Beberapa ibu hamil (bumil) ada yang mengalami kontraksi palsu
sebelum jelang HPL, namun ada juga yang tidak mengalami sama sekali. Dari ke
lima kehamilan saya, hamil ke lima ini yang paling sering diserang kontraksi
palsu sampai saya harus minun duvadilan karena kawatir akan melahirkan sebelum
usia kandungan matang atau cukup, ceritanya bisa dibaca: Jika terjadi kontraksi palsu
Entah, faktor usia atau bawaan kehamilan, saya diserang
kontraksi palsu sejak hamil 8 bulan hingga menjelang HPL. Rasanya mirip
serangan kram perut saat haid, sakit tetapi tidak separah mulas sungguhan tanda
akan melahirkan. Namun tentu saja cukup menyiksa sehingga sulit tidur dan takut
pergi juah-jauh.
Jadilah hamil kali ini saya jarang bepergian, tidak seperti
hamil sebelumnya yang sampai jelang hari H malamnya masih asyik hangout ke mall, hehehe. Bahkan waktu
hamil Pendar di usia 37 tahun saya masih wara-wiri mengunjungi masjid-masjid
untuk sholat Dhuha, saat itu jelang HPL. Sampai sedih rasanya kalau mengingat
hamil-hamil sebelumnya santai saja, tidak dihantui kontraksi palsu.
Alhamdullilah, curhat ke sesama bumil seperti
Hanni, Shine, Tetty (teman-teman blogger yang rombongan hamil, hahaha),
ternyata mereka juga mengalami kontraksi palsu. Persamaan nasib ini yang bikin
semangat dan tidak merasa sendirian dan jadi lebih semangat. Curhat ke dokter
juga malah dibilang bagus kalau dekat HPL sering kontraksi palsu, dan setelah memasuki kehamilan 38 minggu
justru dilarang minum duvadilan jika terjadi kontraksi palsu.
Saya juga lega sih setelah memasuki usia kehamilan 38 minggu
terjadi kontraksi palsu, setidaknya
kalau melahirkan sudah siap kondisi bayinya. Nah, agar tidak salah sangka lalu
buru-bru ke rumah sakit tetapi ternyata hanya kontraksi palsu, sebaiknya kenali
mulas yang dirasakan bumil. Kan, bete banget kalau ke rumah sakit lalu diminta
pulang kembali karena hanya kontraksi palsu, hehehe.