang membuat pembaca menemukan makna di dalamnya.

Tapi mengapa saya berhenti menulis fiksi hingga 7 tahun lamanya?

Tepat tahun 2012, saya kehilangan putra ke tiga, alm Gibran. Perasaan bersalah begitu memilin hati, cukup lama saya habiskan untuk menyalahkan diri, sulit untuk memaafkan. Hingga tahun 2014 saya hamil anak ke tiga, melahirkan seorang bayi laki-laki yang saya beri nama Pendar. Saat itu rasanya hati yang luka terobati, membuat saya memutuskan untuk fokus menjadi ibu bagi anak ke empat ini. Saya tinggalkan dunia menulis fiksi.

Setahun fokus mengasuh Pendar, kemudian saya tertarik dengan menulis di blog. Menulis resep-resep MPasi Pendar, berikut tumbuh kembangnya, yang menjadi rujukan para ibu untuk mencari resep MPasi terbaru yang disarankan WHO saat itu, yakni MPasi MenuTunggal, dan MPasi 4 Bintang.

Dari menulis organik seputar dunia anak, atas saran teman, saya merambah menulis iklan, seperti review produk. Maka blog saya pun dibelikan domain, menjadi www.duniaeni.com tahun 2015. Menulis di blog lebih ringan, karena jumlah katanya tidak banyak, tidak terlalu membuat saya berpikir keras seperti ketika merenda kisah dalam novel.

Intinya dengan menulis blog, saya masih punya banyak waktu mengasuh anak. Sesekali ikut even blogger sebelum pandemi, yang kadang bisa membawa anak. Ternyata menulis di blog dan menjadi blogger membuat saya enjoy, tapi tanpa disadari kerinduan menulis cerita fiksi, membuat novel, menumpuk di dalam hati.

Kembali Menulis Novel Fiksi

 Hingga akhirnya sekitar bulan Maret, saya memutuskan untuk menulis novel di platform setelah di bungsu berusia 3 tahun, sebab sejak pandemi geliat buku fisik menurun parah. Banyak toko buku kesayangan yang tutup, buku-buku diterbitkan tidak semeruyak sebelumnya, ditambah memang era digital memasuki dunia, sehingga masyarakat pecinta buku banyak yang beralih ke buku digital.

Tapi asli, sebenarnya saya rindu aroma kertas. Ada sensasi sendiri ketika tulisan kita diabadikan dalam buku fisik, kalau kata Kang Maman-Penulis, buku fisik lebih indah karena bisa dipeluk. Buat saya, buku fisik lebih memabukkan karena jejak aromanya tercium sampai ke hati. Namun sebagia manusia modern, saya jug tidak ingin ketinggalan ikut berperan dalam era digital, maka tayanglah beberapa novel saya di sebuah aplikasi novel.



Tentu saja sambutan pembaca yang rindu akan novel-novel saya, sangat mengharukan. Mereka yang pecinta buku fisik, rela mendownload aplikasi di mana karya saya ada di sana, meski banyak yang tetap menanti karya saya dalam bentuk buku fisik.

Tidak sekedar menulis, saya juga mengikuti lomba menulis novel yang diadakan platform tersebut, lomba yang bertajuk Inspiring Story dengan salah satu jurinya Ahmad Fuadi- Penulis Negeri 5 Menara, di mana nanti novel yang kita tulis harus bisa memberikan inspirasi bagi pembacanya. Alhamdullilah, saya meraih juara Favorit 3 dengan judul : BERPISAH UNTUK BAHAGIA, dan novel tersebut diterbitkan dalam bentuk buku fisik.

Tidak hanya pembaca yang merindukan tulisan saya berupa novel fisik, bahkan pembaca yang sudah membaca novel tersebut di platform juga memesannya dalam bentuk buku fisik, huhuhu saya terharu sekali.

Spesial Harbokir dari JNE

Dan, November ini novel tersebut sudah selesai cetak, siap di kirim ke pembaca yang memesannya. Nah, ternyata saya mendapat info dari ekspedisi JNE yang sedang merayakan HUT JNE ke-31 yang bertema ‘Maju Indonesia, JNE ada Harbokir alisan Hari Bebas Ongkos Kirim, khusus member JLC, dan saya sudah jadi member JLC dong. So?



