Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log


Bicara tentang sekolah, pasti merupakan sesuatu yang tidak lagi dianggap remeh, sekedar memasukkan anak ke sekolah, sekedar tuntas kewajiban menyekolahkan anak. Terlebih saat ini semakin meruyak efek dari pergaulan di sekolah yang salah, efek dari pendidikan yang hanya konsen pada materi teori-teori pelajaran umum. Saya pribadi merasa sangat prihatin dan miris dengan beberapa kondisi lingkungan sekolah saat ini yang melahirkan generasi muda bermasalah.

Sehingga mencari sekolah untuk anak-anak menjadi PR penting bagi orangtua, apalagi saat ini banyak sekali lembaga swasta yang menawarkan sekolah dengan beragam fasilitas yang menarik. Namun penting tetap mempelajari akan kualitasnya lebih jauh, seperti bagaimana sistem mengajarnya, guru-gurunya, nilai-nilai keagamaan yang ada, dan lain sebagainya. Sehingga anak-anak dapat bersekolah tidak sekedar pintar, tetapi juga memiliki karakter dan norma-norma yang baik.

Dan, kemarin tanggal 9 April 2019 saya berkesempatan untuk hadir di acara Forum On Islam Education and Global Peace yang diadakan oleh KLIS di Ballroom Lantai 5, K-Link Tower, Jakarta Selatan. Dalam acara ini membuat saya jadi tahu kalau teryata Klink meluncurkan sekolah bertaraf Internasional yakni KLIS. Untuk lebih jelasnya lanjut baca habis artikel ini ya, semoga bermanfaat.
April 11, 2019 25 komentar


"Ibu, Abang boleh main hujan-hujanan sebentar aja?"
"Gak boleh, nanti Abang batuk pilek gimana?
"Ibu, Abang boleh pegang kucing?"
"Gak boleh, bulunya berbahaya. Apalagi kucing liar,  kotor."
"Ibu, Abang boleh main siang-siang di luar?"
"Gak  boleh, panas, nanti Abang hitam."

Jangan Asal Bilang 'Tidak Boleh' Pada Si Kecil

Keeanu anak Mama Nunu

Ups! Benar gak sih, para ibu-ibu sering banget bilang 'Gak boleh', ketika si Kecil ijin sesuatu seperti contoh di awal tulisan saya ini? Itu baru tiga permintaan si Kecil yang sebenarnya masih banyak lagi, dari mulai main tanah, main air, dan lain sebagainya. Dimana kita sebagai ibu-ibu berpikir itu gak boleh, alasannya kira-kira apa ibu-ibu kalau kita bilang 'Gak boleh'?

Alasannya seperti yang saya tulis itu ya, yang nanti sakit, nanti kotor, dan lain-lain. Tapi sebenarnya betul gak sih, kita melarang si Kecil seperti itu? Terus-terang saya pun sering sekali mengatakan 'Gak boleh' ketika Abang Pendar (4.5 tahun) ijin untuk melakukan ini-itu. Dia tidak pernah putus asa untuk meminta ijin ini-itu setiap hari, bahkan kadang melanggar larangan saya seperti ijin main air.

Padahal saya melarang karena malas membersihkan lantai yang kotor oleh air, efeknya Abang Pendar malah jadi anak pembangkang melanggar larangan saya. Dududu, berarti apa yang saya katakan tidak benar atau tidak tepat seperti dikatakan oleh Drs. Hendra Jamal, M.Si, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Kesejahteraa Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia saat saya hadir di acara Dancow Advanced Excelnutri+ Merayakan Kesuksesan Gerakan '1 Juta Iya Boleh' dan Luncurkan Modul 'Iya Boleh' Untuk Anak Unggul Indonesia, 6 April 2019  di Citos:




 "Orangtua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter generasi mendatang."

Lalu apa yang sudah saya lakukan sebagai ibu, melarang anak melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan tahap keingintahuan mereka. Melarangnya karena sebenarnya saya malas membersihkan efek dari apa yang dilakukan anak seperti lantai yang kotor, kecemasan yang berlebihan seperti bulu kucing liar yang kotor, terik matahari yang membuat kulitnya hitam, main air hujan yang bisa menyebabkan batuk pilek.

Padahal sebagai orangtua kita tidak boleh asal melarang apa yang anak lakukan atau anak ingin lakukan. Kata Prof. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si,  ada saatnya orangtua mengatakan tidak boleh pada anak, tapi dalam kondisi yang tepat karena memang berbahaya bagi anak. Itu pun diungkapkan orangtua dalam bahasa yang tepat, bukan langsung mengatakan 'Tidak boleh' atau 'Gak boleh'.

Sukses deh saya banyak salah dalam mendampingi anak-anak selama ini,  bagaimana dengan ibu-ibu? Apakah sama seperti yang saya alami?

Rayakan Kesuksesan Gerakan '1Juta Iya Boleh'

Mulai Biasakan Ucapkan 'Iya Boleh' Ke Si Kecil



Makanya senang banget bisa ikut hadir di acara Dancow Advanced Excelnutri+ Merayakan Kesuksesan Gerakan '1 Juta Iya Boleh' dan Luncurkan Modul 'Iya Boleh Untuk Anak Unggul Indonesia ini. Sayang, Abang Pendar  tidak jadi ikut karena malamnya demam dan paginya harus istirahat. Jadi deh saya datang tanpa Si Kecil, untung ada Keenu atau yang biasa saya panggil 'Embul', anak Mama Nunu yang menghibur hati, hehehe.

Acara Dancow kali ini menghadirkan para narasumber yang senior-senior di bidangnya seperti Prof. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si, Prof.Dr.dr.Saptawati Bandosono, M.Sc, Psikologi Ratih Ibrahim, jadi materi yang disampaikan sungguh bermanfaat sekali untuk disimak para undangan yang mayoritas ibu-ibu seperti saya, yang mungkin saja tidak menyadari sering berkata 'Tidak boleh' atau 'Gak boleh'. Kalimat yang justru membatasi, bahkan  menghalangi tahap eksplorasi si Kecil.

Gerakan 'Iya Boleh' yang dikampanyekan Dancow memang bertujuan untuk mendukung pentingnya orangtua memahami tahap eksplorasi dan sosialisasi si Kecil agar dapat tumbuh berkembang menjadi Anak Unggul Indonesia. Lydia Sahertian, Brand Manager Dancow Advanced Excelnutri+ mengatakan, "Sebagai mitra terpercaya orangtua, Dancow Advanced Excelnutri+ sennatiasa mengedukasi dan mendorong para  orangtua Indonesia untuk berkata 'Iya Boleh' demi mendukung si Kecil bebas bereksplorasi dan mengembangkan potensi mereka."



Jadi membiarkan anak bereksplorasi untuk mengembangkan potensi mereka, jika apa-apa kita larang maka segala hal yang sebenarnya menjadi potensi mereka tidak berkembang dengan baik. Coba ingat kembali masa  kecil kita, saya ingat betul kedua orangtua saya membiarkan saya bermain tanah dan menjadikan media tanah sebagai adonan dodol. Saya berimajinasi menjual dodol, meniru pedagang dodol yang mengadoni dodol.

Saya juga dibiarkan berguling-guling di padang rumput saat hujan deras, merasakan tetes air dan rerumputan di kulit saya. Saya diijinkan mencari ikan-ikan kecil di selokan, merasakan bagaimana gembiranya menangkap ikan, dan ketika dewasa semua itu membuat saya mudah berimajinasi untuk dituangkan ke dalam bentuk novel, saya tumbuh menjadi penulis novel. Coba, kalau saja dulu saya tidak dibiarkan bereksplorasi, maka bisa saja saya kurang peka dan  kesulitan berimajinasi untuk menulis. Lalu mengapa sekarang saya jarang berkata 'Iya Boleh' kepada anak saya?

"Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila generasi muda dalam usia prroduktif saat itu tidak memiliki kecakapan dan karakteristik yang unggul. Menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtua untuk mempersiapkan anak-anak dengan berbagai kecakapan yang sesuai dengan perkembangan zaman, juga membekali mereka dengan karakter yang kuat agar dapat membawa Indonesia semakin maju." ucapan Ratih Ibrahim ini membuat saya semakin menyadari kekeliruan sering mengatakan 'Gak boleh' ke Abang Pendar.

Jadi kangen Abang Pendar yang tidak bisa ikut menemani ibu, apalagi di acara Dancow ini terdapat 5 area bermain yang merupakan area yang mewakilkan potensi anak unggul Indonesia yakni Berani, Cerdas, Kreatif, Peduli, dan Pemimpin. Akhirnya saya menemani Embul bermain perosotan di area Berani.

Sebagai contoh anak unggul Indonesia, Dancow menghadirkan penyanyi cilik Maisha Kanna atau biasa dipanggil Mimi yang juga pemain film anak berjudul 'Ku Lari ke Pantai'. Mimi membawakan lagu 'Ibuku Cantik' dan 'Selamat Pagi'. Gaya bernyanyinya mengingatkan saya dengan penyanyi cilik yang kini sudah menjadi gadis dewasa, Sherina Munaf. Kesuksesan Mimi ini tentu karena peran penting orangtuanya, dimana Ibu Mimi bercerita kalau dia  selalu berusaha mengatakan 'Iya Boleh' anaknya mencoba segala hal selama itu positif.

Dan ternyata nih, dalam jangka waktu  dua bulan sejak diluncurkan Gerakan '1 Juta Iya Boleh' dari Dancow Advanced Excelnutri+ telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta 'Iya Boleh' dari orangtua di seluruh Indonesia. Alhamdullilah, berarti orangtua sudah semakin paham pentingnya mendukung eksplorasi dan sosialisasi si Kecil.

