Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log
Imunisasi DPT
Pasca Imunisasi

Kemarin tanggal 15 Januari Binar jadwal imunisasi DPT-HB-Hib1 (plus Polio 2), setelah sebelumnya pada bulan Desember 2018 imunisasi BCG (plus Polio). Meski imunisasi ini sering membuat ibu-ibu kawatir anak rewel karena demam, saya santai saja. Karena sudah mengalami 4 anak sebelumnya paska imunisasi DPT tidak terlalu rewel, paling badannya hangat sehari saja. Seingat saya Pendar dan  Pijar bahkan tidak pakai acara minum parasetamol paska imunisasi DPT, hanya ASI demam sudah reda sendiri. Tapi ternyata imunisasi DPT Binar kali ini ada dramanya.

Selesai Imunisasi Tidak Tidur

Kebetulan saat akan imunisasi ada teman yang mau menengok Binar, maka  kami menjadwalkan pulang dari imunisasi akan menerima kedatangan teman tersebut. Alhamdullilah,hampir usia 3 bulan masih saja ada yang mengingat Binar untuk menjenguknya. Selesai imunisasi pukul 12 siang lewat kami buru-buru  pulang untuk mempersiapkan kedatangan sang tamu, karena jarak rumah ke lokasi imunisasi lumayan jauh.

Sampai rumah menyusui Binar, beberes karena ditinggal imunisasi anak-anak membuat ruang tamu berhamburan mainan hehehe. Lalu suami menganjurkan untuk memberikan Binar parasetamol buat jaga-jaga kalau terjadi demam, sebab kita tidak tahu apakah Binar termasuk bayi yang tahan demam atau tidak. Mengingat pengalaman alm anak ke tiga yang tidak kuat demam sehingga kejang, saya pun memutuskan untuk memberikan Binar paraseatmol setelah menyusuinya.

Untuk pertama kalinya Binar kena obat nih, parasetamol saya campur dengan ASI, lalu dengan menggunakan sendok kecil diminumkan ke Binar, berjalan lancar jaya. Lima menit kemudian saya menyusuinya, biasa anak habis paska imunisasi pasti tertidur dan juga kebetulan jam tidur Binar. Tapi lagi mengASIhi  teman yang akan menengok Binar sudah datang, akhirnya kami menerima kedatangan tamu dari Bogor ini dengan senang.

Sepanjang menerima tamu ini Binar bolak-balik  dipangku saya sambil diberi ASI, tertdur sejenak dipindahkan ke kamar bangun lagi, diberi ASI di kamar teridur, saya tinggal ke depan, bangun lagi.  Lalu gantian digendong ayahnya, begitu terus sampai yang menjenguk pamit pulang pecahlah tangis Binar sangat kencang diluar kebiasaannya. Namun saya ingat Binar pernah menangis seperti ini pasca pulang dari rumah sakit karena sakit perut (nanti akan saya ulas ceritanya). Cemas dong saya!


Pantas diajak foto bersama tangisnya sangat keras 

Apa yang sakit, kenapa?

Setahu saya kakak-kakaknya semua diimunisasi, termasuk alm pun baik-baik saja. Rewel hanya sekedarnya, bahkan juga tidak ada demam. Saya raba kening Binar suhunya normal, saya letakkan di tempat tidur setelah dia heboh menjerit dalam gendongan. Saya periksa tubuhnya dari atas ke bawah, sampai saya buka diapersnya, dan...Ya Allah!!
January 16, 2019 31 komentar


Melahirkan Normal : Dijahit Tanpa Rasa Sakit

18 Oktober 2018


Setelah proses melahirkan selesai, seperti waktu melahirkan Pendar 4 tahun lalu, kali ini dijahit juga tidak sakit karena diberi anestesi (seperti yang sudah saya ceitakan di artikel sebelumnya). Jadi saat dijahit saya tidak perlu menggigit jempol suami sampai biru (Ayo, siapa yang samaan saat dijahit pasca melahirkan normal menggigit jempol suami sampai biru, hehehe) atau kain selimut agar tidak menjerit saat jarum jahit ditusukan ke kulit vagina kita.

Saya dijahit sambil menyusui meski ASI saya belum keluar, sejak melahirkan anak ke dua hingga ke lima ini memang ASI saya tidak bisa langsung keluar. Berbeda ketika melahirkan Lintang, ASI langsung berlimpah. Tapi untuk skin to skin dan juga IMD, saya biarkan bayi mungil itu bekerja keras menghisap ASI. Sesekali suara rengeannya terdengar lirih, gerakannya menghisap membuat saya lega, begitu pandai dan pantang menyerah.

"Jahitannya banyak gak, Dok?" tanya saya penasaran karena prosesnya lama betul, biasanya dokter Deddy sih tidak mau menjawab cuma tersenyum meski saya desak. Atau kadang dijawab pendek, "Yang penting sudah lahiran dengan selamat."

Namun kali ini bidan yang membantu dokter Deddy mencetus, "Banyak banget, Bu, tidak kehitung. Tapi yang penting dijahit rapi."

Jleb! Alamak, kayaknya pertanyaan yang saya lontarkan salah besar deh. Habis mendengar jawaban to the point itu saya berasa lemas. Terbayang proses penyembuhannya, terbayang sakitnya, terbayang nanti kalau mau pup, karena lagi-lagi diperjelas jahitannya dikit lagi mencapai anus, huwaaa. Semua ini pasti karena saya tadi bertingkah tidak karuan, tidak bisa tenang saat mengedan.
January 16, 2019 22 komentar


Kenapa Anak-Anak Sering Susah Mandi?


GENIE hand shower

Ibu-ibu sering punya masalah anak malas mandi tidak? Gimana gitu ya agar anak rajin mandi, ada gak kira-kira tisp agar anak rajin mandi?

Sebab meski anak senang main air, tetapi sering dan banyak anak yang ketika disuruh mandi akan mengulur waktu atau tidak mau mandi. Anak saya yang pertama sudah SMP kelas satu, tapi masih saja soal mandi mesti dikejar-kejar, lalu yang nomor dua kelas 4 SD rajin mandi, tapi ada tapinya yaitu kalau mandi kilat alias cepat selesai, hasilnya?

Sering shampo di rambut masih belum bersih benar, kulit masih licin akibat sabun tidak dibasuh dengan benar. Jadi saya setiap hari ngomel soal urusan mandi anak-anak, belum lagi anak saya Pendar yang masih berusia 4 tahun, balita satu ini kalau disuruh mandi seringnya cari alasan: Lagi nonton kartun, lagi ngemil, dan lagi lainnya.

Anehnya, kalau main air dari yang gede sampai yang balita senang banget. Sering mereka main basah-basahan di garasi dengan menggunakan selang air, itu bisa berjam-jam kalau tidak segera dihentikan karena garasi sampai halaman basah semua. Jadi mereka menggunakan selang air untuk main semprot-semprotan mirip hujan buatan gitu.

Memang sih sesekali anak-anak saya bebaskan main hujan jika hujan sedang deras dan tidak ada kilat atau petir, serta cuaca bukan musim pancaroba. Main hujan-hujan dan main selang ini rupanya sangat menyenangkan bagi mereka sehingga bersentuhan dengan air terasa menyenangkan. Sementara mandi seperti kegiatan wajib yang monoton, masuk kamar mandi, guyuran, pakai sabun atau shampo, gosok gigi, lalu guyuran lagi.

Biasa anak-anak memang kurang menyukai kegiatan rutin yang monoton, mereka selalu melakuka segala hal yang membuat perasaan mereka senang. Seperti sebuah kalimat bahwa dunia anak-anak adalah bermain.
January 13, 2019 25 komentar


Kebayang gak ngemil kopi? Jangan bayangin ngemilin biji kopi ya, hahaha. Memang sih buah kopi yang sudah masak konon rasanya manis, yang sudah merona merah gitu. Saya sendiri sih belum pernah mencoba buah kopi karena tidak punya pohon kopi, tapi dengar dari cerita ibu kalau buah kopi yang sudah masak kemerahan gitu rasanya manis. Dulu anak-anak di kampung ibu suka sekali ngemilin buah kopi yang sudah  masak , bahkan mengambil buah yang sudah jatuh.

Tapi kali ini saya bukan mau bahas tentang buah kopi loh. Jadi cerritanya belum lama ini, saya habis mencoba selai rasa kopi dan coklat rasa kopi. Kira-kira sudah pernah belum mencobanya?

Kalau permen sih ada ya rasa kopi, tapi ini selai sama coklat rasa kopi. Apa saya yang kudet ya, karena memang meski dulu termasuk coffe addict dalam arti suka banget kopi, sehari  harus ketemu kopi. Saya bukan wanita yang suka hunting segala hal berbau kopi, apalagi harus mencoba semua jenis kopi hingga memahami khas rasanya masing-masing jenis kopi.

