Persepsi
Agen Asuransi Di Masyarakat Indonesia
Kalau saya menyebut
kata: Asuransi, kira-kira apa yang terlintas dalam benak ? Lalu ketika saya
memperkenalkan diri sebagai agen asuransi, bisa dihitung yang menanggapi dengan
ramah. Rata-rata mereka pasti akan berpikir: Wah, ntar dikejar-kejar nih! Lalu
nyaris jarang yang mau memberikan kartu nama atau nomor telepon, kecuali beberapa orang yang mungkin
sangat membutuhkan asuransi atau sadar asuransi.
Sebenarnya asuransi itu
bagus, sadar asuransi itu penting. Terutama buat beberapa hal , seperti butuh
investasi dari dana yang kita hasilkan agar bisa dimanfaatkan pada hari tua,
atau untuk biaya sekolah anak-anak agar disiapkan jauh-jauh hari. Karena kondisi
keuangan atau perencanaan keuangan setiap orang berbeda-beda turun naiknya,
dengan memiliki asuransi yang memang dibutuhkan akan sangat membantu suatu saat
nanti.
Namun tidak dipungkiri
kesadaran pentingnya asuransi di masyarakat kita masih jauh. Masyarakat masih
lebih nyaman menabung dengan sistem yang mudah diambil, yang kalau mau dipakai
sewaktu-waktu akan mudah prosesnya. Sementara asuransi? Tidak bisa diambil
sewaktu-waktu, kalau tiba-tiba kontrak putus karena nasabah tidak mampu bayar
(malas bayar) maka dana yang dikembalikan anjlok sangat jauh.
Tidak hanya itu, peran
agen dalam mencari nasabah sudah menjadi rahasia umum sangat meresahkan. Cerita
dari beberapa teman atau bahkan status di medsos ada yang mengungkapkan
bagaimana mereka terganggu dikejar-kejar agen. Intinya persesi yang berkembang
di masyarakat Indonesia tentang agen asuransi tidak mengenakan.