Apa
semua ibu juga mengalami seperti yang saya alami ya, Si Kecil paling susah
kalau diminta beberes mainannya. Kadang karena capek meminta Pendar (4 tahun) untuk membereskan mainannya, saya
yang membereskan hingga rapi. Atau kadang meminta kakaknya untuk membantu
membereskannya. Tapi kalau lagi pengen tegas, saya minta Pendar untuk tetap
memberesi mainannya, hasilnya? Mau, tapi setelah itu mengulang lagi tidak
memberesi mainannya.
Pernah
saya pura-pura merasa capek sehingga tidak bisa membereskan mainannya yang
berserakan di ruang tamu, Pendar melihat itu langsung dengan cepat membereskan
mainannya hingga rapi. Tapi saat membereskan itu dia menertawakan ekspresi saya
yang lagi pura-pura kesakitan. Saya pikir, apa Pendar tahu ya kalau saya sedang
berpura-pura?
Sebenarnya
tidak hanya saat melihat saya pura-pura terlihat capek, Pendar membantu tapi
menertawakan. Saat adik bayinya, Binar (10 bulan) menangis karena mainannya
jatuh, Pendar mengambilkan tapi sambil mengejek, "Adek cengeng, adek
cengeng." Ekspresi wajahnya terlihat mengesalkan di mata saya.
Saya
jadi gemes karena kesal melihatnya mengejek adiknya yang sedang menangis, tapi
di sisi lain saya senang Pendar reflek mengambilkan mainan adiknya, dan
memberikan langsung mainan itu. Kalau
saya cerita ke Ayahnya, hanya dikomen "Namanya juga anak-anak. Nanti juga
kalau sudah besar tidak sepert itu."
Benar
juga sih, tapi benar nggak ya, kalau saya biarkan sikap Pendar seperti itu
sampai nanti dia mengerti sendiri? Walau sebenarnya tidak saya biarkan saja,
tapi saya sounding terus agar Pendar
menjadi seorang kakak yang sayang kepada adiknya. Dan, jawaban Pendar bikin
saya kaget loh: "Abang nggak apa-apain Adek kok, cuma ketawa . Ketawa itu
nakal, Bu?"
Sejujurnya
saya sering bingung dan gugup kalau Pendar sudah mulai bertanya-tanya hal
seperti ini. Memang tertawa tidak jahat, tapi jika tertawa diwaktu yang tidak
tepat namanya kurang empati dan bisa menimbulkan perasaan sakit pada oranglain.
Namun bagaimana cara menjelaskan pada anak seusia Pendar?