Makanya tahu kopi ya hanya sekedar tahu yang biasa dikonsumsi bapak, suami saya, dan beberapa kopi yang pernah saya minum. Kebiasaan minum kopi ini juga karena sejak kecil Bapak selalu membagi kopinya untuk saya, jadi secangkir berdua setiap pagi. Begitu tahu ada selai dan coklat kopi jadi penasaran buat  mencobanya, terus terang saya membayangkan selai manis dengan rasa dan aroma kopi, begitu juga dengan cokelattnya.

Seperti kopi rasa durian dengan citra rasanya tetap kopi, namun ada rasa durian yang khas meski tidak durian banget. Atau cokelat rasa greentea, tetap rasa cokelatnya terasa dan greenteanya menyeruak diantara rasa coklat tersebut. Jadi membayangkan selai kopi dan cokelat kopi saya membayangkan rasa yang sama seperti itu. Namun ternyata...
January 06, 2019 52 komentar

agar pembukaan lengkap

Masyaallah, saya baru teringat untuk  melanjutkan tulisan saya lahiran normal di usia 41 tahun agar cepat pembukaan lengkap setelah si bayi berusia 2 bulan 2 minggu. Tepatnya bukan ingat, tetapi baru sempat. Memang memiliki bayi segala hal akan terbagi, tidak lagi  bisa bebas menentukan waktu. Karena ritme keseharian bayi berubah-ubah, kadang tidurnya begitu apik sehingga saya bisa melakukan banyak hal. Kadang kacau hingga dini hari baru bisa merebahkan diri dengan cantik.

Selama dua bulan beradaptasi saya sempat jatuh sakit dua kali, Alhamdullilah...saat benar-benar harus rest sampai job lewat, bayi kecil saya tidur apik sehingga saya bisa rest sampai sehat kembali. Eh, jadi bleber kemana-mana ya, mari kita lanjutkan proses saya melahirkan anak ke lima kemarin. Setelah tiba di rumah sakit pembukaan belum juga lengkap. Mulas belum juga jelas, sementara hari semakin beranjak siang...

Oya, sebelum melanjutkan membaca artikel ini, jangan lupa baca dulu artikel sebelumnya: Lahiran Normal Di Usia 41 tahun : Menunggu Pembukaan
January 03, 2019 36 komentar


Masalah Kulit Di Usia 40-an




Menjelang usia 40-an tahun kekencangan dan kekenyalan kulit berkurang, hal ini disebabkan kolagen pada kulit berkurang karena hormon estrogen dan progesterone menurun.

Kalimat di atas diucapkan seorang ahli dibidangnya, dan  karena berkurangnya kolagen ini menyebabkan berkurangnya kelembaban kulit, kulit mudah kering dan menebal. Belum lagi jika pola hidup yang dijalaninya tidak sehat, seperti sering tidur larut malam, kurang konsumsi air putih dan sayur, sering dilanda stres atau tekanan psikis. Termasuk hal-hal buruk di bawah ini:

Hal yang memicu masalah kulit wajah:

1. Radikal bebas seperti debu, polusi udara, asap rokok, dan lain-lain
2. Konsumsi obat-obatan dalam jangka panjang
3. Paparan sinar UV di siang hari secara terus-menerus

Dan, saya yang termasuk bagian dari wanita usia 40-an membaca paparan di atas langsung termenung di depan  cermin, apalagi baru saja saya melahirkan baby Binar. Selama kehamilan tanpa perawatan wajah karena takut memakai bahan kecantikan yang imbasnya ke janin tidak baik, lalu tidur larut malam sejak melahirkan, psikis yang dikuras selama pasca melahirkan akibat hormon dan kecapekan.

Lihatlah! Selain faktor usia, faktor di atas yang saya sebutkan menambah barisan bintik hitam, kerut halus, dan kusam di wajah. Tapi mau mulai perawatan apa masih gamang karena sebagai busui juga tidak boleh asal menggunakan perawatan wajah, karena ada yang imbasnya ke ASI tidak baik. Masa selama masa menyusui dua tahun saya tidak menggunakan perawatan wajah sama sekali?

