Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 



Pandemi Covid 19 tahun ini kembali melonjak dengan varian baru yang membuat harus semakin hati-hati, karena setiap hari  ada kabar yang meninggal terpapar Covid 19, baik yang tua hingga yang muda. Bahkan pagi ini saya baru mendapat kabar beberapa kenalan meninggal  karena Covid 19, tidak hanya merasa  prihatin tapi juga menjadi ikut waswas.

Dan ternyata tidak hanya saya yang memiliki perasaan waswas atau cemas terhadap Covid 19 yang sedang melonjak saat ini, teman-teman juga mengalaminya. Sampai ada yang tidak  berani membuka sosial media yang banyak memua berita-berita Covid 19, hingga menderita psikosomatis. Merasakan sakit fisik seperti seolah sakit tenggorokan, seolah sesak, karena merasa cemas dan stres atau gangguan mental akibat cemas berlebihan.

Tips Bahagia

Saya pernah mengalaminya ketika pandemi awal 2020, merasa sakit tenggorokan dan tidak sembuh oleh obat dokter, setelah relaks dan menghilangkan pikiran  negatif, baru hilang. Tapi bagaimana cara agar  terhindar dari rasa cemas yang berlebihan menghadapi pandemi ini?

Bahagia! Iya, kita harus bahagia meski kondisi sedang tidak bahagia seperti saat ini, sehingga rasa cemas hilang. Riset telah membuktikan bahwa bahagia akan meningkatkan imun tubuh, sehingga kita jauh lebih sehat.

July 06, 2021 27 komentar

Sudah memasuki bulan Juli tanda memasuki tahun ajaran baru, semua orangtua sudah mulai disibukkan dengan mencari sekolah, berlomba mendapatkan sekolah yang dituju, dan pendaftaran sekolah, termasuk saya yang berjibaku dengan tiga anak memasuki tahun jaran baru, yakni SMA, SMP, dan SD.



Seru banget terlebih sistem penerimaan murid baru sekarang ini membuat kepala pusing, terutama yang ingin masuk negeri. Karena banyak sistem dan jalur-jalur yang harus dipahami para orangtua, seperti anak sulung saya yang tidak bisa masuk melalui jalur zonasi karena faktor usia. Sebab saat ini jalur zonasi mengutama usia lebih tua, untuk SMA bisa sampai usia 18-23 tahun. Sementara anak saya usiany baru 15 tahun.

Lepas dari persoalan perjuangan masuk sekolah negeri, saat ini orangtua harus berjuang kembali untuk mendampingi anak-anak di bangku sekolah tahun ajaran baru. Karena tahun ini bertambah satu anak yan masuk sekolah, maka untuk kakak-kakanya yang kini duduk di bangku SMA dan SMP membuat saya butuh bantuan dalam mendampingi mereka sekolah.

Apalagi untuk mata pelajaran SMA, saya banyak menyerah deh. Selain banyak yang lupa dengan rumus-rumus, inovasi perkembangan ilmu di sekolah sudah sangat meluas di luar jangkuan. Harus lebih memperluas wawasan lagi nih, makanya saya butuh bantuan semacam  les atau bimbel buat anak-anak.

Tapi masa pandemi ini membatasi, karena itu harus yang memenuhi kondisi saat ini, seperti misalnya biayanya lebih murah karena tahun ini tiga anak sekolah semua, mendukung secara online sehingga anak-anak aman ketika belajar, karena anak-anak juga masih PJJ (pembelajaran jarak jauh) efek pandemi, dan tentu saja berkualitas.

July 03, 2021 2 komentar

 


Masalah jerawat ini hampir dialami semua orang, dan menjadi masalah yang cukup mengganggu menampilan, terlebih jika memiliki jenis jerawat yang meninggalkan jejak atau bopeng di kulit. Rasanya pasti ingin menangis, selain jadi minder karena bagaimana pun wajah menjadi point fokus utama setiap orang.

Saya sendiri mengalami musibah jerawat ini ketika memasuki usia sembilan belas tahun, benar-benar bikin stres karena jenis jerawatnya besar, mengganggu penampilan, apalagi saat itu saya baru mulai suka berdandan. Jadi kebayang dong, betenya punya wajah berjerawat? Untungnya meski jerawatnya cukup besar, tidak meninggalkan jejak bopeng.

