Kondisi cuaca saat ini tidak menentu, bahkan menurut seorang dokter, musim saat ini aneh. Cuaca panas, kemudian mendadak hujan. Sehingga genangan air yang tidak berjalan lancar dan tidak kering dampak dari kondisi hujan dan panas mendadak itu membuat kemungkinan besar bahaya DBD mengancam.
Waspada Bahaya DBD
Sebab nyamuk aedes
aegypti mudah berkembang biak di air bersih yang menggenang, dan kin itercatat sampai
dengan minggu ke-11 tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan
290 kematian. Seringnya terjadi masyarakat terkena DBD, membuat DBD sudah
menjadi hal yang biasa, padahal ini
merupakan penyakit berbahaya menyebabkan kematian dan belum ada obatnya. Karena
itu wajib ditanggulangi atau dicegah
agar tidak bertambah korban dari tahun ke tahun.
Menganggap biasa
terkena DBD ini yang membuat banyak masyarakat abai dan terjadi korban DBD
setiap tahunnya. Padahal sudah banyak sekali kader masyarakat dan juga
pemerintah yang memberikan himbauan pencegahan DBD kepada masyarakat dengan
gerakan 3M Plus agar tidak menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti, diantaranya:
- Menguras kamar mandi seminggu sekali
- Membersihkan dan menutup wadah penampung air
- Mengubur sampah
- Plus satu rumah satu juru pemantau jentik atau relawan pemantau jentik (Jumatik)
Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD
Termasuk
mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD. Membahas
vaksin, Takeda dan Kementerian Kesehatan menyusun program kerjabersama dan
meluncurkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD, yang bertujuan mengajak lebih banyak masyarakat
untuk semakin memahami tentang DBD beserta tindak pencegahan, termasuk
memberikan edukasi seputar upaya preventif yang inovatif, seperti Wolbachia dan
vaksinasi.
Kampanye
#Ayo3MplusVaksinDBD yang diluncurkan sejak
27 September 2023, dimana Kementerian Kesehatan bersinergi dengan Takeda
Innovative Medicines (Takeda). Kerjasama dalam penanggulangan DBD yang membawa dampak
besar untuk menuju nol kematian akibat dengue di Indonesia pada tahun 2030.
Kampanye ini kemudian diperkuat
dengan berbagai serangkaian dialog, baik dengan para pembuat kebijakan, maupun komunitas
sosial, untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.
Dalam memerangi DBD di Indonesia Takeda meraih pencapaian yang luar biasa, yakni
menerima penghargaan yang luar biasa dari PR Indonesia ini, sebagai pengakuan atas
komitmen kuat Takeda bersama dengan Kementerian Kesehatan dalam memerangi DBD
di Indonesia.
Takeda Raih Penghargaan Perunggu dari Ajang PR Indonesia Award 2024
Jakarta, 21 Maret 2024
saya bersama teman-teman blogger ikut hadir dalam acara talkshow
#Ayo3MplusVaksinDBD dan buka puasa bersama. Di mana dalam kesempatan ini PT
Takeda Innovative Medicines (”Takeda”), mengumumkan pencapaian yang luar biasa
melalui penghargaan perunggu yang didapat dari ajang PR Indonesia Award 2024,
kategori Program Corporate PR untuk Perusahaan Swasta. Penghargaan ini mengakui
program corporate PR yang dijalankan oleh Takeda dalam kemitraan dengan
Kementerian Kesehatan RI dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia sebagai serangkaian
kegiatan yang komprehensif dan berdampak besar.
Presiden Direktur PT
Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan: “Kami sangat
bangga untuk menerima penghargaan yang luar biasa dari PR Indonesia ini,
sebagai pengakuan atas komitmen kuat kami bersama dengan Kementerian Kesehatan
dalam memerangi DBD di Indonesia. Pencapaian ini menggaris bawah idedikasi kami
untuk membuat perbedaan nyata dalam kesehatan masyarakat, sesuai dengan
keahlian kami. Hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya dukungan dan
sambutan baik dari pihak-pihak terkait, di antaranya Pemerintah Republik
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, para mitra di dunia kesehatan,
komunitas, serta masyarakat umum. Prestasi ini bukan hanya milik Takeda, tetapi
juga milik semua pihak yang sudah dengan gigih melakukan pencegahan dan
pengendalian DBD di Indonesia.”
dr. Imran Pambudi,
MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P,
Kementerian Kesehatan RI, yang hadir dalam acara talkshow ini juga menyatakan bahwa
untuk mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030, diperlukan peranaktif
seluruh lapisan masyarakat:
“Sangat krusial untuk
membangun sebuah sinergi yang kuat antara sector publik, yaitu pemerintah, dan sector
swasta. Blueprint-nya sudah ada, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue
2021- 2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan
di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan
membantu kita mendekati target.”
Jadi memang benar sekali gerakan
3M Plus di masyarakat yang melibatkan satu rumah satu juru pemantau
jentik atau relawan pemantau jentik (Jumatik), selain juga dengan vaksin DBD.
Dr Alvin Saputra yang
juga menjadi narasumber dalam talkshow ini mengajak agar masyarakat sadar vaksin
dan jangan percaya hoax mengenai vaksin. Karena memang saat ini vaksin
DBD yang tersedia di Indonesia dapat diperuntukan untuk kelompok usia 6- 45 tahun,
dan berdasarkan beberapa penelitian klinis memperlihatkan adanya penurunan risiko
terjadinya DBD yang parah dan perawatan di rumahsakit pada anak dan dan dewasa berusia 6-45 tahun yang telah divaksin.
Bisa dikatakan vaksin merupakan investasi kesehatan bag imasyarakat,
jadi mari lebih sadar akan bahaya dan mencegah dengan #Ayo3MplusVaksinDBD agar
terwujud nol kematian akibat dengue di Indonesia pada tahun 2030.