Usia yang terus berjalan bisa-bisa menghempaskan kecantikan saya, hahaha. Setidaknya memiliki wajah yang fresh, sehat, total jenderal terlihat glowing buat seorang wanita itu goals banget, kan? Apapun bisa dilakukan demi itu, tetapi buat saya tetap harus memperhatikan sisi kesehatan prodak yang digunakan. Setuju?
December 31, 2018 40 komentar


Benarkah Di Rumah Aman Dari Radikal Bebas?


Air Hidrogen

Membahas soal air, pernahkan terlintas seberapa bagus air yang kita asup sehari-hari di rumah? Dan, tahukah ada air super antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas? Baiklah, mungkin sebagai ibu rumah tangga yang sehari-hari di rumah, jarang melakukan perjalanan di luar , begitu juga dengan anak-anak yang lebih sering berada di lingkungan sekolah yang tidak jauh dari rumah, yang hanya bermain di sekitar rumah. Kita berpikir cukup aman dari serangan radikal bebas.

Karena radikal bebas identik dengan lingkungan yang berpolusi seperti jalan raya dengan debu dan asap knalpot, lingkungan dekat pabrik yang mengeluarkan asap dan limbah, paparan sinar UV. Padahal sesungguhnya radikal bebas tidak hanya bersumber dari itu, radikal bebas juga bisa menyerang tubuh kita akibat stres dan stres ini rawan dialami ibu rumah tangga loh. Selain stres asap rokok dari lingkungan yang merokok, banyak bapak-bapak di Indonesia yang masih ketergantungan dengan rokok dan asapnya imbas kemana-mana.

Bahaya radikal bebas jika menyerang tubuh kita terus-menerus bisa menyebabkan berbagai macam gangguan seperti penyakit kronis, kerusakan DNA, kerusakan sel jaringan tubuh. Ih, seram banget kan? Apalagi sebagai ibu rumah tangga dengan 4 anak dan setumpuk pekerjaan sebagai freelancer, stres kadang mampir membuat saya sakit kepala, merasa jenuh. Tidak hanya saya yang terancam kena radikal bebas, suami yang banyak mobile di luar dengan kendaraan bermotor dan hobby cemilan gorengan pinggir jalan, anak-anak yang kerap main di lapangan dan terpapar sinar UV di siang hari.

Anak-anak yang sehari-harinya sekolah dan bermain ini juga harus waspada dengan radikal bebas, karena mereka banyak terpapar sinar UV dan mengasup softdrink yang dijual bebas, sering tanpa pengawasan orangtua. Apalagi jajanan warung yang murah meriah itu banyak sekali menjajakan softdrink yang menggiurkan, sehingga tidak jarang banyak anak-anak yang ditemukan dengan penyakit berbahaya seperti gagal ginjal, kanker.
December 28, 2018 33 komentar


Sepotong Kisah Tentang  DUNIAENI.COM



Bulan Desember 2018 tepat 3 tahun usia www.duniaeni.com , masih seusia anak-anak batita. Tetapi jika dihitung dalam hal bisnis, Alhamdullilah sudah menghasilkan rejeki yang wajib disyukuri. Karena dengan memberdayakan blog ini, sebagai ibu  rumah tangga (IRT) saya mampu menghasilkan materi untuk menambah porsi keuangan rumah.

Jika mengingat ke belakang sebelum punya domain sendiri, blog saya menggunakan nama www.cahayakayangan.blogspot.com selama 5 tahun. Waktu itu blog hanya sebagai wadah bercerita hal-hal personal, mulai dari cerita tentang anak-anak hingga karya novel-novel saya. Itu pun  tidak diisi dengan rutin, saya lebih fokus menulis di dunia nyata dalam bentuk novel, sesekali buku nonfiksi.

Saat itu sebenarnya dunia blogger cukup semarak, teman-teman penulis banyak yang terjun juga ke dunia blogger, hanya saya belum tertarik. Masih asyik berkutat menulis novel, hingga lahir Pendar saya mulai berhenti menulis novel. Sebab menulis novel membutuhkan waktu dan fokus yang tidak sedikit, kehilangan  kakaknya Pendar yaitu alm Gibran membuat saya tidak ingin jauh dari Pendar. Perlahan dunia menulis novel mengabur dalam keseharian saya.

Hingga Pendar usia 1 tahun, seorang teman penulis yang juga blogger menyarankan saya untuk terjun ke dunia blogger. Menjadi blogger dengan menulis liputan, review atau endors di blog tidaklah seberat menulis berlembar-lembar novel, hal ini tentu lebih ringan disambi mengasuh anak.
December 23, 2018 8 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose