Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 

Pandemi sudah landai, bahkan beberapa masyarakat mulai menanggalkan masker jika berada di luar ruangan atau di udara bebas. Namun sebagian besar masih menerapkan prokes dengan baik, seperti saya dan keluarga. Pertimbangannya, karena dengan mengenakan masker banyak manfaatnya. Paparan polusi udara di sepanjang jalan, virus batuk-pilek terutama di musim penghujan ini, Insaallah dengan mengenakan masker lebih terjaga.

Jadi saran saya sih, sebaiknya gunakan masker meski Covid 19 sudah landai. Oya, terhitung hampir  tiga tahun ya, kita semua melewati hari-hari dalam kecemasan virus Covid 19. Bahkan saya, suami, dan anak saya (Abang Pendar, 7 tahun) sempat terpapar Covid 19 varian Omicron pada bulan Maret kemarin. Seluruh badan sakit, tenggorokan bagai terbakar, kedinginan, dan tubuh serasa melayang jika dibuat beraktivitas.

Alhamdullilah, teman-teman semua membantu sehingga saya sekeluarga baik-baik saja, PCR sampai pengobatan juga berjalan lancar di Puskesmas terdekat, semuanya seratus persen gratis ditanggung pemerintah. Obat-obatan, vitamin berlimpah, yang membuat proses penyembuhan juga berjalan baik. Jika butuh infonya, bisa baca cerita saya di artikel ini : Cara Dapat PCR, Vitamin, dan Obat Gratis Pasien Omicron.

Dampak Pandemi di Rumah Saja Pada Anak


Bercerita tentang terpapar Covid 19, mengingatkan saya pada kondisi awal pandemi ada di Indonesia. Pernah saya tulis sedikit kisahnya: Menghadapi Masa Social Distancing, di mana saya terkena psikosomatik. Jadi ketika awal pandemi, saya merasa terpapar Virus Covid 19, sampai merasakan sakit tenggorokan.

Karena penyakitnya dari perasaaan cemas yang berlebihan, maka diberi obat tidak memberi efek apa-apa. Baru setelah dijelaskan panjang-lebar oleh dokter, perasaan saya tenang, sakit tenggorokannya hilang seketika. Karena memang psikosomatik merupakan keluhan fisik yang ditimbulkan oleh pikiran, dan banyak hal ini dialami oleh masyarakat saat pandemi pertama yang memakan banyak korban.

Jika orangtua bisa terkena psikosomatik, lalu bagaimana dampak pandemi pada anak-anak? Mungkin apa yang akan saya ceritakan sama seperti yang dialami para ibu lainnya, kebetulan saya  memiliki anak usia ABG (13 tahun), usia anak-anak (10 tahun), usia balita (4 tahun), dan batita berusia 1 tahun.

Dalam sekejap semua harus berada di dalam rumah, termasuk saya dan suami bekerja di rumah. Sebagai orangtua, saya dan suami bisa beradaptasi menghadapi situasi yang membuat hubungan dengan dunia nyata terjeda, tapi bagi anak-anak kami? Si ABG yang  biasanya menghabiskan waktu bersama teman dan aktivitas di sekolah, terpaksa berada di dalam rumah dalam waktu tidak bisa diprediksi.

Tidak beda jauh untuk anak saya yang usia 10 tahun, biasanya sekolah bertemu teman-teman, dan bermain di lingkungan rumah. Sementara yang balita dan batita biasanya bereksplorasi di luar dengan main sepeda bersama anak-anak tetangga, jalan-jalan di taman, jadi di rumah saja menyaksikan semuanya hanya dari balik jendela.

Sehari-dua hari, hingga waktu bergulir mulai timbul masalah. Anak-anak saya ‘berulah’ karena merasa bosan, berebut minta perhatian, berebut ingin mengeluarkan keinginan-keinginannya. Saya dan suami harus memikirkan berbagai kegiatan dari pagi hingga malam selama physical distancing agar anak-anak merasa rumah kami tidak membosankan.


Selain dituntut juga untuk tetap fokus bekerja, karena kebutuhan di masa pandemi jauh lebih besar. Asupan makanan dan minuman harus lebih bernutrisi, ditambah suplemen, semua untuk menjaga imun tubuh agar tidak mudah terpapar virus Covid 19. Ditambah kebutuhan internet yang lebih besar dari biasanya.

Manfaat Internet di Rumah Saat Pandemi

Memasang Wifi IndiHome di Rumah




Ketika pandemi di rumah saja, kebutuhan internet memang menjadi kebutuhan pokok, karena sekolah, bekerja, bersosialisasi semua dari internet secara online. Jujur saja, di rumah belum memiliki wifi, kami hanya mengandalkan kuota. Sebab sebelum pandemi kebutuhan akan internet memang belum banyak.

Akibatnya kuota jebol selama pandemi, keputusan terbaik adalah memasang wifi. Tapi meski rumah saya di tengah kota, yakni Srengsengsawah-Jakarta Selatan, mungkin karena masuk gang dan lingkungan masih banyak lahan kosong, jadi belum banyak provider yang menjangkau. Satu-satunya provider yang bisa hanya IndiHome dari Telkom Indonesia. Jadilah saya dan suami sepakat memasang IndiHome wifi.




Anak-anak langsung gembira, mereka yang semula menonton youtube atau bermain game sangat dibatasi, sebab mahal sekali jika memakai kuota. Akhirnya bisa menonton lebih lama durasinya, tentu saja sebelum memasang IndiHome wifi saya  pesan ke anak-anak meski menggunakan wifi lebih bebas menonton, tetap harus memiliki batas-batas. Misal, saat hari sekolah beda durasinya dengan hari libur, anak-anak pun setuju.

Saya  dan suami langsung mendatangi kantor terdekat, meninggalkan nomor ponsel, besoknya dihubungi via WhatsApp oleh marketing IndiHome yang ramah, lantas diminta memilih  paket-paket IndiHome. Atas kesepakatan bersama, saya memilih paket yang paling hemat yaitu Internet+TV. Setelah itu mengisi data dan mengirim foto dengan identitas diri, keesokannya teknisi datang memasang IndiHome wifi di rumah.

Senangnya Ada Internet di Rumah Saat Pandemi




Setelah menggunakan IndiHome wifi teryata banyak manfaatnya ketimbang memakai kuota yang jelas boros (lucu ya, saya baru sadar, hehehe). Saya dan suami bebas bekerja tanpa khawatir kuota bengkak, sebagai penulis saya sangat terbantukan sekali, karena bisa browsing bahan-bahan untuk menulis dengan mudah.

Karena pandemi pekerjaan banyak menggunakan zoom juga lebih tenang, biasanya baru setengah jalan bisa tiba-tiba kuota habis, hehehe. Apalagi anak-anak, ada tiga anak setiap hari harus sekolah daring atau online, sangat terbantukan sekali. Termasuk juga ketika anak-anak harus mencari bahan-bahan pembelajaran secara online.

Selain bisa menonton youtube tanpa khawatir boros, dengan IndiHome kita bisa berlangganan canel TV yang sesuai dengan usia anak-anak dan tidak ada iklannya dong. Jadi merasa bersalah dulu anak-anak menonton TV gratis, meski tontonannya kartun, tapi iklan yang berseliweran sering menyuguhkan konten dewasa. Belum lagi kartunnya yang terbatas, tidak beragam, durasinya lebih banyak untuk iklan-iklan. Huhuhu, sungguh menyesal!

Saya juga bisa browsing aneka kegiatan edukasi bersama anak di youtube, seperti menonton cara membuat playdough yang aman untuk anak-anak, cara membuat kreativitas ketupat dari origami, cara membuat mainan dari barang bekas, dan banyak lagi. Asli, jadi semakin kreatif dan tidak membosankan di rumah saat pandemi dengan adanya intenet, apalagi yang selancar jaringan IndiHome wifi.

Dampak Positif Internet di Rumah Saat Pandemi Bagi Keluarga

Dan, tahukah apa dampak positif ketika rumah kami sudah memiliki IndiHome wifi?




Tidak hanya anak-anak yang terlihat senang meski di rumah saja, saya dan suami pun jadi lebih mudah bekerja dari rumah, emosi kami lebih terjaga karena sekeluarga memiliki kegiatan, bisa berkreativitas yang mengisi kejenuhan di rumah, bisa menonton beragam film-film bagus, bisa memperluas sosialisasi karena durasi online tidak dibatasi kuota.