Luncurkan Modul 'Iya Boleh' Untuk Anak Unggul Indonesia

Sebagai penutup acara pun diluncurkan modul 'Iya Boleh' yang disambut dengan meriah sekali. Modul ini dibuat oleh tiga pakar:




1. Prof. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si
2.Prof.Dr.dr.Saptawati Bandosono,M.Sc
3. Psikologi Ratih Ibrahim

Modul ini membahas tentang Nutrisi, Stimulasi, dan Cinta yang merupakan 3 pilar utama dalam membentuk  anak unggul Indonesia.

Pakar nutrisi Prof.Dr.dr.Saptawati Bandosono,M.Sc mengatakan bahwa ketika anak bereksplorasi, ada banyak tantangan penyakit yang mungkin bisa mengganggu, seperti infeksi saluran pernafasan dan diare. Hasil riset menunjukkan 41.9% anak Indonesia sering terkena diare. Oleh karena itu anak harus mendapatkan nutrisi dan perlindungan yang tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan asupan probiotik seperti Lactobacillus rhamnosus yang telat teruji klinis dapat membantu menurunkan risiko infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran cerna, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Sementera stimulasi yang baik untuk anak adalah membiarkan anak bereksplorasi, tentu saja seperti yang dikatakan Prof. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si, si Kecil tetap perlu didampingi seperti mengenal gadget. Perbolehkan, tapi didampingi dan hanya boleh paling lama anak beriteraksi dengan gadget, televisi, total sehari selama 2 jam, selebihnya anak harus beraktifitas. Dan cinta, anak-anak dibesarkan butuh cinta dengan banyak memeluk dan menciumnya.


Bagaimana ibu-ibu tertarik dengan modul 'Iya Boleh' untuk anak unggul Indonesia? Bisa didownload gratis loh di sini. Yuk, mari menjadi bagian dari ibu yang mendukung '1 Juta Iya Boleh'.

April 10, 2019 29 komentar


Tanggal 18 Oktober 2018, saya melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik dengan nama Binar Cahaya Khadijah, dan kami memanggilnya Binar. Meski anak kelima rasa bahagia memiliki seorang bayi tetap sama, termasuk juga rasa cemasnya. Karena seorang bayi baru lahir kondisinya sangat rentan sekali, apalagi saya pernah memiliki pengalaman pahit kehilangan anak ketiga.

Maka perhatian saya terkadang ekstra, termasuk ketika banyak teman-teman yang datang menjenguk, pasti saya wanti-wanti jika dalam keadaan tidak sehat seperti sedang flu, batuk, sebaiknya tunda dulu untuk datang menjenguk Binar. Tidak hanya soal tertular penyakit flu, batuk, soal cara merawat kulit juga bikin dag-dig-dug loh.

Karena begitu bayi terlahir pasti akan melewati tahap perubahan kulit yang berbeda-beda. Ketika lahir mulus, berapa hari kemudian keriput, lalu terkelupas. Setelah beberapa hari terkelupas, kemerahan, baru normal lagi. Tetapi ada juga yang prosesnya bikin khawatir seperti yang dialami bayi teman saya, kulitnya muncul bintik merah mirip cacar air.

Alhamdullilah, anak-anak saya atau kakak-kakaknya Binar melewati tahap perubahan kulitnya tidak terlalu parah. Rata-rata kulit mereka begitu lahir mulus, lalu terkelupas mulai dari pipi, tangan, kaki. Perlahan-lahan setelah beberapa hari akan mulus kembali, kondisi perubahan ini yang perlu diperhatikan karena kalau tidak hati-hati bisa menyebabkan kulit bayi mengalami iritasi atau kemerahan. Terutama jika kulitnya termasuk jenis sensitif.

Kenapa saya  begitu khawatir dengan kondisi kulit bayi baru lahir? Selain dag-dig-dug melewati tahap perubahannya, karena ternyata kulit memiliki fungsi penting dalam tubuh manusia loh. Tidak sekedar membuat tubuh terlihat indah dengan tampilan kulit yang mulus.
December 16, 2018 32 komentar



Seorang Ibu Selalu Belajar Tentang Si Kecil

Sebagai ibu menghadapi tumbuh kembang anak-anak bukan soal mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang sangat sulit sekali. Karena kita bisa belajar baik dari pengalaman menghadapi langsung hingga belajar dari yang lebih tahu. Saya sendiri belajar dari keduanya sejak anak pertama hingga kini lahir anak ke lima. Meski sudah memiliki anak sebanyak itu, tetap menghadapi tumbuh kembang anak membuat saya mengalami tahap panik. Kenapa?

Karena setiap anak berbeda, sebagai contoh anak pertama saya, Lintang sudah bisa berjalan ketika usianya 9 bulan, sementara adiknya, Pijar baru bisa berjalan lancar ketika berusia 13 bulan. Pola makan Lintang lancar, tetapi Pijar sempat mengalami picky eaters atau kesulitan makan yang membuat saya senewen. Alhamdullilah, tidak berlanjut lama.

Namun Lintang sempat mengalami masalah dengan pencernaannya, ketika dia bayi beberapa kali mengalami diare dan ketika dia balita sempat berkali-kali mengalami sembelit. Padahal dia termasuk balita yang tidak pilih-pilih makanan. Bagaimana saya tidak dibuat pusing?

Belum lagi ketika keduanya bertumbuh semakin besar, Lintang merupakan gadis kecil yang moody, perasaannya mudah berubah-berubah dan cenderung lebih mudah 'ngambek' ketimbang Pijar. Pijar lebih ceria,  mudah berteman dengan siapa saja sehingga setiap diajak ke taman bermain selalu mendapat teman baru.

Belajar dari anak pertama dan kedua, Alhamdullilah Pendar mengalami tahap berjalan seperti Lintang, tahap makannya lancar, dan dia termasuk anak yang ceria, tidak mudah sakit, dan empatinya tinggi. Setiap saya sedang sedih, dia akan bertanya dengan ekspresi wajah yang penuh perhatian: "Ibu kenapa?"

Benarkah setiap anak berbeda karena karakternya memang berbeda-beda? Karena tumbuh kembang masing-masing anak memang tidak sama?

Setiap anak memang berbeda, tetapi ternyata kita bisa selain menstimulasi, memberi asupan yang terbaik agar mereka tumbuh kembang dengan maksimal. Kok bisa? Karena perut berperan sangat penting loh, makanya pencernaan yang bermasalah akan menyebabkan banyak hal negatif dalam tumbuh kembang si Kecil.
December 15, 2018 22 komentar


Sumber foto: Unsplash 

Ibu-ibu jangan bosan ya kalau membaca blog saya tahun ini penuh dengan  tulisan tentang ibu hamil dari mulai trimester pertama hingga trimester akhir. Mungkin juga tulisan saya jadi sedikit banyak keluhan, baperan, segala hal yang bisa dipengaruhi hormon kehamilan, hehehe. Tapi Insaallah tujuan saya hanya sekedar sharing, Alhamdullilah jika bermanfaat.

Kali ini saya akan sharing  tentang persiapan bersalin, ternyata untuk persiapan bersalin tidak perlu terlalu berlebihan. Meski tetap tergantung dimana tempat kita bersalin, karena setiap tempat bersalin memberikan fasilitas yang berbeda-beda.

Waktu melahirkan Lintang dulu di Puskesmas fasilitas yang diberikan untuk bayi tidak ada, sehingga dari awal kelahiran hingga pulang keperluan bayi harus kita bawa sendiri. Dari pengalaman ini saat melahirkan Pijar di Rumah Sakit Prikasih, saya membawa banyak perlengkapan bayi dengan perkiraan  menginap dua malam. Hasilnya?

Bendungan&perlengkapan lain disediakan rumkit

Perlengkapan bayi lengkap hanya dipakai saat kami pulang, selebihnya rumah sakit yang menyediakan perlengkapannya, seperti bedongan, baju bayi, popok, diapers, kebutuhan alat mandi. Kan, kalau begini bikin berat bawaan saya, hehehe.




Bayangin aja, saya bawa popok, baju bayi, gurita bayi, bedongan, masing-masing setengah lusin, satu set perlengkapan mandi bayi, selimut, dan banyak lagi. Lalu begitu bayi lahir tak satu pun dipakai, hanya saat pulang diminta perlengkapan bayi untuk pulang. Itu pun hanya satu set pakaian, satu bedongan, sudah. Satu tas besar buntelan perlengkapan  bayi terogok di kamar, siap dipanggul suami, wkwkkw.
October 08, 2018 13 komentar


Lintang&Pijar

Bumil pernahkah bertanya di dalam hati atau kepada pasangan tentang sejauh mana si Kecil siap menjadi kakak? Atau mungkin bumil sudah bertanya langsung kepada si Kecil tentang kesiapannya menjadi sorang kakak? Pasti jawaban si Kecil bermacam-macam deh, ada yang bilang 'Aku tidak mau jadi kakak', ada yang justru tidak sabar akan menjadi kakak.

Pertanyaannya, benarkah si Kecil siap menjadi kakak?

Dari pengalaman saya, jawaban si Kecil ini tentu saja tidak sesuai dengan praktek di lapangan. Banyak sekali tantangan mempersiapkan si Kecil menjadi kakak yang sesungguhnya. Hal ini baru akan terpampang nyata setelah bumil melahirkan seorang adik bagi si Kecil. Benar-benar nyata penuh tantangan ya, hehehe.
September 17, 2018 53 komentar


Aktifitas Bumil Sebagai Blogger

Hamil anak ke 5 saya aktif sebagai blogger

Meski kondisi hamil, saya terbiasa aktif dengan berbagai kegiatan selain sebagai ibu rumah tangga. Namun untuk kehamilan ke lima ini berbeda, jika kehamilan sebelumnya saya aktif mengurus rumah, anak-anak, menulis buku, dan online shop, maka untuk kehamilan kali ini saya aktif sebagai blogger.

Kegiatan ibu rumah tangga, menulis buku dan online shop tidak membuat saya banyak keluar rumah atau aktif di luar rumah. Hanya sesekali saja karena semua bisa dikerjakan di rumah. Otomatis kehidupan saya lebih sehat dibanding saat ini, loh kok?

Tahu gak sih, mengambil aktifitas sebagai freelancer yakni blogger tidak hanya sibuk menulis di rumah, tetapi juga banyak menghadiri even. Dalam seminggu bila sedang banyak even yang memakai jasa saya sebagai blogger, meliput dan menuliskannya ke dalam media sosial seperti instagram, twitter, dan blog pribadi, bisa 3-4 kali even yang harus saya hadiri.

Lokasi even yang dikunjungin beragam, dari yang lumayan dekat hingga lumayan jauh. Karena lokasi saya tinggal di Depok maka saya menggunakan jasa transportasi umum ojek online (ojol) dan commuterline., dengan urutan rute dari rumah ke stasiun menggunakan ojol, lalu commuterline dan lanjut ke tujuan dengan ojol kembali.

Tahukan apa yang menjadi tantangan buat bumil menghadapi perjalanan ini?

Tentu saja yang paling hebat adalah polusi udara, terlebih saya banyak mengadakan perjalanan ke Ibu Kota Jakarta yang paparan polusinya tidak lagi ramah. Saat mengendarai ojol, debu, polutan, asap kendaraan, langsung menyerap melalui pernapasan dan por-pori. Ditambah pekerjaan sebagai blogger akrab banget sama dateline, even beruntun bisa dipastikan dateline berbaris cakep bikin begadang dan stres. Padahal semua itu tidak boleh terjadi pada bumil dong. 

Mari kita bayangkan seperti apa bahaya paparan polusi lingkungan, gaya hidup tidak sehat, dan stres bagi ibu hamil...
August 31, 2018 35 komentar

Apakah mengalami kesulitan meminta anak menggosok gigi? Ada saja alasannya, yang lupa, yang sakit gigi, yang ini-itu. Percaya gak, kalau itu semua adalah kesalahan kita sejak awal?

Ini saya alami loh, anak kedua saya, Pijar (9 tahun) termasuk anak yang agak sulit gosok gigi, alasannya selalu LUPA. Begitu keluar kamar mandi saya tanya, "Mas sudah gosok gigi?", maka dia akan nyengir dan bilang, LUPA. Ini sering sekali terjadi, kecuali saat masuk kamar mandi saya sudah mengingatkannya untuk gosok gigi. Itu pun sesekali dia langgar, fiuuh.

Pendar

Terbalik dengan Pendar yang rajin betul gosok gigi, setiap mandi dan mau tidur, bahkan bangun tidur dia minta gosok gigi. Padahal usianya baru 3.9 tahun, tetapi kesadarannya untuk gosok gigi mengalahkan kakaknya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
August 27, 2018 18 komentar


"Bumil aktif terus nih, salut."
"Wah, bumil energik dan keliling terus."
"Mba Eni, hamil di usia berapa sih, kok kayak gak hamil. Masih kuat kemana-mana?"
Berbagai pertanyaan di atas masih banyak lagi, padahal banyak ibu hamil bekerja yang aktif dan cuti setelah kehamilannya berusia 8 bulan. Mereka bekerja setiap hari kecuali weekends, dibanding saya yang hanya freelancer. Bekerja tidak full dalam seminggu, sesekali saja berturut-turut ketika jarak tempuh dan waktunya tidak lama.

Sebagai freelancer saya bekerja hanya setengah hari, itu pun naik-turun taksi online, commuter line, kadang diantar suami. Jadi saya gak sesetrong yang kalian lihat hehehe, namun Alhamdullilah sekali kehamilan ke lima di usia 40 tahun ini diberi kesehatan oleh Allah SWT. Meski ada gangguan wasir masih bisa menjalani kewajiban bekerja dan juga mengurus anak (kerjasama dengan suami sih).
August 21, 2018 35 komentar

Anak saya tidak cerdas?

"Adik itu cerdas banget. Di sekolah selalu berangking, nilai matematikanya di atas delapan semua, beda banget sama Kakaknya. Kakak biasa saja, pelajaran sekolahnya standart banget, belum pernah dapat rangking."
Pernah dengan ucapan seperti di atas gak? Atau mngkin kita bagian dari orangtua yang pernah bicara seperti itu? Ucapan di atas saya kutip dari seseorang yang saya kenal dekat, padahal si Kakak jago main musik hingga beberapa kali juara. Tetapi memang dia tampak pasif dengan pelajaran di sekolah, bahkan nilai rapotnya sangat minim sekali.

Meski ucapan di atas tidak menyebut kata 'tidak cerdas' untuk si Kakak, tetapi sudah mempertegas bahwa adik anak cerdas. Sebenarnya masyarakat kita masih rancu dalam memandang anak cerdas atau tidak cerdas, mereka terbiasa menilai cerdas dari pelajaran sekolah, dari nilai sekolah, dari prestasi atas pelajaran dan nilai-nilai itu.

Sebagai ibu empat anak (satu alm), anak-anak saya memiliki kebisaan atau kecerdasan yang berbeda-beda sekali. Mba Lintang sudah bisa membaca sendiri sejak usia 5 tahun, mahir menggunakan komputer dan aplikasinya hanya dengan melihat saja. Kelas 1 SD dia sudah bisa membuat vidio dengan backsound musik yang apik dan pas.


Saya ibu 4 anak (1 alm)

Sementara Mas Pijar sejak kecil tidak tertarik komputer, hanya suka bermain dan ketika masuk sekolah SD meski melalui pendidikan PAUD, TPA, TK, Mas Pijar mengalami kesulitan untuk membaca. Kelas 1 SD dia masih mengeja, hingga kelas 2 SD cara membacanya baru mulai lancar. Dalam perkembangannya Mas Pijar ternyata lebih suka olahraga sepak bola, dia aktif dan ikut kejuaraan sepak bola.
Pijar bersama salah satu pemain TIMNAS
Saya dan suami sempat berpikir kalau Mba Lintang lebih cerdas dari Mas Pijar. Apalagi keluarga besar kami juga memiliki pemikiran #AnakCerdasItu anak yang berprestasi di sekolah. Bahkan ketika saya kecil selalu dipuji anak cerdas dan kakak saya kurang cerdas hanya karena di rapotnya nilai matematika selalu merah.  Saat dewasa ternyata kakak saya menjadi seorang pelukis.
August 12, 2018 16 komentar
sumber gambar: gambar gratis


Pada artikel sebelumnya Ibu Hamil Dilarang Makan Seafood? Maka pada artikel kali ini saya akan mengulas seafood apa saja yang aman dikonsumsi ibu hamil. Karena bagaimana pun juga kandungan nutrisi dalam seafood sangat bagus untuk ibu hamil.

Dari sebuah sumber sebenarnya seafood aman dikonsumsi saat sedang hamil di atas semester pertama dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kandungan merkurinya sangat rendah dan dikonsumsi terbatas sesuai anjuran ahli medis ibu hamil.
2. Mengolah seafood dengan  tingkat kematangan yang cukup. Terutama untuk kerang, remis, tiram, dimasak dalam suhu 63 derajat celcius.
3. Pilih ikan yang kecil, karena ikan besar potensial terpapar merkuri tinggi.

Gampang-gampang susah ya, buat yang tidak menggemari seafood mungkin hal biasa jika harus berpuasa seafood. Tetapi untuk penggemar seaafood, bisa jadi siksaan tersediri, hehehe. Sebenarnya sih bukan soal suka tidak suka, seafood sesungguhnya mengandung nutrisi yang amat bagus untuk ibu hamil.

Seafood mengandung DHA yang berperan untuk mencegah terjadinya keguguran, juga EPA yang  berfungsi untuk membentukan sel darah, organ jantung yang bermanfaat untuk ibu hamil dan memperkuat sistem imun pada janin dalam kandungan. Karena itu seafood sangat baik untuk bumil, hanya saja akibat pencemaran laut dan sungai, kandungan  merkuri, membuat seafood jadi sedap-sedap ngeri dikonsumsi oleh ibu hamil.
August 12, 2018 4 komentar


"Kemungkinan tumor atau sebaiknya ibu periksa ke dokter ahli bedah."
Jleb! Dunia serasa berhenti berputar, saya hanya bisa diam terpaku menatap dokter muda di depan yang mengucapkan kalimat di atas dengan ringan. Tumor di payudara? Rasanya mimpi pun tidak. Semua perempuan tahu organ satu itu adalah berkah kehidupan seorang ibu bagi anaknya, juga merupakan organ yang menjadi momok perempuan sedunia sangat riskan terkena tumor atau pun kanker.

Selesai terpaku, lalu menangis sejadi-jadinya. Pengobatan pun dimulai dari minum herbal sampai bekam, tapi benjolan kecil di payudara kiri yang kadang sakit, kadang tidak itu tetap masih ada. Hingga lahir anak kedua, menjadi bengkak padahal rajin menyusui. Karena tidak tahan, akhirnya saya ke dokter ahli bedah di Fatmawati.

Antri bersama berpuluh-puluh wanita yang bercerita tentang penyakit mematikan di payudaranya. Melihat mereka yang semangat, yang patah arang, yang pucat pasi karena baru mengetahui terindap penyakit kanker payudara. Hati saya nano-nano banget, menunggu giliran masuk ruang dokter ahli bedahnya berasa berabad-abad.

Mana barisan pasiennya membuat batin saya drop, mereka berbagi cerita bagaimana sakitnya. Saya bahkan masih ingat, ada yang bilang seperti dijapit kepiting. Ya Allah, ringankan beban mereka, jerit saya dalam hati. Waktu itu Pijar masih menyusui, bersama Lintang dan Ayahnya ikut menemani saya antri menuju ruang dokter bedah yang menguras kesabaran.

Tiba giliran saya, suami terpaksa tidak bisa ikut masuk karena Lintang dan Pijar dilarang masuk, jadi harus menjaga anak-anak. Sumpah, saya ngeri, gemetar masuk ke ruang dokter. Seorang dokter setengah baya menanyakan keluhan saya, langsung tumpah cerita dari bibir saya tanpa jeda. Lalu saya diminta membuka bra, dan payudara saya diceck hanya dengan disentuh, pecahlah tawa si dokter.

"Ibu masih menyusui ya?"
"Iya, Dok..."
"Ini ASI yang membeku terlalu lama, bukan sesuatu yang berbahaya." Tanpa pemeriksaan lebih lanjut, saya hanya diberi resep yang apabila obat tersebut sudah habis dan masih sakit, maka saya harus kembali. Jika tidak, tidak perlu kembali.
Saya hanya bengong. Heran ternyata hanya begini ngececknya setelah saya menderita bertahun-tahun, ketakutan, nangis-nangis, apa si dokter bisa dipercaya? Tapi di satu sisi saya bahagia luarbiasa mendengar itu hanya ASI. Maka saya keluar ruangan dokter dengan senyum lebar, sepanjang jalan saya merasa dada ini longgar luarbiasa. Singkat cerita, sembuhlah benjolan kecil di payudara saya, hilang. ASI yang membeku terlalu lama karena tidak ditangani dengan baik itu, ternyata sudah menyiksa perasaan saya.

Nah, ini  kisah saya 9 tahun lalu karena ketidaktahuan saya akan ASI, dan  mungkin begitu banyak ibu di dunia ini yang juga masih minim pengalaman tentang ASI. ASI sepertinya sederhana, menyusui bayi dari payudara ibu langsung yang konon ketika habis melahirkan, otomatis sepaket ada gudang susu di payudara ibu. Namun dalam prakteknya tidak demikian, ada banyak drama ASI yang membuat seorang ibu cemas, emosi, down, seperti yang saya alami di atas.
August 08, 2018 18 komentar


Kesalahan orangtua dalam menyayangi anak

Semua orangtua sudah pasti menyayangi anaknya, namun kasih sayang ini kadang diwujudkan dalam bentuk yang sebenarnya salah. Kasih sayang tidak jarang justru berisi ego kita sebagai orangtua, bukan tentang bagaimana anak bahagia dengan kasih sayang itu. Kok bisa? Tentu saja sangat bisa dan jarang kita sadari.

Sebagai contoh kecil, betapa kita menyayangi anak dan menginginkan mereka bahagia kini dan kelak. Bahagia dalam konsep pikiran kita adalah anak hidup sukses dan berkecukupan, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah mendorongnya untuk terus berprestasi sejak dini. Prestasi dalam bidang akademi dan bidang lainnya, tanpa memikirkan apakah anak menyukai konsep yang kita miliki.


Kadang kasih sayang kita kepada anak terikat 'ego pribadi'

Hal  ini yang membuat anak tertekan secara psikis, dan saya pribadi sebagai ibu mengakui hal-hal seperti ini pernah saya lakukan kepada anak-anak. Lalu hanya itu sajakah, perlakuan kita yang berlandaskan kasih sayang, ternyata justru melukai psikis anak? Ternyata tidak hanya itu, ada banyak hal lain cara kita menyayangi, mendidik anak dengan salah.

Disimak yuk, ulasan saya saat menghadiri undangan talkshow dari Halodoc dengan tema yang penting banget kita ketahui sebagai orangtua, sehubungan dengan psikis anak. Semoga bermanfaat.
August 05, 2018 26 komentar

Saya tengah melewati tahap pra natal, bagian dari golden periode

Apa sih 1000 Hari Pertama Kehidupan?

Saya yakin sekali hampir semua ibu tahu akan 1000 hari pertama kehidupan, yaitu  270 hari selama kehamilan (pra natal) dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan (post natal) si kecil. Tetapi bisa jadi banyak ibu yang belum  memahami bahwa masa 1000 hari kehidupan itu adalah masa atau Periode Emas yang tidak akan pernah terulang dua kali.

Saya sendiri memahami 1000 hari pertama kehidupan ini setelah banyak membaca dan mengikuti beberapa talkshow yang  berkaitan dengan tema itu, salah satunya acara The Moms Gathering dengan tema #1000HariPerlindungan yang diadakan oleh Sleek Baby pada tanggal 27 Juli 2018 di Tiwn House Cipete, dengan menghadirkan narasumber:





dr. Reza Abdussalam, SpA - Brawijaya Hospital Antasari
Tanya Larasati
Lidwina Natalia

Periode Emas : Masa Pembentukan Otak

460 Hari Pertama Kehidupan


Masa pra natal

Dokter Reza menjelaskan bahwa masa pertumbuhan otak itu terjadi sangat pesat ketika janin ada dalam kandungan hingga berusia 6 bulan setelah kelahiran. Dimana semua organ tubuh anak akan berfungsi dengan saling berintegrasi untuk membentuk kemampuan tumbuh kembang dengan sempurna.

540 Hari Pertama Kehidupan : 6 bulan - 2 Tahun


Masa post natal

Ini adalah  masa pra natal dan pasca natal yang juga tahap pembentukan otak.
August 03, 2018 84 komentar


foto by Kyle Head

Drama semester pertama : menahan diri dari kelezatan seafood

Ketika membaca judul artikel saya kali ini, pasti para ibu hamil penggemar seafood akan teriak; OH NO! Begitu juga dengan saya yang sangat suka cumi, udang, dua jenis seafood ini diolah seperti apapun rasanya lezat luarbiasa. Masih terbayang oleh saya rasanya kenyal dari tekstur daging cumi yang ditumis, dibakar, dan diolah aneka macam kuliner lainnya. Juga lembutnya daging udang yang manis, gurih.

Ya Tuhan, ujian berat rasanya dilarang makan seafood saat hamil, hiks. Tapi mengingat  alm anak ke tiga memiliki masalah, karena salah satunya saya tidak memperhatikan asupan awal kehamilan, sehingga apapun kata dokter Insaallah akan dijalani sebaiknya. Ini sih, prinsip saya ya. Lagi pula larangan makan seafood hanya untuk semester pertama kok. Setelah kehamilan usia 21 minggu dokter kandungan sudah memperbolehkan saya makan seafood, horeee!!!

Tapi melewati masa larangan makan seafood ini ada dramanya juga sih, hehehe. Apalagi ketika semseter pertama tetiba saya mendapat undangan even ke restoran Jepang yang 90% menunya serba laut, bayangkah! Di meja terhidang aneka sushi dari bahan udang, ikan tuna, telur ikan laut, salmon, belum lagi menu lobster, dan lain sebagianya. Ketika saya meminta menu selain seafood, hanya ada ayam yang diolah standart banget, hiks.



Cuma bisa menatap

Sediiih, rasanya menahan liur di lidah. Berjam-jam berkutat dengan kuliner seafood Jepang hanya untuk saya foto-foto dan menatap teman-teman yang lahap memakannya dan mengompori dengan kejam, hehehe. Tapi demi calon bayi di perut, saya bertahan dari segala godaan dengan  mengunyah potongan ayam yang diberi bumbu gurih.

Namun, sebenarnya kenapa ibu hamil (semester pertama) dilarang makan seafood? Berikut ini ulasan hasil obrolan saya dengan Spog yang sudah menghandle saya sejak anak ke dua, sepuluh tahun lalu, dokter Dedy Soehermawan yang salah satu tempat prakteknya di Prikasih. Juga beberapa sumber lainnya dari hasil baca-baca. Moga bermanfaat ya, bumil.
July 09, 2018 28 komentar

Saat hamil Pendar semester pertama saya mengasup Kurma





Hampir semua tahu kalau kurma itu buah yang sangat banyak manfaatnya, selain juga merupakan buah yang disunahkan bagi umat Islam untuk memakannya. Diantara semua manfaatnya yang segudang, buah kurma termasuk buah yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil, mengapa?

Saya ingat betul, ketika anak saya nomor tiga meninggal dunia karena berbagai bawaan sejak dalam kandungan, selain juga lahir belum bulannya. Saya sedih sekali, merasa bersalah selama hamil tidak menjaganya dengan baik, tidak mengasup nutrisi dengan semestinya. Setelah dua tahun kepergiannya saya hamil anak ke empat yakni Pendar.

Bahagia dan ketakutan campur menjadi satu, saat hamil saya banyak membaca dan mencari recomendasi nutrisi yang baik, doa yang baik-baik, pokoknya pola makan dan pola hidup yang baik agar anak ke empat lahir sehat-sempurna. Sampai kemudian saya membaca sebuah status di media sosial dari seorang bidan senior.

Dalam status tersebut bidan senior ini sharing bahwa buah kurma diasup sejak awal kehamilan dapat menyempurnakan kesehatan janin, jika janin tersebut disinyalir tidak sehat  bahkan bisa luruh dengan sendirinya. Saat itu tanpa mencari lebih lanjut kebenarannya secara ilmiah, saya langsung meminta suami mencari kurma segar. Kebetulan tahap nyidam atau semester pertama yang cocok di lidah saya hanya kurma segar.

Selama tiga bulan asupan yang banyak masuk hanya kurma, karena yang lain masih mual. Kurma menjadi camilan dan makanan utama. Alhamdullilah, Pendar lahir dengan sehat dan sempurna. Namun, sebenarnya apa sih manfaat kurma bagi bumil?
June 23, 2018 11 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose