Duniaeni Blogger

linkedin facebook twitter pinterest instagram youtube
  • Home
  • About
  • Recognition
  • Disclosure
  • Contact
  • Log

 


Mempunyai anak balita tentu saja menyenangkan, karena tingkahnya yang lucu bisa menjadi pelipur hati. Semua yang dilakukan, diucapkan, selalu terlihat menggemaskan karena seorang anak memang merupakan Qurrota A’yun atau penyejuk jiwa orangtuanya. Tapi  tentu saja orangtua memiliki PR besar dalam membantu mendidik anak-anaknya sejak dini.

Karena memberikan edukasi pada anak di periode emas, di mana perkembangan otaknya mencapai 80 persen, membuat rangsangan edukasi melalui berbagai kegiatan akan menjadi stimulasi perkembangan otaknya semakin optimal. Tapi jangan karena mempertimbangan usia emas saja, membuat kita  menjejalkan semua aktivitas edukasi pada anak.

June 26, 2022 23 komentar

 


Seorang Ibu, baik ibu bekerja maupun ibu rumah tangga memiliki banyak pertanyaan di kepalanya dan membutuhkan jawaban untuk menambah wawasan, karena Ibu bertumbuh bersama anak-anaknya. Tidak hanya itu, seorang Ibu juga memiliki peran penting dalam kehidupan rumah tangganya, mulai dari menjadi koki di dapur keluarga, tenaga medis darurat di rumah,  hingga menjadi menteri keuangan.

Kok koki? Iya dong, kalau Ibu tidak memasak untuk anggota keluarga di rumah, bisa dibayangkan pengeluaran untuk makan sehari-hari akan membengkak. Belum lagi soal kebersihan, tidak semua makanan yang dijual terjamin kebersihannya. Karena itu seorang Ibu dituntut untuk bisa menjadi koki di dapur keluarga.

Begitu juga ketika salah seorang anggota keluarga ada yang sakit, sebelum ke dokter, Ibu pasti orang pertama yang dimintai pertolongan. Entah, ketika suami masuk angin, anak mendadak diare karena salah makan, anak terluka karena terjatuh, menjaga kebersihan gigi si kecil, atau si kecil rewel karena giginya mau tumbuh. Bahkan untuk diri sendiri, seperti ketika Ibu sedang mengalami mual saat hamil, saat memikirkan untuk kontrasepsi, dan lain sebagainya.

Lalu mengapa disebut menteri keuangan dalam keluarga? Karena hampir semua Ibu yang mengatur keuangan keluarga, yakni dari menerima jatah bulanan dari suami plus ditambah gaji sendiri bagi ibu yang bekerja. Semua itu lantas dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, membayar berbagai kewajiban seperti SPP, listrik, cicilan rumah, tabungan, dan lain sebagainya. Jika Ibu tidak pandai mengatur atau mengelola keuangan, bukan mustahil keuangan keluarga menjadi gonjang-ganjing.

Maka ketika ada aplikasi yang bisa menjadi wadah Ibu dan anak untuk berbagi, bertanya, dan menemukan jawaban yang tepat, rasanya bagai ketemu bestie atau sahabat setia Mom dong. Setuju nggak sih? Sebelum menjawab, saya ajak berkenalan dulu dengan ruangmom ya. Di mana saya berkesempatan mengikuti even Ruangmom’s Expert Launch, di Twin House Cipete, tanggal 19 April 2022.



Mengenal Ruangmom Sebagai Sahabat Setia Mom

Ruangmom adalah platform yang menyediakan informasi kesehatan fisik, mental, dan finansial untuk wanita. Dengan menghadirkan berbagai informasi dan fitur. Ruangmom bercita-cita membangun ekosistem yang sehat agar perempuan bisa saling membantu untuk berkembang. berkomitmen untuk memberikan informasi yang valid dari sumber yang terpercaya

Peluncuran Ruangmom Expert

Untuk mendukung semua itu kemudian Ruangmom meluncurkan ruang Ruangmom Expert yang. bekerjasama dengan beberapa expert seperti dokter, psikolog dan juga certified financial planner untuk memberikan edukasi sesuai dengan kebutuhan para ibu.

Nah, para expert Ruangmom ini adalah:

Nadia Harsya CFP

dr. Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni,Sp.OG, IBCLC

dr.Citra Amelinda, Sp.A,IBCLC,M.Kes

Yasmine Edwina M.Psi



Kecuali dr. Nisa Fathoni yang kebetulan terjebak macet, ketiga expert lainnya hadir dalam acara peluncuran Ruangmom Expert. Membuat suasana peluncuran sangat seru, terutama ketika para undangan diberi sesi tanya-jawab semacam curhat. Saya sendiri langsung mengajukan pertanyaan yang mengganjal di hati tentang putra saya, Pendar (7 tahun) yang sangat manja dan mudah tantrum.

Pertanyaan saya lontarkan untuk Yasmine Edwina,M.Psi yang memberi jawaban secara gamblang, bagaimana saya  harus membuka ruang komunikasi dengan Pendar karena anak usia 7 tahun sudah bisa diajak diskusi timbal balik. Tujuannya agar Pendar dapat mengungkapkan keinginannya dan saya bisa memberikannya pilihan terbaik, sehingga tidak tantrum lagi. Sebab tantrum disebabkan anak bingung untuk menyampaikan keinginannya.