Ya, kalian yang ingin meminang novel saya bakal bebas ongkos kirim
 untuk tanggal 26 hingga 27 November 2021, khusus kiriman dengan layanan reguler tujuan dalam kota yang sama, serta antar kota dalam 1 provinsi. Saya tinggal di Depok, berbahagialah buat kalian yang tinggal di Depok dan sekitarnya, serta Jawa Barat.

Jadi tunggu apa lagi, jangan abaikan moment indah ini, dan tunggu novel terbaru saya singgah di rumah kalian, salam penuh cinta. Sekedar info, Berpisah untuk Bahagia dengan ketebalan 317, bisa dipinang dengan harga 85 ribu rupiah.

November 23, 2021 11 komentar

 

Bermain bersama anak sepertinya hal yang terdengar mudah dan bisa kita lakukan kapan saja. Apalagi saat ini kondisi pandemi membuat kita sering di rumah ketimbang beraktivitas di luar, tapi ternyata tdak mudah, apalagi dilakukan kapan saja. Karena tanpa kita sadari sering mengabaikan bermain bersama anak.




Entah, karena kita sibuk mengurus pekerjaan rumah tangga, menyelesaikan pekerjaan kantor secara wfh (work from home) bagi yang bekerja, atau asyik berselancar di dunia maya. Coba hitung berapa lama kita memegang gadget dan asyik di sosial media, entah sekedar stalking, browsing, atau bersenda gurau dengan teman-teman.

Tidak jarang juga saat anak mengajak bermain kita jawab, “Sebentar ya, Dek, Ibu lagi bekerja.” Atau, “Tunggu sedikit lagi, Ibu lagi menjawab chat teman Ibu.”, dan lain sebagainya. Bahkan ketika kita bisa menemani anak-anak bermain, tidak jarang juga sambil tetap memang gadget. Tangan satu mengetik atau stalking, tangan satunya bergerak (seolah) bermain dengan anak.

Sehingga (jujur ya) tidak jarang kita tidak paham dengan apa yang diceritakan atau dimainkan anak. Ketika anak bertanya sampai diulang-ulang karena respon kita kurang, lamban, tidak fokus, sehingga anak kemudian enggan mengajak bermain lagi. Jadi boro-boro terdapat kebersamaan ibu dan anak atau quality time membangun bonding, yang ada anak ngambek dan ibu berasa lelah, hehehe.

Padahal bermain bersama anak itu manfaatnya banyak sekali, tapi tentu saja bermain yang benar-benar fokus sehingga dapat membangun bonding kepada anak.

November 16, 2021 16 komentar

 


Dulu ketika saya belum menikah, bapak pernah berpesan: “Sisihkan gajimu untuk membeli emas, biar punya tabungan.”

Waktu itu jujur saya belum paham mengenai investasi jangka panjang, dan hanya menganggap emas sebagai perhiasan yang digunakan semata. Tetapi orangtua saya selalu mengingatkan, karena memang ibu suka membeli emas dan menyimpannya, jika ada keperluan yang mendesak baru emas simpanan tersebut dikeluarkan, seperti untuk menambah biaya sekolah.

Setelah menikah dan memiliki anak, baru saya terbuka wawasan untuk berinvestasi dengan emas secara perlahan. Asli, menyesal jika teringat kenapa tidak sejak dulu saya mendengar kata-kata bapak. Kalau saja saya beli emas di masa itu, pasti saat ini harganya sudah meningkat berkali lipat.

Sebagai contoh kecil saja, ketika anak yang pertama saya masih SD harga LM 5 gram kalau tidak salah kurang lebih  sekitar 3juta, dan sekarang saat anak saya lulus SMP harga LM 5 gram sudah mencapai hampir 5 juta. Emas ini memang merupakan investasi jangka panjang yang hingga kini masih banyak peminatnya, bahkan dalam kondisi pandemi ini investasi emas cenderung lebih aman dan minim resiko.

Karena meski keadaan pandemi, tetap wajib menyisihkan pendapatan untuk investasi masa depan. Kita bisa mengakali dengan mengalokasikan dana yang biasanya untuk wisata keluarga, karena kondisi lebih banyak di rumah saja, dana tersebut bisa untuk investasi logam mulia atau emas.

November 09, 2021 25 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose