Saat
Covid 19 ditemukan di Wuhan, China dan menyerang orang-orang Wuhan seperti
moster siluman yang tidak tampak, tapi pasti. Korban berjatuhan, Kota Wuhan
ditutup, China menjadi begitu panik. Sungguh, saat itu saya tidak bisa
membayangkan seperti apa Wuhan, bagaimana kepanikan warganya. Terlebih ketika
Wuhan dilockdown, ditutup semua akses keluar dan masuknya. Saya takut walau
sedikit saja membayangkan berada di dalamnya.
Tapi
mau bagaimana lagi, karena pemandangan yang disuguhkan di media-media online,
maupun di televisi, keadaan Wuhan sungguh mencekam. Orang yang terjatuh
tiba-tiba di jalan, petugas-petugas di jalan yang menggunakan baju serba
tertutup, pembangunan rumah sakit spesial pasien Covid 19, dan bertumpuknya pasien
Covid 19. Sungguh tidak berpikir Indonesia akan mengalami Covid 19 singgah dan
menjadi moster yang menakutkan. Sama sekali tidak pernah.
Bahkan
ketika Covid 19 melanda negara-negara lain, saya tidak bermimpi akan singgah di
Indonesia. Setiap menyimak berita beberapa negara yang dilanda Covid 19 seperti
Iran, Italy, Jepang, saya menjadi lega karena Indonesia tidak tercatat sebagai
negara yang disinggahi Covid 19. Meski agak terheran-heran, apa yang membuat
Indonesia tidak disinggahi Covid 19.
Namun
saya dan teman-teman sudah mulai hati-hati untuk tidak sembarangan di tempat
umum tanpa mengenakan masker. Mulai ngeri tidak cuci tangan sehabis menyentuh
benda-benda di tempat umum seperti pegangan besi di kereta, pegangan tangan di
tangga jalan. Karena sejujurnya, saya sering tidak cuci tangan langsung megang
makanan dan hap (Duh, jangan ditiru, meski tidak ada Covid 19)