Tidak hanya Yasmine yang memberikan jawaban gamblang, dr.Citra Amelinda juga menambahkan dampak anak mudah tantrum bagi kesehatan. Pokoknya saya mendapat tanggapan dan jawaban yang cukup memuaskan dari para expert Ruangmom ini, termasuk mendapat ilmu tentang keuangan dari Nadia Harsya.

Nadia Harsya memberikan tips tentang alokasi dana THR agar pasca lebaran kita tidak kedodoran dalam pengeluaran, karena kebanyakan kita menghabiskan semua dana THR seakan hari hanya untuk saat lebaran saja. Lebaran sering membuat kita begitu konsumtif seperti membeli baju, makanan, mudik, secara berlebihan. Ayo, ngaku deh, hehehe.

Meski dr. Nisa Fathoni tidak bisa hadir di tempat karena terjebak macet, tapi tetap ikut secara online, sehingga menjawab pertanyaan salah satu peserta tentang masalah kehamilannya di usia 34 tahun yang tanpa persiapan mental karena kebobolan. Asli, adem banget paparan dr. Nisa Fathoni, bahwa setiap kehamilan adalah kodratullah. Sehingga direncanakan atau tidak direncanakan, seorang ibu hamil harus mempersiapkan kehamilannya dengan baik agar bayi lahir dengan sehat.

Fitur-Fitur di Ruangmom

Sudah bisa membayangkan kan, asyiknya diskusi dengan para expert Ruangmom. Di Ruangmom tersedia fitur-fitur yang akan memenuhi kebutuhan Ibu:




Fitur Kalender Subur

Siapa yang masih mencatat secara manual waktu datang haid? Sebelum kalian menjawab, saya langsung mengacung, hehe. Karena saya memang masih menggunakan cara manual yang kuno ini, akibatnya sering lupa mencatat, tercecer, dan saya tidak sadar kalau sedang hamil. Ini kejadian waktu hamil Binar, karena lupa dengan jadwal haid. Tahu-tahu tersadar saya sedang hamil  5 minggu, Alhamdullilah bayi sehat walafiat.

Nah, dengan adanya fitur kalender subur di Ruangmom, sangat bermanfaat sekali untuk ibu yang sedang program hamil atau kontrasepsi kalender. Karena bisa tahu kapan masa subur, di mana untuk program kehamilan adalah masa terbaik untuk melakukan pembuahan. Sementara untuk kontrasepsi kalender adalah masa untuk menjaga jarak hubungan suami istri.

Tracking Tumbuh Kembang Janin

Tracking tumbuh kembang janin untuk mengetahui prediksi kelahiran atau HPL (Hari Perkiraan Lahir) sehingga memudahkan ibu untuk mempersiapkan sejak dini segala hal untuk kelahiran si kecil. Cara tracking tumbuh kembang janin pun sangat mudah dengan memasukkan tanggal hari pertama haid terakhir, selanjutnya tinggal pantau aplikasi.

Kalkulator Dana Pendidikan dan Biaya Melahirkan

Sesuai dengan tugas ibu sebagai menteri keuangan di rumah, merencanakan keuangan ini menjadi sangat penting sekali agar keuangan rumah tangga berjalan dengan baik. Di fitur Kalkulator Dana Pendidikan dan Biaya Melahirkan bisa mengatur keuangan lebih mudah, untuk dana pendidikan tinggal memasukkan tanggal lahir si kecil.

Setelah  memasukkan tanggal lahir si kecil, akan mendapat informasi target dana, target menabung, dan lama waktu menabung. Begitu untuk biaya melahirkan, sehingga semua terencana sejak dini.

Banyak Kelas dari Para Expert

Ibu membutuhkan banyak wawasan karena ibu sangat besar dalam segala hal, untuk menunjang itu salah satunya Ruangmom memiliki kegiatan rutin dengan membuka kelas dari para expert. Kita bisa memilih dengan bebas, kelas mana yang mau kita ikutin dan butuhkan. Plus bisa menjadi silaturahmi dengan para ibu lainnya di Ruangmom.

Artikel yang Ditulis atau Direview oleh Para Expert

Era digital ini membuat kita bisa dengan mudah mendapatkan berbagai artikel yang kita butuhkan, tapi sayangnya banyak yang sumbernya tidak akurat, karena ditulis oleh siapa saja. Sementara di aplikasi Ruangmom berbeda, sebab semua artikel ditulis atau diulas oleh para expert. Otomatis isi konten artikel tersebut terpercaya dan bisa dijadikan acuan atau menambah wawasan ibu.

Artikel di Ruangmom cukup lengkap dengan beragam kategori, seperti Pernikahan, Persiapan Kehamilan, Kehamilan, Kids dan Parenting, dan Momfinance. Benar-benar bisa buat upgrade ilmu para ibu deh.

Tukar Point dengan Diskon Patner atau Hadiah

Di Ruangmom ada fitur shopping loh, untuk kita membeli layanan dan produk Ruangmom. Dari sini akan dapat point, nanti point-point yang sudah terkumpul dapat ditukarkan dengan beragam hadiah atau diskon patner yang berkerjasama dengan Ruangmom. Seru kan?

Selain dari shopping, point bisa dikumpulkan dari login setiap hari pada aplikasi, mengisi survey dan program referral dengan mengajak para ibu ikutan download aplikasi Ruangmom. Jadi tidak hanya dapat ilmunya, silaturahmi dengan para ibu lainnya, juga dapat hadiah.

Download Aplikasi Ruangmom, Yuk!

Gimana cara downloadnya? Mudah banget kok download aplikasi Ruangmom. Ada di AppStore maupun Playstore, setelah download bisa langsung lengkapi data diri untuk registrasi. Maka dalam sekejap kita punya sahabat setia untuk curhat, untuk menemukan beragam jawaban seputar keluarga, keuangan, dll, untuk upograde ilmu, dan banyak lagi manfaatnya.

April 24, 2022 9 komentar

 

Bermain bersama anak sepertinya hal yang terdengar mudah dan bisa kita lakukan kapan saja. Apalagi saat ini kondisi pandemi membuat kita sering di rumah ketimbang beraktivitas di luar, tapi ternyata tdak mudah, apalagi dilakukan kapan saja. Karena tanpa kita sadari sering mengabaikan bermain bersama anak.




Entah, karena kita sibuk mengurus pekerjaan rumah tangga, menyelesaikan pekerjaan kantor secara wfh (work from home) bagi yang bekerja, atau asyik berselancar di dunia maya. Coba hitung berapa lama kita memegang gadget dan asyik di sosial media, entah sekedar stalking, browsing, atau bersenda gurau dengan teman-teman.

Tidak jarang juga saat anak mengajak bermain kita jawab, “Sebentar ya, Dek, Ibu lagi bekerja.” Atau, “Tunggu sedikit lagi, Ibu lagi menjawab chat teman Ibu.”, dan lain sebagainya. Bahkan ketika kita bisa menemani anak-anak bermain, tidak jarang juga sambil tetap memang gadget. Tangan satu mengetik atau stalking, tangan satunya bergerak (seolah) bermain dengan anak.

Sehingga (jujur ya) tidak jarang kita tidak paham dengan apa yang diceritakan atau dimainkan anak. Ketika anak bertanya sampai diulang-ulang karena respon kita kurang, lamban, tidak fokus, sehingga anak kemudian enggan mengajak bermain lagi. Jadi boro-boro terdapat kebersamaan ibu dan anak atau quality time membangun bonding, yang ada anak ngambek dan ibu berasa lelah, hehehe.

Padahal bermain bersama anak itu manfaatnya banyak sekali, tapi tentu saja bermain yang benar-benar fokus sehingga dapat membangun bonding kepada anak.

November 16, 2021 16 komentar
Setiap anak memasuki jenjang sekolah, entah TK, SD, SMP dan seterusnya, buat saya dan suami masing-masing tahap ini benar-benar menguras energi. Bukan lebay, tapi memang mencari sekolah itu banyak banget aspek yang harus ditimbangkan. Dari mulai mencari sekolah yang bagus, biaya yang sesuai budget, jarak sekolah, dan sebagainya
Seperti tahun kemarin saat tiga anak saya memasuki jenjang SD, SMP, dan sekolah menengah tingkat atas. Ampun, rasanya saya dan suami seperti jungkir balik. Mulai dari hunting sekolah, jarak sekolah, kualitas sekolah, dan juga minat anak. Dan, jujur kemarin itu sangat berkendala ketika mencarikan sekolah buat anak sulung saya yang akan masuk ke sekolah menengah tingkat atas.

Dibandingkan dengan mencari sekolah SD, SMP, menurut saya mencari sekolah menengah tingkat atas cukup sulit. Karena menurut saya di sini sudah harus fokus ke bakat dan minat anak, bukan lagi sekedar sekolah dengan teori dan tanpa arah. Sebelum akhirnya anak akan menemukan tingkat lanjutannya yakni kuliah.

Di mana untuk itu dibutuhkan sekolah yang juga siap membentuk karakternya, kemampuan dan kemandiriannya, dan juga menumbuhkan jiwa leader dalam dirinya. Agar ketika anak-anak memasuki bangku kuliah sudah memiliki kepribadian dan kemampuan akademik yang dapat diandalkan.

October 31, 2021 14 komentar

 


Apa kabar para Ibu? Bagaimana melewati masa pandemi ini?

Meski jenuh dengan pertanyaan mau pun pembicaraan mengenai pandemi, karena pandemi masih menyambangi kita entah sampai kapan. Namun mau  tidak mau kita harus bisa melewati pandemi ini dengan baik-baik saja, salah satunya bagi ibu yang memiliki anak seperti saya ini.

Harus kreatif dalam memberikan solusi agar melewati masa pandemi ini anak-anak tetap merasa  nyaman dan bahagia. Dan, ini ternyata tidak mudah loh, mengapa?

Masalah yang Terjadi Pada Anak Ketika Pandemi

June 06, 2021 28 komentar

 

Tidak terasa sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan. Tidak hanya saya, tapi anak-anak sangat atusias sekali setiap menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka akan sibuk merecanakan banyak hal, seperti sholat Tarawih bersama, buka bersama keluarga besar, ngabuburit membeli aneka takjil untuk berbuka.



Tapi karena kondisi pandemi saat ini tentu saja banyak yang berbeda, yang semula bisa dilakukan di luar bersama-sama keluarga besar atau teman-teman, seperti buka bersama, sholat Tarawih di masjid, ngabuburit atau mencari takjil buat berbuka, tidak bisa kami lakukan. Setidaknya banyak yang dibatasi, tidak lagi bisa selonggar saat sebelum pandemi.

Mencoba  Kelas Trial Sekolah.mu Junior

Sehingga saya sebagai Ibu harus tetap bisa menghadirkan yang spesial di rumah agar Ramadhan tetap terasa indah di hati, dan anak-anak tidak merasa jenuh. Selain membuat berbagai kegiatan seperti membuat takjil bersama anak-anak, sholat Tarawih berjamaah di rumah, saya mencarikan kegiatan online spesial Ramadhan untuk anak-anak. Maka ketika ada Kelas Trial Sekolah.mu Junior untuk pengenalan Belajar Seru di Bulan Ramadhan Bersama Sekolah.mu Junior, saya langsung mendaftarkan Pendar [ 6.5 tahun).

Wah, ternyata Pendar sangat suka sekali mengikuti  Kelas Trial Sekolah.mu Junior, karena kelas yang diadakan secara online dengan zoom ini banyak diikuti anak-anak seusia Pendar. Ada Kak Elis sebagai pendamping anak-anak yang mengajarkan membaca doa dan surah pendek dalam Al Quran. Mengenalkan anak-anak tentang puasa dengan media mendongeng yang sangat menarik sekali.




Anak-anak juga bisa berinterkasi dengan bebas bertanya, menjawab pertanyaan-pertanyaan pendek dari Kak Elis, atau bahkan sekedar berkomentar tentang dongeng yang dibawakan dengan media boneka. Pendar sampai tertawa, dan berani mengajukan pertanyaan.



Buat saya keberanian Pendar ini sangat membanggakan karena mengingat dia selama pandemi ini yang seharusnya masuk TK jadi di rumah saja, tidak bersosialisasi. Tentu saja saya khawatir Pendar akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri. Ahamdullilah, ternyata tidak, sehingga saya tertarik untuk mendaftakah Pendar ke Belajar Seru di Bulan Ramadhan Bersama Sekolah.mu Junior.

April 08, 2021 2 komentar

 

Masih ingat tidak ketika dulu kita dihebohkan dengan hadirnya generasi milenial, rasanya generasi milenial merupakan generasi teranyar yang banyak membuat para orangtua kita berpikir untuk memahami pola pikir para generasi milenial ini. Nah, kini kita sebagai orangtua memiliki anak-anak yang memasuki genersi Z atau bahasa gaulnya anak-anak jaman now.




Kalau dulu orangtua kita yang pusing menghadapi generasi milenial, maka kini waktunya kita berpusing ria menghadapi generasi Z. Bagaimana pendidikan atau cara belajar yang cocok untuk para generasi Z yang kritis dan kreatif ini, agar potensi anak-anak generasi Z benar-benar maksimal.

Terlebih saat ini adanya wabah Covid 19 yang sangat mempengaruhi sistem belajar anak-anak yang semua offline jadi dilakukan serba online. Bukan main memang orangtua jaman now harus banyak belajar agar bisa memahami gaya belajar generasi Z sehingga anak-anak tidak tertinggal dalam hal pendidikan.

Kebetulan Sabtu kemarin saya ikut webinar yang membahas tentang pendidikan era digital untuk anak-anak generasi Z dengan para pembicara di bidang pendidikan yaitu:

 Ibu Dya Loretta – Dosen dan Penulis

Ibu Sonya Sinyanyuri - Kepala SMA PINTAR Lauzardi

Ibu Inayah Sri Wardhani – Manager Sekolah Widya Wiyata

Serta perwakilan orangtua dari generasi Z, Ibu Fiki Maulani yang juga merupakan ketua komunitas Wajah Bunda Indonesia.



March 24, 2021 22 komentar

 

Menyapih asi

Ketika si Kecil akan memasuki usia 2 tahun, pasti setiap ibu menyusui mulai menyusun langkah-langkah untuk mulai menyapih si Kecil. Sistem penyapih ini beranekaragam, kalau jaman dulu (mungkin masih juga ada yang mengikuti sistem menyapih ini hingga kini), menyapih si Kecil dengan mendatangi tukang pijat bayi untuk meminta ramuan pahitan yang akan dipopolkan (apply) ke area puting.

Bukan saja si Kecil jadi tidak mau menyusu, tapi menangis. Kalau dipaksa dimenyusu, popolan ramuan tukang pijat itu rasanya sangat pahit. Seminggu proses popolan ini berlangsung sampai si Kecil tidak mau menyusu lagi. Bicara soal popolan ini, selain ramuan pahitan dari tukang pijat bayi, banyak ibu-ibu yang cerita memberikan popolan macam-macam,  mulai dari balsem, obat merah, kunyit, sampai ditutup hansaplast putingnya, hahaha. Sumpah kreatif banget, tapi sebenarnya menyapih dengan metode ini bagus tidak sih?

Menurut psikologi anak maupun pakar parenting, tentu saja metode itu tidak dianjurkan karena tidak ada pesan cinta dalam proses menyapih. Padahal menyusui itu dilalui dengan proses yang tidak mudah, dari bayi terlahir ke dunia hingga bertumbuh menjadi batita yang berkembang dengan kecerdasannya. Batita yang mulai paham untuk diajak berkomunikasi, merasakan berbagai emosi. Alangkah baiknya jika proses menyapih ini dilalui dengan penuh cinta. Ibu-ibu bilang menyapih dengan cinta.

Menyapih yang diawali dengan memberikan pengertian, diberi jeda menyusu dari ritme biasanya, sehingga si Kecil ketika benar-benar tidak diberi ASI memahami kalau memang sudah waktunya tidak ASI lagi. Ibu bisa mengganti jam ASI dengan memberi susu sufor lanjutan untuk usia 2 tahun ke atas, atau UHT, atau snack lain. Semua tergantung keputusan masing-masing ibu.

Tapi sebenarnya haruskah si Kecil disapih ketika memasuki usia dua tahun?

November 11, 2020 5 komentar


Bicara tentang mertua, terutama ibu mertua, rasanya yang terbayang adalah perasaan sungkan, pola pikir yang bertolak belakang, menuntut kesempurnaan anak menantu, dan lain sebagainya. Bahkan tidak jarang jika ibu mertua akan berkunjung ke rumah, sebagai menantu merasa khawatir kalau-kalau apa yang dilakukannya akan salah di mata ibu mertua. Ini nyata loh meski mungkin tidak semua.

Sebagai contoh kecil, pernah teman saya mendadak membatalkan janjinya untuk shopping bareng karena ibu mertuanya akan datang. Padahal ibu  mertuanya akan datang esok hari, bukan saat itu juga, tapi kata teman saya semua harus dipersiapkan sebelum ibu mertuanya datang.  Mulai dari kerapian rumah, menu makanan, sampai kamar ibu mertua yang harus tertata apik. Terbayang bukan, bagaimana tegangnya ketika berhadapan dengan ibu mertua?

Belum lagi jika ternyata hubungan dengan ibu mertua diawali hal-hal yang tidak lancar, seperti menikah tanpa persetujuannya, tidak bisa menjadi menantu sesuai harapan ibu mertua, dan banyak lagi. Tidak sekedar tegang, mungkin hubungan dengan mertua juga jadi tidak harmonis. Padahal ibu mertua sama dengan orangtua kita sendiri, yang seharusnya kita bisa nyaman dan bermanja dengannya.

Dan, ternyata nih tidak hanya menantu perempuan yang sungkan atau mengalami hubungan yang kurang harmonis dengan ibu mertua, Tapi menantu laki-laki juga ada yang mengalami hal sama,  yakni merasa sungkan dan sulit berkomunikasi dengan ibu mertua. Salah satunya suami saya, padahal suami saya tipe pria yang baik dan sabar (bukan memuji, tapi kenyataan). Namun karena awal menikah suami bukan merupakan tipe menantu idaman ibu saya, sebab ibu saya mengimpikan menantu yang bukan seniman seperti suami saya. Jadi deh, hubungan awal diawali tidak harmonis.

Karena bukan merupakan menantu idaman, apa yang dilakukan suami saya salah deh. Tapi bukan suami saya kalau tidak bisa #BikinMertuaHappy. Penasaran kan, apa sih rahasia suami saya bisa harmonis dengan ibu mertua? 
August 22, 2020 1 komentar


Sekitar pertengahan Maret 2020 serentak semua sekolah tidak lagi membuka kelas secara offline atau bertatap muka langsung. Tetapi mengubah pembelajaran di sekolah jadi sekolah di rumah secara online. Semua ini karena wabah COVID-19 yang membuat sekolah-sekolah terpaksa di laksanakan secara online dari rumah, untuk menjaga agar anak-anak tidak tertular COVID-19.




Karena penularan virus yang mematikan ini sangat cepat melalui kontak langsung dengan cairan pernafasan pasien yang terinfeksi COVID-19 atau Corona. Ketika penderita batuk atau bersin, lalu virus dipindahkan melalui tangan, dan benda-benda yang disentuhnya. Dimana virus tersebut dapat hidup berhari-hari di benda-benda yang keras seperti dinding, besi pagar, bangku plastik. Sementara jika tersentuh ke permukaan berpori seperti pakaian akan bertahan 24 jam.

Meski COVID-19 dapat dicegah dengan protokol kesehatan seperti rajin cuci tangan menggunakan air yang mengalir dan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, dan jaga jarak. Tetap saja hal ini tidak bisa menjamin jika anak-anak akan melakukan sesuai yang dianjurkan, karena mengingat anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Atas kebijakan itu maka dengan terpaksa anak-anak menjalankan sekolah dari rumah.
August 11, 2020 No komentar

Hampir semua orang tidak pernah membayangkan terkurung dalam rumah, tidak berinteraksi dengan sekeliling, dan sanak family selama berhari-hari. Bahkan saat ini hampir dua bulan saya sekeluarga hanya #dirumahaja. Bisa dibayangkan bagaimana kami mencoba beradaptasi dengan kondisi seperti ini, terutama anak-anak?



Mba Lintang si sulung kelas 8 yang biasa sekolah dari pagi hingga sore, beraktivitas dengan berbagai eskul, menikmati masa-masa berteman dengan teman-teman seusianya di sekolah. Begitu juga Mas Pijar yang masih duduk di kelas 5  SD, penggemar eskul bola dan marawis yang selalu aktif dan hanya hari minggu bisa longgar di rumah. Belum lagi Pendar yang akan masuk TK B dan lagi senang-senangnya berteman dengan teman-teman sebayanya. Tiba-tiba semua harus di rumah saja selama hampir dua bulan ini.

Awalnya mereka merasa senang karena bisa bebas sekolah di rumah sambil goleran, ngemil, dengerin musik. Tapi lama-lama mereka mulai bosan, melakukan hal aneh-aneh dari manjat-manjat rumah, berantakin rumah, sampai berantem dan berantem. Rumah bagai kapal perang dan arena hajatan yang bising, hahah. Sukses, saya dan suami sutris.



Sebab sesungguhnya saya dan suami capek banget di rumah saja menghadapi anak-anak full 24 jam setiap hari, berhari-hari. Cucian piring jadi banyak, rumah cepat kotor, masak jadi berkali-kali, mulut sering ngomel, wkwkkw. Susah istirahat di kamar karena anak keluar masuk, gak ada masa tenang kecuali mereka sudah tidur. Itu pun malam banget karena sekolah online membuat anak-anak merasa bebas bangun agak siang, fiuuuh.
May 01, 2020 2 komentar

Ketika memiliki bayi, siapa yang senang memijat Si Kecil?

Kalau saya karena mengikuti tradisi bayi harus dipijat, maka ketika anak pertama lahir hingga ke empat semua dipijat. Tapi yang mijat tukang dadah (tukang urut bayi) yang cukup terkenal di tempat ibu saya tinggal, kebetulan tidak begitu jauh dari rumah saya sekarang. Pokoknya banyak ibu-ibu yang percaya jika bayi atau anak-anak yang dipijat di situ akan merasa nyaman, tidurnya tenang, tidak rewel.





Memang bayi-bayi atau anak-anak yang dipijat di situ, termasuk anak-anak saya tidurnya akan lebih tenang. Mungkin karena capek-capeknya berkurang, karena anak-anak polahnya masih belum terarah. Energi mereka hanya digunakan untuk bermain, sampai yang menemani atau mengasuhnya capek. Serius, setiap memiliki bayi maupun anak balita badan saya rasanya rontok, hehehe.

Tapi ketika anak ke lima (Binar) lahir saya memilih untuk memijatnya sendiri, karena Binar akan menangis keras ketika dipijat tukang dadah. Beberapa bayi atau anak-anak memang ada yang tenang, ada yang mengamuk seperti Binar ketika disentuh tukang dadah. Meski sudah dibujuk,, dialihkan dengan mainan, tetap saja sepanjang dipijat menjerit-jerit. Malamnya justru jadi tidak tenang, mungkin masihh trauma dengan kejadian dipijat orang tidak dikenal ya.

Jadilah Binar (1 tahun) tidak pernah dipijat tukang dadah, tapi saya sendiri yang memijatkan.  Tidak seteliti tukang dadah, tapi setidaknya Binar justru terlihat tenang dan nyaman setiap saya pijat.  Biasa saya menggunakan minyak telon untuk memijat Binar, agar tubuhnya terasa hangat. Karena biasa saya memijatnya sehabis mandi sore.

Dan, ternyata memijat ibu yang memijat sendiri bayinya itu lebih bagus ketimbang dipijat orang lain loh. Tidak percaya? Yuk, baca terus cerita saya tentang manfaat bonding ibu dan anak.
December 04, 2019 1 komentar

Ada yang mengalami, memiliki anak susah mengkonsumsi buah dan sayur?

Kebetulan saya memiliki anak yang sulit sekali mengonsumsi sayur, sementara buah juga pilih-pilih sekali, seperti salak, nangka, dia tidak mau. Pijar sejak mengenal MPasi memang mengalami GTM (gerakan tutup mulut) sampai peaky eater yang membuat  bobot tubuhnya berbeda dengan kakak dan adiknya. Pijar tergolong kurus, dan lebih mudah terkena batuk pilek.

Untuk mencoba mengenalkan buah dan sayur, berbagai usaha sudah saya lakukan, dari membujuknya sampai membuat menu yang mengandung sayur dan buah.  Saya pernah membuatkan agar-agar sari wortel, telur dadar bayam, dan lain sebagainya agar Pijar bisa mengkonsumsi sayur dan buah. Namun ketika dia semakin besar dan paham, agar-agar wortel tidak mau dimakannya lagi, begitu juga saat dibuatkan telur sayur,  maka sayurnya akan disisihkan.

Akhirnya saya menyerah, tidak lagi memaksanya memakan buah dan sayur yang tidak dia suka, hingga kini Pijar usia 10 tahun. Jagoan saya lebih suka ayam goreng ketimbang sayur, lebih suka kue-kue ketimbang buah. Namun ternyata tindakan saya menyerah untuk terus membuat anak saya suka sayur dan buah salah, karena hal ini bisa menyebabkan anak kekurangan serat. Kekurangan serat dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit yang menakutkan loh.



October 01, 2019 No komentar


Apa semua ibu juga mengalami seperti yang saya alami ya, Si Kecil paling susah kalau diminta beberes mainannya. Kadang karena capek meminta Pendar  (4 tahun) untuk membereskan mainannya, saya yang membereskan hingga rapi. Atau kadang meminta kakaknya untuk membantu membereskannya. Tapi kalau lagi pengen tegas, saya minta Pendar untuk tetap memberesi mainannya, hasilnya? Mau, tapi setelah itu mengulang lagi tidak memberesi mainannya.

Pernah saya pura-pura merasa capek sehingga tidak bisa membereskan mainannya yang berserakan di ruang tamu, Pendar melihat itu langsung dengan cepat membereskan mainannya hingga rapi. Tapi saat membereskan itu dia menertawakan ekspresi saya yang lagi pura-pura kesakitan. Saya pikir, apa Pendar tahu ya kalau saya sedang berpura-pura?

Sebenarnya tidak hanya saat melihat saya pura-pura terlihat capek, Pendar membantu tapi menertawakan. Saat adik bayinya, Binar (10 bulan) menangis karena mainannya jatuh, Pendar mengambilkan tapi sambil mengejek, "Adek cengeng, adek cengeng." Ekspresi wajahnya terlihat mengesalkan di mata saya.

Saya jadi gemes karena kesal melihatnya mengejek adiknya yang sedang menangis, tapi di sisi lain saya senang Pendar reflek mengambilkan mainan adiknya, dan memberikan langsung mainan itu.  Kalau saya cerita ke Ayahnya, hanya dikomen "Namanya juga anak-anak. Nanti juga kalau sudah besar tidak sepert itu."

Benar juga sih, tapi benar nggak ya, kalau saya biarkan sikap Pendar seperti itu sampai nanti dia mengerti sendiri? Walau sebenarnya tidak saya biarkan saja, tapi saya sounding terus agar Pendar menjadi seorang kakak yang sayang kepada adiknya. Dan, jawaban Pendar bikin saya kaget loh: "Abang nggak apa-apain Adek kok, cuma ketawa . Ketawa itu nakal, Bu?"

Sejujurnya saya sering bingung dan gugup kalau Pendar sudah mulai bertanya-tanya hal seperti ini. Memang tertawa tidak jahat, tapi jika tertawa diwaktu yang tidak tepat namanya kurang empati dan bisa menimbulkan perasaan sakit pada oranglain. Namun bagaimana cara menjelaskan pada anak seusia Pendar?
September 29, 2019 No komentar


Tahap Anak-Anak Mencoret Dinding Rumah

Siapa yang memiliki anak kecil dan dinding rumahnya penuh dengan lukisan (coretan) si Kecil, bahkan meski sudah dicat berulang kali akan terulang lagi dilukis oleh si Kecil?

Jangan jauh-jauh mencari contoh nyata, saya sendiri yang mengalaminya, hehehe. Tiga generasi dimulai dari anak pertama yang kini sudah SMP kelas 2, lalu anak ke dua yang duduk di bangku SD kelas 5, dan si balita Pendar, ketiganya melewati masa mencoret dinding dengan lukisan mahakarya mereka masing-masing. Tidak hanya dinding kamar tidur, tapi juga dinding ruang tamu, semua dicoret.

Biasanya anak-anak mulai mencoret saat usia 1 tahun hingga usia 3 tahun akan hilang sendiri. Saat tahap mencoret dinding ini meski sudah disounding bahwa dinding rumah bukan papan tulis, bukan buku gambar, buka buku tulis, bukan untuk dicoret, tetap saja mereka melakukannya. Bahkan meski sudah saya sediakan white board dan buku untuk bermain coretan.

Apakah saya marah?

Sejujurnya tidak, karena suami sangat mendukung anak-anaknya mencoret dinding. Saya sebut mendukung karena ketika anak pertama mencoret dinding kamar, suami ikutan menggambar di dinding, hahaha. Kami membiarkan dinding kamar dan ruang tamu penuh coretan, hanya menjelang hari Raya Idul Fitri baru dicat meski akan dicoret lagi. Ketika anak-anak berusia 3 tahun semua berlalu, seperti saat ini Pendar sudah usia 4.7th kebiasaan mencoret dinding sudah hilang sendiri.




Tapi saya dan suami belum bebas dari situasi dinding penuh coretan, karena putri bungsu kami yang kini usia 8 bulan pasti akan melewati masa mencoret dinding. Sejujurnya kesal tidak dengan kondisi ini? Sejujurnya sih, mata sepet juga alias tidak nyaman melihat rumah seperti gudang penuh coretan. Dinding auranya dekil, tapi semua pasti akan terlewati pada masanya.

Dan, ternyata masa mencoret dinding ini adalah tahap anak bereksplorasi, berkreativitas, yang mana jika kita melarang dengan keras, apalagi membentak-bentak membuat anak tidak berkembang dan tertekan psikisnya. Nah, siapa yang suka marah dan mengeluarkan suara keras ketika anak  mencoret dinding? Mudah-mudahan tidak sampai sesadis ini  ya, kan bisa dicat lagi. Apalagi sekarang ada solusinya yakni Nippom Spot-Less Plus.

Apa itu Nippon Spot-Less Plus? Mengapa orangtua wajib mendukung kreativitas anak-anak meski kadang membuat emosi, dan tahukah ternyata di dalam rumah itu belum tentu aman dari kuman. Semua pertanyaan dan kenyataan ini terjawab dalam acara  parenting talkshow yang diselenggarakan oleh Nippon Paint bersama Indonesia Montessori.Com tanggal 14 Juli 2019 di Kota Kasablanca, Jakarta.


July 17, 2019 26 komentar


Sesungguhnya saya paling senang sekali mendapat undangan ke acara yang berhubungan dengan parenting dan kesehatan. Maka ketika diberi kesempatan oleh IHB ( Indonesian Hijab Blogger) untuk hadir di acara #NestleLACTOGROW dengan tema #GrowHappy. Serius, happy banget saya. Bakal dapat ilmu parenting lagi, bakal dapat masukan tentang kesehatan lagi.

Sesungguhnya (lagi) sebagai ibu dari 5 anak (anak no 3 sudah alm 7 tahun lalu) melalui tahap-tahap yang beragam selama mengasuh anak-anak membuat parenting dan kesehatan dua hal yang mau tidak mau harus saya pahami. Alhamdullilah, dikasih kesempatan untuk belajar terus, entah dari pengalaman pribadi, hasil membaca, hasil obrolan dengan dokter, dan hasil dari even-even acara yang kece seperti #NestleLACTOGROW ini.

Harapannya sudah pasti ketika saya tulis akan memberi manfaat bagi yang baca, dan mohon dimaklumi jika masih banyak kekurangan di sana-sini. Karena saya pun masih terus belajar agar kesalahan di belakang semakin diminimaliskan untuk ke depannya. Serius, setiap mendapat masukan tentang parenting, saya langsung merasa apa yang saya lakukan selalu kurang, selalu ada sesal. Kenapa begini, kenapa begitu, apakah sudah terlambat, dan sebagainya. Sangking melownya, kadang saat acara bertema parenting membuat saya ingin pulang memeluk anak-anak, huhuhu.

June 03, 2019 16 komentar


Slaber Hadir dengan Desaign yang Menggoda Iman

Siapa yang belum familiar dengan slaber dan lebih familiar dengan sebutan alas makan? Saya sendiri awalnya lebih familiar menyebutnya celemek kok, hehehe. Baru-baru ini saja saya jadi familiar menyebutnya slaber. Jadi slaber itu alas makan yang diletakkan di dada agar baju tidak terkena noda makanan pada saat bayi disuapi atau makan.



MPasi kadang kan, meninggalkan jejak di baju yang sulit hilang seperti noda buah naga, sari wortel, dan lain sebagainya. Kalau dulu slaber bentuknya biasa saja, sekarang aneka rupa loh. Cantik dan lucu-lucu banget bikin kalap ibu-ibu yang memiliki bayi seperti saya ini. Tidak hanya berupa kain alas makan bermotif, berwarna, tapi sekarang ada yang berbentuk hewan, buah, tokoh kartun. Bahkan ada yang 3D gitu, dan beragam slaber ini tersedia untuk bayi cowok dan cewek dengan pilihan masing-masing sesuai jenis kelamin.

Harnyanya pun beragam, dari yang murah harganya sekitar Rp15.000 , dan yang mahal saya pernah lihat dibadrol hampir Rp200.000 deh, bikin gigit jari ya slaber aja harganya segitu, hahaha. Dasar emak irit, tapi memang prioritas orang kan beda-beda, Bu-Ibu. meski mahal tetap banyak yang membeli, seperti teman saya yang tempo hari cerita beli slaber jenis silikon dengan harga Rp160.000.


"Memang terdengar mahal harga segitu, tapi kalau dipikir awet dan praktisnya, ya justru lebih hemat. Karena yang gue beli tuh slaber 3D berbahan silikon, tinggal dilap beres langsung kering. Awet lama."


Itu alasan teman saya mengapa memutuskan membeli slaber dengan harga Rp160.000, masuk akal sih menurut saya. Karena slaber waterproof biasa yang saya beli seharga Rp25.000 itu kalau kotor harus dicuci kucek dan dijemur, menunggu kering jika akan dipakai lagi. Jadi mau tidak mau saya harus membeli slaber paling sedikit 4, total Rp100.000. Pikirkan sediri ya, lebih baik pilih yang 1 seharga Rp160.000, apa Rp100.000 dapat 4, hahaha.

Tapi sebelum memikirkan dan jadi salah pilih, sebaiknya baca yuk sedikit bocoran dari saya, sebaiknya memilih slaber yang tepat untuk alas makan bayi itu yang mana?
May 30, 2019 1 komentar


Awal MPasi Langsung Beri MPasi 4 Bintang

Berjumpa lagi dengan saya dalam tulisan tentang MPasi, setelah hampir 5 tahun  berlalu, hehehe. Selesai dari MPasi Pendar, sekarang MPasi adiknya Pendar yaitu Binar (6 bulan). Bergulat lagi dengan segala hal mulai dari mempersiapkan alatnya, bahan-bahannya, hingga meracik dan mengolah menunya yang kadang bikin pusing kepala setiap bangun tidur.

Karena MPasi panduan WHO saat ini tidak lagi menganjurkan MPasi Menu Tunggal, jadi langsung begitu bayi masuk tahap MPasi disajikan MPasi 4 Bintang. Menu Tunggal yang hanya mengenalkan bayi pada satu jenis makanan saja seperti misalnya alpukat, ikan, jagung, diberikan satu jenis setiap harinya selama 14 hari, ini dikawatirkan akan membuat banyak ketinggalan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam pertumbuhannya.



Perkembangan bayi  itu berbeda dengan orang dewasa, setiap harinya sangat pesat dan sangat berharga. Maka menu lengkap dengan kandungan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan lemak atau disingkat 4 Bintang harus disajikan langsung. Sementara buah-buahan tidak lagi termasuk sebagai makanan, tetapi masuk dalam kategori cemilan yang masuk dalam lingkaran mikronutrient, Bu-Ibu.

Kalau dulu awal MPasi dengan santai sarapan kita kasih pisang ambon dikerok, makan siang wortel kukus diparut, dan sore alpukat dilumatkan. Itu semua terhitung bayi hanya makan cemilan, bukan makanan pokok yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Apalagi nih, perkembangan otak yang maha penting itu dibentuk dari protein dan lemak yang merupakan makronutrient.
May 04, 2019 1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Followers

Featured Post

Me Time Ala Ibu Rumah Tangga Bersama Dr Teal’s

Sebelum saya curhat panjang lebar, boleh dong tanya, apakah kalian sudah mengenal serangkaian produk Dr Teal’s?  Sebenarnya sih kalau meli...

About Me


Just Married


Tentang Aku

Tentang Eni Martini

Tentang DUNIAENI

Read More

Follow Us

Community Blogger

ConnectingMamaCommunity
MOM Bloggers. Community
Blogger Perempuan, Network
Blogger Croni,
Kumpulan Emak Blogger Indonesia
Indonesia Hijab Blogger
Warung Blogger
Hijab Influencers Blogger Indonesia

Created with by ThemeXpose