Saya sendiri tidak tahu
sejak kapan baju baru menjadi budaya saat lebaran, seingat saya sudah sejak
kecil mendapat baju kalau hari lebaran. Rasanya bahagia sekali, bahkan
kebahagiaan itu masih terasa hingga kini saya sudah menjadi orangtua. Terasa membekas dalam ingatan sehingga
detill-detilnya bisa saya ceritakan ke anak-anak.
Ibu saya biasa
membelikan anak-anaknya baju baru menjelang lebaran, entah kenapa. Ada dua hal:
mungkin karena Bapak baru dapat THR mefet dan malam lebaran harga menjadi murah
meriah. Walaupun belanja menjelang lebaran itu seperti antrian sembako gratis.
Jadi berjubel luarbiasa, bahkan sampai buat melangkah pun sulit. Baik itu di
mall atau pun di pasar tradisional,
harga-harga berubah total , pembeli saling berebut. Pernah baju yang saya beli terdapat bercak
tanah karena terinjak-injak pembeli yang serabutan saling berebut membeli.
Semua keramaian itu
bubar ketika pukul 12 malam, pasar hanya menyisakan sisa sampah dan bunga yang
berguguran, bunga segar yang banyak dijual seperti bunga sedap malam. Bunga sedap malam ini juga menjadi bunga yang
khas ada di hari raya. Dan, mall-mall ditutup rapat-mungkin karyawannya sudah
sangat letih juga yang biasa tutup pukul 10 malam jadi molor hingga pukul 12
malam demi memenuhi hasrat pembeli yang akan merayakan lebaran esok harinya.
Jadi baju baru yang
dibelikan ibu tidak dicuci tapi langsung saya pakai dong? Lah iya lah, bahkan
harumnya itu adalah khas sekali. Harum baju baru yang saya sukai. Tahu tidak?