Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 

Selain karena pandemi yang membuat orang-orang lebih banyak bergerak secara online, karena semua bisa dilakukan dengan duduk manis di mana saja, di tempat yang paling aman, seperti rumah. Dunia ini sudah memasuki era digital yang memang pada akhirnya segala hal lebih praktis, dan cepat dilakukan dengan online, salah satunya berbisnis.




Coba jawab pertanyaan saya dengan jujur, seberapa banyak kalian berbelanja atau bertransaksi online dan offline selama pandemi ini. Entah berbelanja fashion, gadget, kuliner, dan lain sebagainya? Lalu jika dibandingkan, lebih banyak yang manakah? Saya yakin sebagian besar pasti lebih banyak berbelanjas secara online.

Sebagai contoh, sejak pandemi saya sekeluarga tidak pernah makan di restoran, tentu saja ada perasaan rindu memanjakan lidah dengan makanan khas restoran. Maka untuk mengobati rasa rindu itu, tapi tetap ingin aman, saya memilih untuk memesannya secara online. Makanan sampai di rumah dengan cepat, sekeluarga tetap dapat menikmati lezatnya. Begitu juga dengan fashion, dan lain-lain, saya dan keluarga saat ini lebih memilih berbelanja secara online.

June 15, 2021 No komentar

 

Apakabar para Ibu, apakah masih tetap semangat mendampingi anak-anak belajar di rumah? Karena awal pandemi saat pembelajaran anak-anak hampir seratus persen dari rumah atau PJJ banyak orangtua, baik ibu atau bapak yang mengeluh tidak sekedar waktu yang tersita, namun  juga sulitnya memahami pelajaran anak-anak.




Ini pun saya dan suami alami loh, meski kami pernah melewatinya tapi tentu saja banyak pelajaran yang sudah lupa. Apalagi perkembangan pelajaran saat ini terus bertambah, sehingga banyak yang tidak saya atau suami kuasai. Jadilah anak uring-uringan karena kesulitan mengikuti pelajaran, sebab pelajaran yang diberikan guru secara online belum maksimal, sementara orangtua tidak banyak diharapkan ketika mendapati pelajaran-pelajaran yang sulit.

Jika hal ini dibiarkan bisa menyebabkan banyak dampak buruk, diantaranya seperti yang pernah dialami anak saya, yaitu menjadi malas mengikuti pelajaran dengan sistem PJJ, mengalami kecemasan jika kelak dimulai kelas offline mereka tidak menguasa pelajaran dengan maksimal, sering menyalahkan orangtua yang tidak bisa maksimal membantu dalam pelajaran. Bayangkan bila hal ini terjadi dalam jangka panjang, mengingat kondisi pandemi belum bisa diprediksi kapan akan berakhir?

Ruangbelajar Menjadi Solusi Belajar Anak Ketika PJJ

Maka masalah kesulitan membantu anak ketika PJJ dan kesulitan memahami materi sekolah yang diberikan guru kepada anak-anak harus mendapat solusinya. Saya dan suami sempat mencari beberapa solusi, seperti ikut menyimak materi yang diberikan guru anak-anak di sekolah, mengerjarkan bersama soal-soal yang sulit, mencari guru les online. Hasilnya belum ada yang maksimal, karena sering saya dan suami sibuk dengan kerjaan masing-masing.

Kesibukan orangtua ini juga menjadi kendala  untuk membantu anak belajar secara maksimal, namun di sisi lain kami butuh bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Akhirnya, kami sepakat untuk mencari bimbingan belajar secara online yang profesional, bertemulah dengang Ruangbelajar dari Ruangguru yang punya banyak kelebihan.

June 14, 2021 1 komentar

 


Siapa yang pernah mengalami Si Kecil menderita konstipasi? Kalau dari obrolan dengan para ibu yang memiliki anak kecil, ternyata banyak loh yang cerita Si Kecil mengalami konstipasi. Biasanya ketika Si Kecil memasuki tahap Mpasi, dan ini ternyata tidak boleh dianggap remeh. Karena konstipasi tanda pencernaan Si Kecil tidak sehat.