Anak-anak yang biasanya jika sudah bosan belajar online, menonton film kartun yang itu-itu saja, bermain yang itu-itu saja, mulai cranky, mulai mencari perhatian, dan berakhir ribut kecil antara kakak dengan adik atau sebaliknya, sehingga membuat saya dan suami terpancing emosi karena lelah dan bosan juga. Sejak ada internet di rumah jadi berubah lebih happy, dan ini serius bukan sebuah cerita karangan seperti cerpen keluarga bahagia.

Kami berenam, yakni saya, suami dan empat anak kami melewati masa-masa pandemi di rumah saja jauh menjadi lebih baik ketika terpenuhi kebutuhan internet untuk browsing, bersosialisasi secara online, menonton beragam film bagus sesuai kebutuhan. Juga saat melewati masa penyembuhan terpapar Covid 19, internet menjadi salah satu media komunikasi dan hiburan di rumah saja.

Kini,  tidak terasa kami ternyata mampu melewatinya selama tiga tahun ini…

Alhamdullilah, pandemi pun akhirnya melandai, anak-anak mulai sekolah tatap muka, saya mulai bekerja secara offline, suami mulai berhubungan lebih longgar dengan dunia luar. Bahkan kami mulai piknik tipis-tipis ke kebun binatang ragunan, makan di luar, ke mall, bisokop. Lalu apakah intenet tetap sangat dibutuhkan? Sudah pasti, yes!

Sebab kami tidak bisa selalu piknik setiap liburan, karena pasca pandemi budget belum mencukupi, apalagi anak-anak sudah mulai membutuhkan biaya sekolah yang cukup besar. Maka hiburan di rumah adalah dengan tontonan film-film bagus, saya juga butuh mengedukasi dua anak saya yang kini sudah berusia jalan 4 dan 8 tahun dengan kreativitas seperti membuat playdough mencontoh di youtube.




Begitu juga dengan dua kakaknya yang kini tumbuh menjadi remaja dan ABG, keduanya butuh browsing tugas sekolah, sosialisasi dengan teman-temannya yang semakin banyak, dan lain sebagainya. Plus pekerjaan saya yang sangat membutuhkan riset-riset secara online untuk bahan menulis novel mau pun artikel di blog.

Masyaallah, jika ingat masa-masa tiga tahun berlalu, ada sedih dan juga syukur yang tidak terkira. Saya sekeluarga akhirnya bisa melewatinya dengan baik-baik, anak-anak bisa melalui tahap-tahap perkembangan usianya juga dengan baik. Fabi ayyi aalaa’i Rabbikuma tukazzibaan, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Huhuhu, asli saya jadi mau menangis ketika mengetik semua tulisan ini, merangkum perjalanan kami sekeluarga selama melewati masa-masa pandemi. Hidup memang harus sesuai perkembangan jaman, di mana saat ini era digital, eranya internet.

Mengapa Memilih IndiHome?

Sebelum menutup cerita ini, saya  ingin sharing sedikit, mengapa saya  keterusan memakai IndiHome meski provider lainnya akhirnya bisa merambah wilayah kami. Karena IndiHome memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:




1. Menyediakan paket yang sesuai kebutuhan dan kemampuan pengguna, seperti yang saya pilih merupakan Paket Dual Play, yaitu UseeTV dan Internet Fiber. Sebenarnya Paket Dual Play juga ada yang Telepon Rumah dan Internet Fiber, tapi saya sekeluarga tidak membutuhkan telepon rumah. Cukup telepon dengan menggunakan ponsel saja, dan ini bisa pakai Internet Fiber.

2. Ada banyak banyak saluran TV dari mulai channel nasional maupun internasional yang bisa diputar ulang  tayangan yang mungkin belum sempat kita tonton, misal karena sibuk. Putar ulang ini menggunakan fitur Play Back.

3. Jaringan IndiHome Wifi yang Stabil dan Cepat, katanya ini karena IndiHome menggunakan jaringan fiber optic. Jaringan fiber optic ini juga andal dalam cuaca apapun, sehingga tetap aman meski online dalam kondisi hujan dan petir.

4. Anti Virus Digital dengan Perlindungan Ekstra, IndiHome wifi memberikan perlindungan ekstra anti virus seperti serangan spayware, malware, dan virus lainnya. Jadi kerjaan saya aman, karena dulu PC saya pernah terkena serangan malware dan virus lainnya yang menyebabkan data-data lenyap.

5. Jauh lebih hemat, karena dengan semua fasilitas yang saya sebutkan di atas, saya cukup membayar Rp410.000 sebulan, dan pembayaran bisa melalui online maupun offline.

