Yang sering berkunjung ke blog saya pasti sudah membaca
nano-nano kehamilan saya yang ke lima ini, kan hehehe. Dari mulai kondisi
kehamilan trimester pertama dan kedua yang tidak terlalu mempengaruhi kondisi
saya sehingga masih bisa sibuk menghadiri even blogger, sampai trimester akhir
yang membuat saya tepar terserang kontraksi palsu.
Buat saya nano-nano banget karena berbeda dari kehamilan
sebelumnya. Sempat sedih dan cemas karena menjelang HPL justru tidak sekuat
awal kehamilan, apakah kondisi ini bisa lahiran normal? Begitu pikiran parno
saya, tetapi melihat dokter optimis dan tidak menyebut soal sectio selama saya
kuat dan tidak ada kondisi dadakan yang membahayakan, seperti tensi mendadak
tinggi. Asupan garam sudah saya batasi sesuai anjuran dokter.
Sepanjang menunggu HPL ini saya dan suami berdoa agar calon
anak kami lahir seperti Pendar yakni siang hari agar mudah mencari mobil, tidak
merepotkan oranglain. Mengingat jarak tempuh kali ini lumayan jauh dibanding
saat kami masih tinggal di Jagakarsa. Depok-Pondok Labu (Prikasih) jarak yang
belum bisa kami prediksi jika sampai mulas tengah malam, meski tetangga banyak
yang menawarkan bantuan mengantarkan jika malam saya kontraksi.
Untuk menjaga segala kemungkinan kami tidak mau
menggantungkan harapan minta bantuan oranglain, hal pertama usaha dulu. Setelah
usaha tidak berhasil, baru menerima bantuan, ini rasanya lebih nyaman. Makanya
kami berdoa terus agar lahiran siang, tercetus juga harapan saya dan suami anak
lahir tanggal 18 Okt alias maju dua hari dari HPL, entah kenapa berapa kali
yang tercetus tanggal itu, hehehe.