Duniaeni Blogger

July 17, 2018 19 komentar

July 14, 2018 17 komentar

foto by Kyle Head

Drama semester pertama : menahan diri dari kelezatan seafood

Ketika membaca judul artikel saya kali ini, pasti para ibu hamil penggemar seafood akan teriak; OH NO! Begitu juga dengan saya yang sangat suka cumi, udang, dua jenis seafood ini diolah seperti apapun rasanya lezat luarbiasa. Masih terbayang oleh saya rasanya kenyal dari tekstur daging cumi yang ditumis, dibakar, dan diolah aneka macam kuliner lainnya. Juga lembutnya daging udang yang manis, gurih.

Ya Tuhan, ujian berat rasanya dilarang makan seafood saat hamil, hiks. Tapi mengingat alm anak ke tiga memiliki masalah, karena salah satunya saya tidak memperhatikan asupan awal kehamilan, sehingga apapun kata dokter Insaallah akan dijalani sebaiknya. Ini sih, prinsip saya ya. Lagi pula larangan makan seafood hanya untuk semester pertama kok. Setelah kehamilan usia 21 minggu dokter kandungan sudah memperbolehkan saya makan seafood, horeee!!!

Tapi melewati masa larangan makan seafood ini ada dramanya juga sih, hehehe. Apalagi ketika semseter pertama tetiba saya mendapat undangan even ke restoran Jepang yang 90% menunya serba laut, bayangkah! Di meja terhidang aneka sushi dari bahan udang, ikan tuna, telur ikan laut, salmon, belum lagi menu lobster, dan lain sebagianya. Ketika saya meminta menu selain seafood, hanya ada ayam yang diolah standart banget, hiks.

Cuma bisa menatap

Sediiih, rasanya menahan liur di lidah. Berjam-jam berkutat dengan kuliner seafood Jepang hanya untuk saya foto-foto dan menatap teman-teman yang lahap memakannya dan mengompori dengan kejam, hehehe. Tapi demi calon bayi di perut, saya bertahan dari segala godaan dengan mengunyah potongan ayam yang diberi bumbu gurih.

Namun, sebenarnya kenapa ibu hamil (semester pertama) dilarang makan seafood? Berikut ini ulasan hasil obrolan saya dengan Spog yang sudah menghandle saya sejak anak ke dua, sepuluh tahun lalu, dokter Dedy Soehermawan yang salah satu tempat prakteknya di Prikasih. Juga beberapa sumber lainnya dari hasil baca-baca. Moga bermanfaat ya, bumil.

July 09, 2018 28 komentar

July 05, 2018 8 komentar

June 29, 2018 17 komentar

June 27, 2018 22 komentar

June 23, 2018 11 komentar

20 weeks

Bener gak sih ketika hamil ada sebagian wanita merasa gak pede karena merasa semua bagian tubuh melembung? Walau pun kehamilan adalah anugerah terindah bagi wanita, masa yang paling manis dan merindukan, tapi beneran loh ada wanita yang merasa kehilangan kepercayaan pada dirinya ketika hamil.

Merasa semua model pakaian yang dikenakannya hanya membuat tubuhnya gemuk, besar, bengkak. Tidak percaya? Ketika seorang teman meminta saya untuk memfoto dirinya yang tengah hamil 6 bulan, dia berbisik: "Tolong ya, posisinya jangan terlihat gemuk."

Dalam hati saya heran, secara wanita hamil pasti berisi. Kalau lempeng atau lurus barti gak hamil dong? Atau mau hamil tapi gak berkembang, perut tetap rata, payudara tetap datar, ini malah gak normal kayaknya ya? Tapi keheranan saya hanya dalam hati sih, kawatir menyinggungnya.

Saya hanya menghiburnya dengan kalimat ini ," Gak gemuk ah, tapi sexy. Bagus kelihatan perutnya gitu."

Namun, tetap dia keukeuh tidak mau difoto terlihat gemuk. Akhirnya dia memilih dengan berpose tidak seluruh badan, dan dalam posisi menyamping. Ini buatnya adalah pose terbaik yang tidak mempertontonkan bentuk perutnya yang mulai membuncit. Saya sendiri juga sedang hamil sih, jalan 6 bulan.

Perut sudah lumayan kelihatan besar, payudara tidak sedatar sebelum hamil. Meski saya tidak terlalu ribet memikirkan soal gembung atau gemuk, saya tetap ingin tampil fashionable dan cantik saat hamil. Makanya ketika perut semakin besar, saya semakin prepare menyiapkan pakaian yang nyaman dan tentu saja terlihat fashionable dan cantik ya, hehehe.

Prinsip saya dalam memilih pakaian hamil adalah:

1. Bahannya nyaman di kulit, karena setiap hamil saya mudah gerah dan kulit lebih sensitif. Bahan yang kasar membuat kulit gatal kemerahan

Bahan nyaman di kulit ( 5 weeks)

2. Modelnya simpel, selama hamil ritme pipis jadi lebih sering. Kebayang gak, kalau lagi job outdoor pakai baju dengan model gak simpel, bolak-balik toilet? Karena masih menggunakan transportasi umum, seperti kereta model baju yang simpel membuat saya bebas bergerak, serem kan kalau model baju ribet di lokasi umum dalam kondisi hamil.

Kulot&blouse (21 weeks)

3. Memilih atasanya atau blouse, tunik yang lucu-lucu atau memiliki detil dan potongan tidak biasa, seperti babydoll, tunik dengan potongan bagian bawah asimestris, atau yang memiliki detil ornamen seperti draferi, pita, dan lain-lain. Karena model atasan yang lucu dan unik membuat tidak fokus pada kondisi perut bumil yang membesar.

Tunik asimetris (12 weeks)

4. Pakaian longgar, saya sangat tidak pro bumil dengan pakaian ketat. Sexy memang, tapi di satu sisi saya risih memperlihatkan lekuk detil yang membuat bumil tidak bebas bergerak, seperti merubah posisi duduk, merenggangkan badan, dan lain sebagainya.

Saya lebih nyaman dan senang dengan pakaian yang longgar dalam arti bukan kebesaran atau kedodoran ya. Longgar di sini memang dari sisi modelnya, seperti kulot, babydoll. Serius deh, meski tidak harus berhijab seperti saya, bumil akan tetap terlihat cantik dan auranya sex dengan pakaian-pakaian yang simpel, namun memiliki detil lucu, unik, atau pun cantik.

Blouse berdraferi favorit saya

Ini beberapa OOTD saya selama hamil, semoga bisa menginspirasi ya. Oya, karena pakaian yang saya pakai sehari-hari tidak ketat, model-modelnya ternyata bisa tetap saya pakai saat hamil dan Alhamdulliah banyak yang bilang 'fashionable' dan tentu saja hemat ya, kami kan tidak setiap tahun dan selamanya hamil terus. Koleksi baju hamil banyak selain pemborosan, mubajir kan.

Perut semakin besar, tunik asimetris jadi favorit saya

June 21, 2018 14 komentar

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

About Me

Follow Us

Community Blogger