Duh, jadi ingat saat anak pertama dulu pernah juga mengalami konstipasi sampai beberapa kali. Bahkan sampai Si Kecil menangis karena sulit buang air besar, namun setelah lahir adik-adiknya saya langsung banyak baca tentang pentingnya pemberian serat agar pencernaan sehat. Sehingga tidak ada lagi cerita anak terkena konstipasi,  karena saya selalu menyediakan sayur dan buah di rumah untuk menjadi asupan sehari-hari.

Beragam sayur mayur dan buah-buahan lokal bergantian saja sediakan di rumah, diantaranya sayur bayam, kangkung, sawi, brokoli, daun singkong, pokcoy, wortel, yang diolah sesuai kesukaan anak-anak. Buah-buahan mulai dari pepaya, nanas, apel, semangka, melon, pisang, salak, jeruk, anggur, pir, mangga. Menyediakan beragam agar anak-anak terbiasa dengan berbagai rasa sayur mayur dan buah-buahan. Saya sengaja membeli buah-buahan lokal karena harganya ekonomis mengandung serat yang bagus juga.

Sekarang ke empat anak-anak saya meski mulai memilih sayur mayur dan buah-buahan sesuai kesukaannya, mereka tetap terbiasa untuk mengasupnya. Si sulung Lintang (15 tahun) suka nanas, mangga, salak, dan hampir semua jenis sayur. Sementara Pijar (12 tahun) lebih menyukai buah melon, mangga, apel dan sayur bayam, wortel, kangkung. Lalu Pendar (6.7 tahun) saat ini suka buah melon, semangka, pisang, jeruk, dan sayur bayam, wortel. Si bungsu Binar (2 tahun) sangat menyukai buah apel, semangka, jeruk, dan sayur brokoli, wortel, daun singkong.

June 11, 2021 37 komentar

 


Apa kabar para Ibu? Bagaimana melewati masa pandemi ini?

Meski jenuh dengan pertanyaan mau pun pembicaraan mengenai pandemi, karena pandemi masih menyambangi kita entah sampai kapan. Namun mau  tidak mau kita harus bisa melewati pandemi ini dengan baik-baik saja, salah satunya bagi ibu yang memiliki anak seperti saya ini.

Harus kreatif dalam memberikan solusi agar melewati masa pandemi ini anak-anak tetap merasa  nyaman dan bahagia. Dan, ini ternyata tidak mudah loh, mengapa?

Masalah yang Terjadi Pada Anak Ketika Pandemi

June 06, 2021 28 komentar

 

Nyeri sendi merupakan rasa sakit yang umum dirasakan pada daerah sendi. Sendi adalah jaringan yang menghubungkan dan juga membantu pergerakan antar tulang. Nyeri ini bisa dialami oleh siapa pun, artinya usia muda maupun tua bisa mengalami gejala ini.

Ketika sedang merasakan nyeri pada sendi maka aktivitas sehari-hari akan terganggu. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera mendapatkan penanganan. Jika terlambat bisa mengakibatkan nyeri semakin parah serta membuat sendi mengalami kerusakan secara permanen. 

 


June 03, 2021 No komentar

 

Ada yang samaan dengan saya tidak, selama pandemi ini menyibukkan diri di rumah dengan berbagai hal yang bikin tidak bosan, salah satunya berkebun, hehehe. Tapi nih, karena tinggal di kota dan tanah mahal maka jangan bayangkan kebun luas seperti di desa atau pinggiran kota ya.

Sebenarnya sih pengen punya kebun yang cukup luas, dan bisa dikelola bareng suami  buat mengisi waktu dengan menanam tanaman yang bisa dikonsumsi, bahasa kerennya ketahanan pangan. Tapi apa daya, kami hanya punya halaman kecil yang lebih layak disebut teras. Sehingga kami mulai menjadi bagian dari urban farming alias petani kota.

Tapi apa bisa menghasilkan tanaman yang bermanfaat untuk ketahanan pangan dengan tanah di teras yang hanya secuil sekuran 3x2 m?

Insaaallah  bisa, meski awalnya saya juga tidak berharap banyak, yang penting bisa mengisi waktu dan rumah terlihat hijau royo-royo. Tentu saja proses tanam menanam ini dibantu suami yang punya tangan lebih telaten dari saya, hehehe. Jadi apa saja kalau suami yang tanam akan tumbuh dengan baik, sementara kalau saya butuh proses yang agak keras baru tumbuh dengan subur.

Manfaatkan Lahan Sempit  Rumah


Urban Farming


Sejak awal memang di teras rumah sudah tumbuh pohon jambu air, sehingga lahan yang hanya 3x2  itu jadi terasa makin sempit. Pohon jambu air daunnya meriung, melebar dan menguasai lahan. Tapi sisa tanah di bawahnya cukup lumayan, makanya kami putuskan untuk coba menanam.

Pertama mikir, tanaman apa yang bisa ditanam di lahan sempit, tapi menghasilkan tidak sekedar tumbuh hanya untuk membuat pekarangan tampak adem. Untuk tanaman hias, kami sudah punya sih, lumayan juga ada yang kami jual waktu tanaman hias sedang hits. Nah sekarang pengen yang bisa dikonsumsi gitu.

Tanaman Untuk Lahan Sempit

Kebetulan seorang teman memberi saya pohon cincau yang jenisnya kecil-kecil daunnya, dan merambat tidak memakan lahan luas. Awalnya hanya bibit cincau kecil di kaleng cat, makin lama jadi daunnya subur sehingga sampai beberapa kali kami mengolah daunnya jadi cincau yang lezat. Dan, karena daunnya makin lebat, yang  semula tumbuh di kaleng cat dan merembet di dinding teras,  kami perluas dengan dirambatkan ke pohon jambu. Sehingga makin subur, tapi tetap tidak memakan tempat. Jadi cocok banget, tanaman cincau ini untuk lahan sempit.

Cincau Kecil


Tanaman berikutnya yang kami tanam, ada pohon katuk. Pohon ini tumbuhnya lurus dan ramping, tapi daunnya cukup lebat sekali. Kalau tidak salah saya sudah mengolahnya jadi sayur bening katuk sebanyak 3-4 kali. Senengnya, daunnya lembut, lebar, dan hijau banget, serta tidak langu. Mungkin karena sejak awal sering saya petik ya.


Pohon Katuk


Di samping pohon katuk, saya tanam pohon gingsen, pohon pepaya jepang. Nah, untuk pepaya Jepang ini mudah banget nanamnya, begitu ditancapkan sudah pasti tumbuh. Selain gampang, mudah tinggi dan subur, jadi kalau tidak rajin dipetik, bisa gondrong kebun kita, hahaha. Karena suburnya sampai saya tawarkan ke tetangga, karena daun pepaya jepang ini selain bisa dipecel, buat lalapan, ditumis juga enak loh.


Daun Pepaya Jepang


Kalau daun ginseng biasa saya olah untuk campuran mie rebus atau pecelan, rasanya kenyil dan klenyit. Tapi khasiatnya banyak loh, salah satunya mencegah kanker, mencegah penuaan dini, mencegah penyakit hati, dan banyak lagi. Tanaman ini juga tidak butuh lahan luas, karena bisa ditanam dibawah pohon yang lebih tinggi.

Saya juga sedang menanam cabe, daun bawang, lumayan kan kalau cabe sedang mahal, atau kalau mau dadar telur dan butuh daun bawang, tingga petik. Rasanya jauh lebih nikmat kalau tanaman menanam sendiri, mungkin karena proses menanamnya tanpa bahan kimia. Tapi saya menggunakan pupuk alami, seperti dari cangkang telur, sisa makanan yang dibuat kompos dulu. Biasa saya gali tanah di sekeliling tanaman, lalu sisa nasi, sayur, atau sampah sayur dan kulit buah saya masukkan ke dalam lubang galian tersebut, dan tutup deh.

Cara buat pupuk dari Cangkang Telur

Oya, selain tanaman di atas saya juga menanam pohon pepaya loh, ini hanya untuk diambil daunnya sih karena saya dan suami suka banget lalap daun pepaya, atau tumis daun pepaya. Kalau untuk diambil daunnya saja, tidak perlu tanamannya jadi tinggi dan besar. Jadi semacam kami buat jadi pendek agar  tetap cantik tumbuh di teras, tidak saingan dengan pohon jambu gitu.



Ada juga tanaman daun pandan, yang ini banyak
 diminta sama tetangga, terutama saat bulan puasa karena banyak yang bikin kolak kali  ya, hahaha. Tadinya pohon pandan ini nyaris memenuhi lahan loh, mudah banget berkembang biaknya. Makanya sekarang saya tanam di pot saja biar tetap bisa diambil daunnya, tapi tidak makan tempat. 

Terus ada lagi tanaman obat, namanya daun handalem atau daun merah. Dulu bibitnya saya dapat dari sahabat saya, waktu anak saya masih satu. Manfaatnya buat obat ambiyen, konon biar parah bisa disembuhkan. Pohonnya mudah dibibitkan, dan tidak memakan lahan lebar juga loh.

Nah, lumayan banyak kan tanaman di lahan teras yang hanya seupil itu. Sebenarnya saya ingin menanam banyak lagi, seperti daun jeruk purut, karena saya ibu-ibu yang masak doyan pakai daun jeruk, aromanya spesial menurut saya. Juga mau menanam pohon tomat, bayam, dan banyak lagi yang bisa ditanam di lahan sempit. Mungkin nanti perlahan akan diwujudkan ya.

Nah, bagaimana apakah kalian tertarik juga untuk jadi bagian dari urban farming?

May 20, 2021 No komentar

 

Ternyata meski jaman sudah maju, pengetahuan manusia semakin berkembang pesat, masih banyak orangtua yang kontra dengan vaksin. Sehingga mereka tidak memberikan vaksin kepada anaknya dengan beragam alasan tertentu, padahal vaksin anak itu sangat penting sekali.

Bahkan karena pentingnya anak untuk mendapat hak vaksin, jika ada orangtua yang tidak melakukan vaksin dapat terjerat undang-undang Perlindungan Anak Tahun 2002 Tentang hak dan kewajiban anak pasal 8 yang berbunyi: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Dan, vaksin termasuk hak anak dalam memperoleh pelayan kesehatan.

Memang mengapa anak harus divaksin?

Kenapa Harus Vaksin?


Pertanyaan ini mungkin masih dimiliki oleh banyak orangtua yang belum memahami betapa pentingnya vaksin untuk anak. Untuk itu saya akan mengulas hasil webinar kemarin, tanggal 30 April 2021 yang diselenggaran oleh Kenapa Harus Vaksin dan The Asian Parent dengan tema 101 Vaksinasi: KUPAS TUNTAS VAKSINASI ANAK dengan narasumber dr Atilla Dewanti Sp.A(K) – dokter Spesialis Anak.

Webinar yang diadakan dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia yang dirayakan setiap tahunnya di minggu terakhir bulan April. Perayaan Pekan Imunisasi Dunia 2021 kali ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi di era COVID-19 dengan cara #LindungikuLindungimu.




Menarik sekali karena saat ini kita memang sedang menghadapi pandemi COVID 19, di mana kebutuhan akan vaksin menjadi sangat penting sekali tanpa kompromi, atau alasan menolak untuk tidak divaksin. Karena taruhannya nyawa loh, masa kita memilih untuk mempertaruhkan keselamatan jiwa kita atau keluarga hanya karena menolak vaksin dengan alasan yang tidak tepat.

May 03, 2021 3 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose