Sejauh
apa pemahaman masyarakat kita tentang penyakit kusta, dan anak-anak dengan
penyandang disabilitas dan kusta? Mungkin beragam ya, terlebih saat ini Indonesia
menurut data WHO tahun 2020 Indonesia masih jadi penyumbang kasus baru kusta
no 3 terbesar di dunia, termasuk kasus baru kusta pada anak per 13 januari 2021
yakni mencapai 9,14% dari kasus dunia. Angka ini belum mencapai target
pemerintah, di bawah 15%.
Namun
kita sebagai masyarakat Indonesia harus
mengetahui hak mereka dalam hal pendidikan, seperti yang tercantum pada UUD
1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahawa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Termasuk anak-anak yang memiliki keterbatasan, berhak
untuk mendapatkan pendidikan.
Saya
sebagai masyarakat jadi terharu sekali setelah menyimak Ruang Publik KBR yang
membahas Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta, di mana dalam live
talkshow di youtube KBR ini mengundang narasumber:
- Fransiskus Borgias Patut, Kepala Sekolah SDN Rangga Watu Manggarai Barat
- Anselmus Gabies Kartono – Yayasan Kita Juga (SANKITA)
- Ignas Carly-Siswa kelas 5, SDN Rangga Watu Manggarai Barat (Testimoni Disabilitas)
Semangat Ignas, Siswa Penyandang
Disabilitas di SDN Rangga Watu Manggarai Barat
Saya bersama teman-teman yang menonton talkshow ini dibuat haru dan bangga dengan seorang Ignas yang dengan keterbatasannya menghadapi hari-hari di sekolah dengan senang, meski mungkin ada satu-dua teman yang masih menganggapnya berbeda. Saat ditanya, apakah dia senang sekolah di SDN Rangga Watu Manggarai Barat, dia merasa senang dan ketika ditanya perasaannya saat diledek teman-temannya,
“Biasa
aja,” jawab Ignas sambil tersenyum malu-malu, wajahnya yang manis khas
anak-anak Manggarai Barat tidak menunjukkan perasan tertekan atau tidak suka.
Masyaallah, ini bisa jadi contoh semangat bagi anak-anak dengan disabilitas dan
kusta untuk tidak putus asa menempuh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Memang
anak-anak dengan disabilitas dan kusta masih banyak yang menerima deskriminasi,
bahkan kekerasan dan perlakukan yang salah, tidak hanya dalam lingkungan
sosial, tapi juga dalam lingkungan pendidikan. Padahal mereka semua tanpa
terkecuali memiliki hak mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik,
sehingga tumbuh kembang berjalan dengan baik, dan memiliki masa depan cerah.
Peran Yayasan Kita Juga (SANKITA)
Dalam Pendidikan Anak Dengan Disabilitas dan Kusta
Melihat
kondisi banyak anak-anak disabilitas yang putus sekolah atau usia sekolah tapi
tidak sekolah, serta tidak tersedianya sumber daya untuk mengajar anak-anak
disabilitas. Terlebih ketika survey sekolah tidak memiliki fasilitas untuk
anak-anak disabilitas, maka Yayasan Kita Juga atau SANKITA pun tergerak untuk mempromosikan sekolah
inklusif.
Sekolah
inklusif merupakan sekolah reguler yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus
atau penyandang disabilitas belajar bersama anak-anak reguler, tapi tentu saja
dalam kegiatan belajarnya didampingi guru pendamping yang memahami pembelajaran
anak-anak dengan disabilitas, salah satu SD inklusif di Manggarai Barat yaitu SDN
Rangga Watu Manggarai Barat. Tempat Ignas Carly sebagai penyandang disabilitas
yang sekolah di sana. Menurut Pak Frans, ada 7 anak dengan disabilitas yang bersekolah
di SD inklusif di Manggarai Barat.
Dalam
rangka pemenuhan hak pendidikan inklusi bagi anak dengan disabilitas dan kusta
ini, SANKITA berperan dalam penyelenggaran sekolah inklusif dengan melakukan
sosialiasi tentang sekolah inklusif kepada orangtua, komite, guru, paham bahwa
sekolah insklusif adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak
disabilitas.
SANKITA
juga memberi pembelajaran dan pelatihan kepada guru reguler mengidentifikasi
dan mengassessment anak kebutuhan khusus, agar mengenal dan tahu anak kebutuhan
khusus. Termasuk mengetahui permasalah dan kebutuhannya, agar bisa membuat
perencanaan dan strategi. Sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
anak-anak kebutuhan khusus.
“Seperti
misalnya materinya dengan hurup yang lebih besar, duduknya di depan sehingga
materi yang diberikan bapak atau ibu guru lebih mudah dipahami, “ ujar Anselmus.
Harapan Sekolah Inklusif Untuk
Anak-Anak Dengan Disabilitas dan Kusta
Fransiskus
Borgias Patut sebagai Kepala Sekolah SDN
Rangga Watu Manggarai Barat, salah satu sekolah inklusif sangat merasa
beruntung bisa bekerja sama dengan SANKITA yang telah memberi ilmu kepada
guru-guru reguler, sehingga dapat mendampingi pembelajaran anak-anak
disabilitas, sebab seperti yang dikatakan beliau:
“Pemerintah
sudah terbuka untuk sekolah inklusif, tapi banyak kendala pembimbing khusus. Karena
basic sekolah reguler, sementara anak berkebutuhan khusus butuh guru pembimbing
khusus.” Selain juga membutuhkan fasilitas membelajaran yang mendukung untuk
anak-anak berkebutuhan khusus.
Jadi
Fransiskus sangat berharap untuk
pemerintah membuka SK lowongan pendidik guru sekolah disabilitas atau tenaga guru
yang memang memiliki pendidikan sarjana dalam anak-anak kebutuhan khusus. Sehingga
pendidikan di sekolah inklusif dalam berjalan dengan baik, dan bermanfaat besar
bagi anak-anak berbutuhan khusus.
Sebagai
masyarakat, kita tentu harus ikut mendukung sekolah-sekolah inklusif ini, agar
semua anak-anak bangsa tanpa terkecuali dapat mengenyam pendidikan sekolah.
Setuju? Dan, jangan lagi ada diskriminatif, sebagai orangtua kita wajib memberi
pemahaman ini pada anak-anak kita, agar mereka memiliki empati kepada
teman-temannya yang disabilitas.