So, tepat sekali rasanya jika IndiHome kita sebut sebagai Internetnya Indonesia!

 

 

 

July 14, 2022 2 komentar

 



Semua wanita pasti ingin terlihat cantik, memiliki kulit wajah yang bersih dan sehat, karena kulit wajah yang bersih dan sehat meski tidak dimake-up akan terlihat menarik. Sementara jika kusam, tidak sehat, cenderung akan terlihat lebih tua. Bahkan jika dimake-up hasilnya kurang bagus, make-up seperti sulit menyatu dengan kulit.

Kenali Skincare Tidak Aman untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Saya pernah mengalami ketika sedang malas merawat wajah, banyak kegiatan outdoor, saat hamil dan menyusui. Karena saat hamil dan menyusui takut pakai skincare, dampaknya kulit jadi kusam. Pokoknya kalau bercermin kelihatan lebih tua, apalagi tidak mengenakan make-up. Asli rasanya malas melihat wajah sendiri.

Memang untuk mendapatkan kulit wajah yang bersih dan sehat, skincare sangat diperlukan. Selain menjalani pola hidup sehat, seperti makan dan minum yang sehat, tidur cukup, dan berolahraga. Tapi pakai skincare juga harus hati-hati sekali, kita harus bisa memilih skincare yang bagus dan aman, serta skincare yang sudah BPOM. Apalagi buat ibu hamil dan menyusui.

Sebab banyak dijual bebas skincare yang tidak jelas alias tidak terdaftar dalam BPOM, makanya dulu setiap hamil dan menyusui terpaksa tidak memakai skincare, karena takut terpapar zat-zat yang membahayakan janin. Ada beragam zat berbahaya yang bisa menyebabkan janin keguguran sampai cacat lahir loh, diantaranya Paraben, Retinol, BHA atau Salicylic Acid (Asam Salisilat), Hydroquinone.

Hydroquinone ini salah satu bahan skincare yang berfungsi untuk mencerahkan wajah dan melawan pigmentasi kulit loh, jadi wajah bisa lebih putih. Sayangnya, berbahaya untuk ibu hamil dan menyusui, karena jiak terpapar terus-menerus dapat menyerap ke aliran darah dan membahayakan janin.

Padahal kondisi ibu hamil dan menyusui butuh perawatan wajah karena efek hormon, begadang, letih, menyebabkan kulit wajah mudah kusam, dan terlihar tidak segar. Kalau ada cream pemutih wajah yang aman untuk ibu hamil dan menyusui, seneng banget dong. Jadi  meski hamil dan menyusui wajah tetap glowing.

July 06, 2022 10 komentar

 


Benar nggak, hampir setiap orang suka cemilan atau ngemil? Bahkan sampai ada snack time, yaitu jam makan ringan di sela-sela makan besar, berjeda sekitar 3 jam antara makan besar. Biasanya snack time pagi dan sore hari, juga malam hari nih atau sebelum tidur. Dibeberapa negara snack time sudah menjadi budaya yang bisa menghangatkan keluarga, atau bisa jadi healing.

Pentingnya Cemilan Sehat untuk Keluarga

Jujur nih, kalau lagi lelah dengan beban pekerjaan atau pikiran , begitu ngemil sambil nonton, dengerin musik, atau baca buku, rasanya perasaan jadi ringan kan. Pikiran relaks, hati senang, mood langsung membaik, otomatis jadi happy lagi. Hal ini tidak terjadi pada orang dewasa saja, anak-anak juga, bahkan snack time ini  jam yang paling mereka tunggu.




Karena di jam-jam jeda makan besar itu anak merasa lapar yang membuat mereka jadi rewel atau cranky. Ibu pasti pernah berpikir, anak-anak kalau sudah ada cemilan pasti anteng. Nah, ini karena pada jam-jam jeda makan besar lambung anak mulai kosong, menyebabkan rasa lapar. Jadi snack time memang penting.

Sayangnya, tidak semua cemilan sehat. Banyak sekali dijual cemilan yang tidak sehat, mulai dari mengandung pengawet yang tinggi, mengandung pemanis buatan, tinggi kalori, sehingga nutrisinya kosong, cemilan jadi biang keladi menyebabkan overweight. Dijadikan kambing hitam, gara-gara ngemil jadi obesitas, padahal pola ngemil yang salah.

Ngemil itu penting karena selain menimbulkan rasa senang, ngemil juga berfungsi untuk menambah asupan nutrisi saat jeda waktu makan besar agar menjaga fokus atau kosentrasi, daya ingat, dan aktivitas jadi tetap berjalan lancar. Makanya ketika menunggu jam makan besar, perut tidak diisi apa-apa, kita akan mulai merasa tidak fokus, mudah lelah, atau cranky.

Anak-anak saya di rumah biasa mulai ribut, mudah tersinggung satu sama lain, sehingga terjadi debat dengan masalah kecil, seperti rebutan mainan. Tapi begitu snack time dan mereka merasa cukup terpenuhi hasrat laparnya, kembali kondusif deh, hehehe. Saya juga kalau di jam-jam sore suka ngantuk, biasa ikutan anak-anak snack time jadi lebih semangat.

Lalu cemilan sehat apa yang bisa ibu sediakan di rumah?

July 05, 2022 31 komentar

 

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh, (HR Muslim).

Masyaallah, membacanya hati ini terasa gerimis. Kalaulah kita tidak memiliki kepandaian atau ilmu yang bermanfaat, yang akan tersebar luas dan pahalanya menyelamatkan kita dari api neraka. Maka usahakan kita memiliki anak yang soleh maupun soleha, yang senantiasa mendoakan di kala kita hidup dan tiada. Karena doa anak yang soleh maupun soleha akan terus mengalir meski kita sudah di alam kubur, aamiin allahumma aamiin.



Lalu bagaimana agar memiliki anak yang soleh dan soleha? Mencontohkan hal-hal yang baik sejak dini atau menanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah keluarga, memberikan bekal pendidikan agama. Pendidikan agama dimulai dari menjalankan kewajiban beragam, hingga memasukkan anak ke tempat pendidikan yang islami, seperti pesantren.

Namun memilih pesantren jangan asal pilih, karena kini banyak bertumbuh pesantren, kita  harus teliti agar anak-anak dapat menempuh pendidikan agama dan umum dengan baik. Jadi pendidikan agama dan umumnya berjalan seimbang, salah satu pondok pesantren terbaik yang bisa dipilih adalah Raudhatul Ihsan.

Yuk, kita kenalan dulu dengan Pondok Pesantren Raudhatul Ihsan. Kebetulan berapa hari lalu saya berkesempatan berkunjung ke Pondok Pesantren Raudhatul Ihsan yang  berada di Jalan Tebet Barat 7, Jakarta Selatan. Berikut ceritanya, semoga member manfaat bagi yang sedang mencari pondok pesantren bagi putra-putrinya.

July 02, 2022 24 komentar

 

Saya pernah mengikuti sebuah talkshow financial planner, bahwa fase terberat financial ketika seseorang memasuki usia 40 tahun ke atas. Ketika itu usia saya belum 40 tahun, dan menganggap bahwa pembahasan tentang fase sulit dalam keuangan di usia 40 tahun sepintas saja. Ternyata ketika usia saya mencapai fase itu, benar adanya. Mengapa?



Jangan Abaikan Sandwich Generation

Karena ternyata ketika usia seseorang memasuki 40 tahun, mereka harus menanggung kebutuhan anak-anak yang sudah mulai dewasa tapi masih memerlukan dukungan finansial, sementara di lain pihak mereka mulai mengurus orangtua yang sudah lanjut usia. Kondisi ini disebut sebagai sandwich generation, dan nyata saya alami.

Ketika usia saya dan suami memasuki usia 40 tahun , anak-anak mulai menuju dewasa tapi masih menempuh pendidikan yang biayanya tidak sedikit, termasuk kebutuhan pribadi anak-anak yang semakin bertambah usia semakin beragam. Sementara orangtua saya dan suami dalam kondisi sudah semakin menua, membutuhkan banyak hal yang mau tidak mau adalah kewajiban kita sebagai anaknya.

Sebenarnya sandwich generation ini disebabkan karena kurang mampu atau  tidak memperhatikan pengelolaan keuangan di masa sebelumnya, gagal dalam menyiapkan finansial di masa tua baik orangtua dan juga anak. Berangkat dari Prudential memperluas akses perlindungan bagi keluarga Indonesia melalui kampanye #MadeforEveryFamily.

June 30, 2022 14 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Created with by ThemeXpose