Memasuki usia dewasa perlahan jerawat besar-besar itu hilang, berganti jerawat batu. Ini juga sangat menganggu sekali karena kulit wajah jadi terlihat kasar, saat dimake-up pun terlihat tidak sempura. Jerawat batu yang saya alami berada di area pelipis, seputar wajah dekat dagu, dan jerawat batu cukup bandel alias susah hilang. Terutama jika kulit wajah saya banyak terpapar debu dan polusi, makanya naik motor jadi takut waktu itu.

June 28, 2021 No komentar

 

Bicara masalah tidur pasti banyak yang memiliki gangguan tidur, seperti susah tidur nyenyak, sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi, atau senang bergadang. Jadi misalkan mengantuk karena sudah malam, mata dipaksa untuk bertahan karena hasrat untuk terjaga tinggi atau kebetulan sedang banyak pekerjaan, sehingga terpaksa tidur larut.




Meski awalnya tidak memiliki gangguan tidur, kebiasaan-kebiasaan begadang, memaksakan diri untuk berjaga dan bekerja di saat waktu tidur, bisa menjadi kebiasaan tetap yang membuat susah tidur. Ini saya alami loh, awalnya saya gemar begadang karena malam adalah waktu yang paling nyaman untuk mengetik, mengerjakan tugas-tugas di blog, membaca, dan lain sebagainya.

Tapi karena kebiasaan itu saya jadi mengalami sulit tidur, belum bisa terpejam kalau belum pukul 12 malam ke atas, yan parah kadang tidur pukul dua belas malam dan terbangun pukul dua pagi, lalu sulit untuk terpejam lagi hingga subuh. Efeknya? Saat pagi bangun tidur badan terasa capek, kepala kadang pusing, dan emosi jadi tidak stabil atau mudah marah pada hal-hal sepele.

Nah, ternyata kurang tidur atau tidur tidak berkualitas memang memberikan efek negatif sekali bagi kesehatan dan produktivitas. Sayangnya, masih banyak orang yang meremehkan masalah begadang, sulit tidur, dan masih kurang memahami akan manfaat tidur berkualitas bagi kesehatan dan produktivitas.

Untuk itu saya ingin sharing mengenai tidur berkualitas dan manfaatnya bagi kesehatan dan produktivitas kepada kalian nih, karena pada hari Jumat, 18 Juni 2021 saya mengikuti webinar ‘KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS DIMULAI DARI TIDUR BERKUALITAS’, yang menghadirkan narasumber :

1. apt. Drs.Victor S Ringoringo, Chief Business Development and R&D Deltomed Laboratories

2. Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia

June 22, 2021 No komentar

 

Selain karena pandemi yang membuat orang-orang lebih banyak bergerak secara online, karena semua bisa dilakukan dengan duduk manis di mana saja, di tempat yang paling aman, seperti rumah. Dunia ini sudah memasuki era digital yang memang pada akhirnya segala hal lebih praktis, dan cepat dilakukan dengan online, salah satunya berbisnis.




Coba jawab pertanyaan saya dengan jujur, seberapa banyak kalian berbelanja atau bertransaksi online dan offline selama pandemi ini. Entah berbelanja fashion, gadget, kuliner, dan lain sebagainya? Lalu jika dibandingkan, lebih banyak yang manakah? Saya yakin sebagian besar pasti lebih banyak berbelanjas secara online.

Sebagai contoh, sejak pandemi saya sekeluarga tidak pernah makan di restoran, tentu saja ada perasaan rindu memanjakan lidah dengan makanan khas restoran. Maka untuk mengobati rasa rindu itu, tapi tetap ingin aman, saya memilih untuk memesannya secara online. Makanan sampai di rumah dengan cepat, sekeluarga tetap dapat menikmati lezatnya. Begitu juga dengan fashion, dan lain-lain, saya dan keluarga saat ini lebih memilih berbelanja secara online.

June 15, 2021 No komentar

 

Apakabar para Ibu, apakah masih tetap semangat mendampingi anak-anak belajar di rumah? Karena awal pandemi saat pembelajaran anak-anak hampir seratus persen dari rumah atau PJJ banyak orangtua, baik ibu atau bapak yang mengeluh tidak sekedar waktu yang tersita, namun  juga sulitnya memahami pelajaran anak-anak.




Ini pun saya dan suami alami loh, meski kami pernah melewatinya tapi tentu saja banyak pelajaran yang sudah lupa. Apalagi perkembangan pelajaran saat ini terus bertambah, sehingga banyak yang tidak saya atau suami kuasai. Jadilah anak uring-uringan karena kesulitan mengikuti pelajaran, sebab pelajaran yang diberikan guru secara online belum maksimal, sementara orangtua tidak banyak diharapkan ketika mendapati pelajaran-pelajaran yang sulit.

Jika hal ini dibiarkan bisa menyebabkan banyak dampak buruk, diantaranya seperti yang pernah dialami anak saya, yaitu menjadi malas mengikuti pelajaran dengan sistem PJJ, mengalami kecemasan jika kelak dimulai kelas offline mereka tidak menguasa pelajaran dengan maksimal, sering menyalahkan orangtua yang tidak bisa maksimal membantu dalam pelajaran. Bayangkan bila hal ini terjadi dalam jangka panjang, mengingat kondisi pandemi belum bisa diprediksi kapan akan berakhir?

Ruangbelajar Menjadi Solusi Belajar Anak Ketika PJJ

Maka masalah kesulitan membantu anak ketika PJJ dan kesulitan memahami materi sekolah yang diberikan guru kepada anak-anak harus mendapat solusinya. Saya dan suami sempat mencari beberapa solusi, seperti ikut menyimak materi yang diberikan guru anak-anak di sekolah, mengerjarkan bersama soal-soal yang sulit, mencari guru les online. Hasilnya belum ada yang maksimal, karena sering saya dan suami sibuk dengan kerjaan masing-masing.

Kesibukan orangtua ini juga menjadi kendala  untuk membantu anak belajar secara maksimal, namun di sisi lain kami butuh bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Akhirnya, kami sepakat untuk mencari bimbingan belajar secara online yang profesional, bertemulah dengang Ruangbelajar dari Ruangguru yang punya banyak kelebihan.

June 14, 2021 1 komentar

 


Siapa yang pernah mengalami Si Kecil menderita konstipasi? Kalau dari obrolan dengan para ibu yang memiliki anak kecil, ternyata banyak loh yang cerita Si Kecil mengalami konstipasi. Biasanya ketika Si Kecil memasuki tahap Mpasi, dan ini ternyata tidak boleh dianggap remeh. Karena konstipasi tanda pencernaan Si Kecil tidak sehat.

Duh, jadi ingat saat anak pertama dulu pernah juga mengalami konstipasi sampai beberapa kali. Bahkan sampai Si Kecil menangis karena sulit buang air besar, namun setelah lahir adik-adiknya saya langsung banyak baca tentang pentingnya pemberian serat agar pencernaan sehat. Sehingga tidak ada lagi cerita anak terkena konstipasi,  karena saya selalu menyediakan sayur dan buah di rumah untuk menjadi asupan sehari-hari.

Beragam sayur mayur dan buah-buahan lokal bergantian saja sediakan di rumah, diantaranya sayur bayam, kangkung, sawi, brokoli, daun singkong, pokcoy, wortel, yang diolah sesuai kesukaan anak-anak. Buah-buahan mulai dari pepaya, nanas, apel, semangka, melon, pisang, salak, jeruk, anggur, pir, mangga. Menyediakan beragam agar anak-anak terbiasa dengan berbagai rasa sayur mayur dan buah-buahan. Saya sengaja membeli buah-buahan lokal karena harganya ekonomis mengandung serat yang bagus juga.

Sekarang ke empat anak-anak saya meski mulai memilih sayur mayur dan buah-buahan sesuai kesukaannya, mereka tetap terbiasa untuk mengasupnya. Si sulung Lintang (15 tahun) suka nanas, mangga, salak, dan hampir semua jenis sayur. Sementara Pijar (12 tahun) lebih menyukai buah melon, mangga, apel dan sayur bayam, wortel, kangkung. Lalu Pendar (6.7 tahun) saat ini suka buah melon, semangka, pisang, jeruk, dan sayur bayam, wortel. Si bungsu Binar (2 tahun) sangat menyukai buah apel, semangka, jeruk, dan sayur brokoli, wortel, daun singkong.

June 11, 2021 37 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Created with by ThemeXpose